Tangisan Luhan terdengar sedu melihat isi berita yang memenuhi seluruh stasiun televisi yang ada di Negaranya. Di satu sisi merasa lega karena nama baik kedua orang tuanya kembali bersih, serta di satu sisi menjadi sangat marah karena kematian kedua orang tuanya disengaja oleh lawan kandidat pemilihan presiden pada masanya, yaitu orang tua kandung dari wanita yang menjadi isteri setelah pernikahannya dengan Oh Sehun selesai.
Kyungsoo setia mengusap-usap punggung bergetar karena tangisan tersebut. Memilih menutup tokonya untuk memberikan Luhan ruang untuk menumpahkan segala emosi yang dirasa. Lega serta marah di saat yang sama bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan begitu mudah.
Membawa Luhan ke dalam peluk untuk menenangkan tangisan yang semakin menjadi, Kyungsoo hanya bisa menyediakan bahu sebagai tempat bersandar Luhan tatkala lemah. Ia tidak memiliki apapun selain mencoba memahami keadaan yang menimpa Luhan.
Merelakan menit-menitnya hingga tangisan Luhan berangsur reda.
“Dari awal aku tahu bahwa kedua orang tuamu adalah orang baik, yang tidak akan mampu melakukan kejahatan yang dituduh. Selamat sayang, akhirnya kebenaran lah yang menang meski membutuhkan waktu belasan tahun..”. Ujar Kyungsoo dengan tangan yang kini mengelus kepala wanita tangguh tersebut.
Isakan Luhan masih tersisa, mengangguk di pelukan Kyungsoo adalah pilihan paling baik saat ini. “Hiks – aku – aku ingin memeluk mereka. Kenapa..? Kenapa orang baik selalu menjadi sasaran dari orang-orang keji..?”. Kemelut yang tertimbun belasan tahun adakalanya perlu untuk ditumpahkan.
“Mereka yang bersalah akan mendapat balasan yang setimpal. Aku yakin tuan Kim akan membusuk di penjara. Astaga.. bahkan penjara masih terlalu bagus untuknya..”. Amarah Kyungsoo ikut terseret. Bagaimana jika ia yang berada di posisi Luhan? Bagaimana jika orang tuanya dijebak dan dituduh melakukan berbagai kejahatan lalu dibunuh dengan sengaja? Sudah pasti ia tidak akan memaafkan pelaku selama sisa hidupnya. Kyungsoo ingin mencabik-cabik wajahnya jika bisa.
Luhan mengangguk dengan geramannya yang terpendam. Ia benar-benar berharap keputusan pengadilan bukanlah formalitas belaka. Ia benar-benar berharap pembunuh orang tuanya mendapat balasan yang akan membuat jera.
Pintu kaca toko roti Kyungsoo diketuk, mengambil atensi kedua wanita yang saling memeluk tersebut.
Kyungsoo perlahan melepas pelukan pada Luhan, memberi senyum lalu beranjak untuk membuka pintu.
Dilihatnya kurir yang menyerahkan satu bucket bunga segar ke tangannya, mengangguk setelah memberikan tanda tangan sebagai tanda terima pada catatan kurir.
Berjalan menghampiri Luhan, lalu pelan-pelan memberikan sebucket bunga segar tersebut ke pangkuan Luhan yang nampak bingung.
“Bunga itu untukmu, di kertas tertulis untukmu tapi tidak tertulis siapa pengirimnya..”.
Luhan masih mengkerut bingung dengan menimang bunga segar yang ada di tangan sembari berpikir siapa gerangan yang mengirimnya. Dari warna bunga yang dipilih terlalu jelas bahwa ini sebagai selebrasi untuk merayakan kemenangan. Artinya orang yang mengirim ini mengetahui bahwa ia tengah bersuka cita untuk kembalinya nama bersih kedua orang tuanya.
Kedua sudut bibir Luhan melengkung setelah kepalanya menemukan satu nama perihal identitas pengirim bunga segar tersebut.
“Kenapa..? Kau sudah tahu siapa pengirim bunga cantik ini..?” Tanya Kyungsoo yang juga ikut tersenyum.
Luhan mengangguk dengan air mata yang menetes di pipinya. “Minhyun.. sudah pasti Minhyun – hiks – astaga – lelaki itu – Kyungsoo, aku benar-benar mencintai Minhyun. Dia lelaki yang sangat baik..”. Serunya kemudian merasa terharu dengan segala ketulusan yang ditunjukkan Minhyun padanya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soleluna-PDF (HunHan GS)
FanficCerita Ke-enam (TAMAT) Keyakinanmu tumbang menjadi padanan takdir yang bernama dusta. Mengubah mimpiku menjadi jagat yang celaka. Mengundang selisih bertajuk peperangan antara hati dan logika. Kenaifan yang mengubah kita menjadi nebula, membawa pula...