Senku terlihat mengutak-atik sesuatu sedari tadi, tangannya tak berhenti bekerja sebelum Chrome ataupun kakek Kaseki memanggil, barulah perhatian dari eksprimen yang ia lakukan terhenti. Kendati tangannya basah dan berkeringat dingin, Senku tetap memaksakan diri berada disana, duduk termengu sembari melihat lingkungan yang damai.
Senyum terukir kala netranya menatap satu mangkuk yang (Y/N) bawakan untuknya. Senku sama sekali belum menyentuh ramen itu, perutnya tidak meronta minta makan, karena itulah ia menahan diri. Namun kini, tanganya terulur untuk mengambil, menyuapkan ramen itu pada mulutnya sendiri. Walau masakan itu ide dari dirinya sendiri, Senku tetap mengtakan rasanya tidak enak atau terkesan hambar.
Tapi omelan (Y/N) jauh lebih menakutkan. Senku memilih untuk menghabiskan makanannya dari pada mendengar wanita itu mengoceh.
"Apakah sudah selesai?" Chome datang dengan membawa beberapa barang, seperti kaca dan beberapa kabel yang mereka buat sendiria. Ia hanya menurut saat Senku meminta untuk membawa itu semua, entah dengan tujuan apa, Chrome sendiri tidak tahu pasti.
"Belum, sebelum malam tiba akan ku pastikan selesai." Ucap Senku pelan.
Entahlah, namun Senku mempunyai rencana sendiri nanti. Memberi kejutan pada semua orang, sekaligus wanitanya. Hubungan nya dan (Y/N) mulai membaik sejak hari itu, beruntunglah wanita itu tidak terlalu lama meratapi apa yang menimpanya. Jika dipikir-pikir, Senku belum pernah menyatakan jika ia mencintai (Y/N), melainkan hanya rasa suka.
Perlukah saat kejutan datang Senku juga melamar (Y/N)?
Padahal dalam bayangan Senku, ia ingin melamar (Y/N) saat anak mereka lahir nanti, memberikan cincin yang Senku buat sendiri. Membayangkan hal itu malah membuat Senku mengenang masa lalu, sungguh ironis namun juga manis.
Bayi pertama yang lahir setelah pembatuan, mendengar tangisan bayi hingga Senku yang diam-diam membawa anaknya keluar saat musim dingin, setelahnya (Y/N) akan memarahi Senku dengan tidak membiarkan lelaki itu tidur disampingnya. Sangat bahagia bukan?
Namun itu hanya angan-angan. Sebatas khayalan yang tidak pernah menjadi kenyataan.
"Senku."
Lamunan Senku buyar saat suara lembut menerpa indra pendengarannya. Kepala menoleh, senyum khas ia berikan setelah melihat sosok yang baru saja ia bayangkan kini sudah berada dihadapan matanya. Tanpa membuka suara, alisnya terangkat yang mengartikan ia bertanya, (Y/N) tidak langsung menjawab. Ia memilih duduk disamping Senku sembari menatap mangkuk ramen yang masih penuh di tangan lelaki itu.
"Kapan lagi kau akan memakannya?"
"Ah..aku baru saja ingin makan, kau ingin? Kita bisa bertukar makanan lewat mulut."
(Y/N) menggeplak kepala Senku keras, sedangkan yang dipukul mengadu sakit. Jika terus begini, bisa-bisa kecerdasan yang Senku miliki akan hilang, apalagi pukulan (Y/N) yang terbilang lumayan perih dan sakit, astaga! Wanita itu ingin membunuh masa depannya sendiri.
"Jika aku geger otak, kau yang akan ku salahkan." Ucap Senku pelan sembari menatap sinis (Y/N) yang wajahnya tidak tahu-tahu. Ugh! Tangan Senku sangat gatal ingin mencubit pipi nya.
"Kau yang salah, sudah berapa lama mulutmu tidak dicuci hah? Sehingga ucapan yang keluar selalu kotor." Sarkas (Y/N) telak membuat sang empu yang disindir menggerutu kesal.
Namun setelahnya mereka terdiam, tidak ada lagi perbincangan yang terjadi antara Senku dan (Y/N). Manik (E/C) rupanya diam-diam memperhatikan Senku yang memulai kembali pekerjaannya, tanpa sadar tangan milik (Y/N) sedikit terulur guna mengelus lembut surai yang mirip daun bawang itu. Terkadang (Y/N) berpikir, mengapa Senku bisa memiliki rambut dengan gaya aneh seperti itu?
Kira-kira ibu Senku mengidam apa hingga anaknya jadi begini?
Kekehan kecil keluar, Senku menoleh dan mendapati wanitanya tengah tersenyum lembut kearahnya. Sejenak ia terdiam, merasakan sensasi aneh yang menggelitik disekitar perut dan hawa panas yang menjalar disekitar pipinya, sialan! Mengapa (Y/N) begitu manis saat tersenyum?
"Senku, pipimu memerah. Kau demam?" Tangan (Y/N) lantas menyentuh lembut permukaan kulit Senku, menambah hawa panas yang semakin menjadi-jadi. Senku refleks menepis tangan (Y/N) hingga membuat wanita itu menatapnya bingung, tidak ingin detak jantungnya terdengar ditelinga (Y/N), lelaki itu lantas saja pergi meninggalkan sang wanita sendiri.
"Dia kenapa?" Tanya (Y/N) pelan sembari melihat kepergian Senku yang tergesa-gesa. Ingatan tentang wajah Senku yang memerah membuat (Y/N) juga ikutan malu. Sontak saja hal itu membuat (Y/N) menutup mulutnya dengan telapak tangan serta menunduk dalam.
"Ya tuhan, Senku begitu manis saat wajahnya merah."
***
Langit cerah telah berganti gelap, ditemani dengan bintang-bintang serta rembulan yang tidak berhenti menyinari dikala matahari telah beristirahat agar besok bisa kembali bekerja menerangi bumi. Seorang gadis yang bisa dibilang telah menjadi wanita kini tengah memakai mantel tebal yang terbuat dari kulit serta bulu hewan. Tanganya memegangi rambutnya sendiri serta menyisir pelan hanya dengan menggunakan tangan kanannya, melihat kearah luar jendela.
Penduduk desa Ishigami tengah berkumpul ditemani api unggun yang menghantarkan rasa hangat karena musim dingin akan segera tiba. Perasaan senang kini memenuhi batinnnya, (Y/N) bahkan tak henti-hentinya menunjukan senyum khas, entahlah. Malam ini ia merasa begitu senang seolah akan mendapat suatu kejutan nyata yang telah ia nanti-nanti.
"(Y/N) ayo."
Senku berdiri diambang pintu, ia juga memakai mantel tebal yang persis sama dengan milik (Y/N), mungkinkah mereka janjian untuk couple bersama? (Y/N) tersenyum dan berjalan kearah Senku, tanganya diraih dan digenggam erat, mereka berjalan kearah pohon dengan penduduk desa yang rupanya telah menunggu dipohon besar yang menjulang tinggi. Terlihat juga Chrome yang sibuk dengan beberapa kabel, setelahnya ia memandang keatas.
"Sial salju jatuh, haruskah kita tunda?" Tanyanya pada Senku yang ikut mendongak keatas. Senku lantas tersenyum dan menggeleng, menyuruh kembali Chrome agar menghidupkan sesuatu yang telah Senku buat.
(Y/N) menatap gumpalan salju yang mulai berjatuhan, tangannya terulur guna menangkap satu walau tangannya begitu kaku untuk digerakan, tubuhnya tersentak kala Senku menariknya mendekat. "Selamat Natal, kekasihku." Bisiknya lirih. Manik (E/C) (Y/N) terpaku pada nuansa cahaya yang menerangi malam, bahkan mungkin melebihi lampu pertama yang berhasil mereka ciptakan.
Tangan mereka bertautan, kepala (Y/N) menoleh dan mendapati Senku yang tersenyum kearahnya. Degupan jantung tak henti-hentinya berpadu dengan hawa dingin yang entah mengapa terasa hangat. Gen yang tidak berada jauh dari mereka tersenyum lebar, matanya melirik Senku dan (Y/N), sayang sekali Gen tidak bisa seperti mereka, haruskah ia mengajak Chrome untuk berpegangan tangan bersama walau sekedar menyembunyikan rasa iri?
Gemerlap bintang dipadukan lampu malam yang kembali berhasil dibuat menjadikan malam natal begitu terasa istimewa. Ah! Bahkan (Y/N) lupa bagaimana sensasi merayakan natal bersama, sudah lama sekali dan kini kembali terulang, setelah ribuan tahun terlewati, (Y/N) akhirnya bisa merasakan hari spesial dengan orang tercinta tanpa hambatan apapun.
"Selamat natal juga, Senku."
Diiringi sorakkan dari yang lain serta rasa kagum, Senku memberanikan diri untuk memeluk (Y/N) hingga mengecup dahi wanita itu, menyesap dalam aroma tubuh yang menjadi candu serta membisikan kalimat yang membuat kupu-kupu mulai berterbangan disekitar perut.
"(Y/N)...Menikahlah dengan ku."
TBC.
Huhuhu maaf ya pendek, hp ku rusak😭
Dan ini aja aku paksain doang astaga, kemungkinan bakal butuh waktu seminggu lebih baru bisa update lagi nih, maaf ya.
Semoga kalian puas sama part singkat ini😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
NouvellesSenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...