Senyuman lega yang terhela tipis menghias kedua sudut bibir Ayah beranak dua tersebut setelah hakim mengetuk palu menandakan bahwasanya proses perceraiannya terlah resmi di mata hukum.
Berbeda dengan wanita yang pernah mengucap ikrar suci bersamanya di hadapan Tuhan, Seolhyun mengcengkram dress yang dikenakannya dengan sangat erat. Giginya bergemelatuk dengan mata memerah sebab menahan air mata karena marah. Hati bahkan segenap jiwanya tidak akan pernah menerima meskipun secara hukum ia sudah bukan lagi menjadi isteri dari lelaki yang begitu ia cintai.
Ia akan menuntut balas, akan membayar seluruh rasa perih yang dirasa pada orang-orang yang dianggapnya salah. Terutama pada Luhan, pada wanita yang memang dari awal memiliki potensi besar merusak keharmonisan rumah tangganya dengan Sehun.
Setelah memberi penghormatan sebelum hakim meninggalkan ruangan, Sehun juga turut bangkit dari kursi yang didudukinya sebagai penggugat. Bersama pengacaranya ia berjalan menuju sang puteri yang juga turut serta menjadi hadirin di sidang perceraiannya.
Sehun membungkuk, memberi senyum tampan pada Selena yang menyambutnya dengan seutas senyum yang sama cantiknya dengan milik Luhan.
“Bagaimana perasaan Ayah..?”. Tanya Selena setelah pelipisnya dihadiahi kecupan sayang dari sang Ayah yang masih tetap rupawan.
“Sangat baik, tuan puteri..”. Jawab Sehun mengambil tangan Selena kemudian melabuhkan kecupan cintanya disana.
“Benar sangat baik..? Ayah tidak menyesal telah menceraikan Seolhyun..?”.
“Tidak pernah menyesal sama sekali. Ayah sangat bahagia, sama seperti yang Selena rasakan sekarang..”. Pungkasnya begitu meyakinkan hingga menerbitkan senyuman yang lebih lebar pada kedua sudut bibir puterinya.
“Karena suasana hati Ayah sedang baik, ayo Selena akan mentraktir Ayah makan ice cream. Ayah boleh makan sepuasnya, Selena yang bayar..”. Ujarnya dengan nada yang kentara begitu bahagia, riang serta antusias.
“Benarkah..? Meskipun Ayah memakan banyak porsi, tuan puteri sanggup membayar..?”. Tanya Sehun dengan raut wajah yang dibuat tidak percaya, tentu saja untuk menggoda puterinya.
“Iya, Ayah. Jangan khswatir, dompet Selena tebal kok meskipun masih sekolah..”. Sombongnya sembari menepuk-nepuk tas selempang kecil yang mengalung di pundak sebelah kanan.
Sehun terbahak mendengar kesombongan kecil yang trelontar dari bibir puterinya. Mengusak gemas rambut semi keriting Selena lalu saling menggenggam tangan untuk menuju pintu keluar ruangan sidang. Meninggalkan Seolhyun yang menatap berang interaksi sangat manis antara Ayah dan anak tersebut.
“Selain ice cream, bolehkan Ayah meminta sesuatu yang lain sebagai hadiah hari ini..?”. Menawar setelah keduanya berjalan di koridor menuju gerbang keluar pengadilan.
“Ayah pamrih..?”.
“Eumm.. anggap saja Ayah pamrih untuk hari ini saja. Jadi, bagaimana..? Tuan puteri bisa mengabulkan apa yang diinginkan Ayah..?”. Sehun mengeratkan genggaman mereka sebelum memasuki mobil yang sudah dibuka pintunya oleh sang ajudan.
“Ayah ingin meminta apa dulu..? Jika masuk akal akan Selena kabulkan, jika di luar nalar Ayah bayangkan sendiri saja jika Selena sudah mengabulkan..”. Selena memang tipe yang tidak mau dibuat repot oleh orang lain.
“Sembari nanti kita menikmati ice cream, tuan puteri bisa tidak melakukan panggilan video dengan Ibu..?”. Ujarnya kemudian menyampaikan maksud yang paling diinginkan pada sang puteri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soleluna-PDF (HunHan GS)
FanfictionCerita Ke-enam (TAMAT) Keyakinanmu tumbang menjadi padanan takdir yang bernama dusta. Mengubah mimpiku menjadi jagat yang celaka. Mengundang selisih bertajuk peperangan antara hati dan logika. Kenaifan yang mengubah kita menjadi nebula, membawa pula...