🌹29. Akhir🌹

3.7K 377 35
                                    

Yo! Gomen beberapa hari ini tidak update. Tugas magang gue banyak bjir. Terus belum juga menyiapkan segalah untuk snbp, snbt, utbk and lain lain.

Watashi tak nyangka teh tahun depan watashi akan kuliah.

Siapa yang di sini angkatan sama sama oee oo tunjuk tangan.

-•-

5 Desember 2009

Nanami menatap datar teman kelasnya yang sedang berolahraga bersama. Guru menyuruh mereka untuk mencari pasangan masing-masing karena olahraga yang akan mereka lakukan harus berpasangan.

Namun, tidak ada satupun yang mau dengan Nanami. Yah, Nanami tidak memperdulikan itu sih. Hanya saja, nilainya akan kena jika tidak ada yang ingin berpasangan dengannya.

"Sensei, aku tidak memiliki pasangan," ujar Nanami kepada gurunya.

Guru itu menatap Nanami canggung. "Haha, ya sudah kau ke kelas saja melakukan ujian teori. Untuk pengganti nilaimu."

"Bisa gitu ya," gumam Nanami berjalan ke arah kelas. Karena terlalu sibuk berpikir Nanami tidak sengaja menabrak seseorang.

"Ah maaf--"

"Aaa monster! Lari!" teriak anak yang Nanami tabrak. Mendengarnya gadis bermata hitam itu hanya mendengkus.

Sejak Nanami masuk sekolah kembali, isu dia membunuh ibunya menyebar. Hal itu membuat tidak ada anak murid yang ingin bermain dengan Nanami. Bahkan sering sekali dia mendapatkan cacian seperti

"Lebih baik monster sepertimu mati."

"Kau tidak ada gunanya hidup."

"Anak yang tak diinginkan."

"Manusia sampah."

Dan lainnya, itu dia dapatkan dari guru-guru di sini maupun orang tua murid. Kadang Nanami mendengar itu menjadi stress sendiri di rumah. Bahkan ayahnya tetap sama seperti dulu tidak peduli dengannya.

Ingin sekali Nanami berteriak kepada semua orang jika yang membunuh ibunya adalah Daisuke, suami Anastia sendiri!

Tapi apalah daya. Mulut Nanami terasa terkunci jika ingin berbicarakan itu.

10 Desember 2009

"Shino, kau mau kemana?" tanya Nanami melihat sang adik bersiap siap.

Shino hanya melirik dan menjawab dengan datar. "Main, kau jangan mengikutiku. Bikin malu."

Setelah mengatakan hal kasar itu Shino pergi meninggalkan Nanami yang terdiam. Hubungannya dengan Shino tidak pernah membaik, bahkan bertambah parah.

Nanami mengeratkan pegangannya terhadap gelas, hingga gelas itu pecah membuat tangannya terluka. Hanya ekspresi datar, tidak ada sakit yang ia rasakan.

"Ibu ... apa aku lebih baik mati?"

Nanami menghelakan nafas dan membersihkan tangannya. Nanami memperhatikan kertas yang berisi bahan makanan yang harus ia beli. Ibu sudah tidak ada, jadi dia akan berusaha untuk mengatur urusan dapur di rumah ini.

"Banyak juga ya," gumam Nanami, dia beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sweater coklatnya sekaligus topi.

Dia berjalan keluar menuju minimarket terdekat. Karena terlalu fokus dengan kertas Nanami tidak sengaja menabrak seseorang membuatnya jatuh terduduk.

"Ah ... gomen," ujar Nanami.

"Oya? Bukankah ini anak perempuan waktu itu." Merasa familiar dengan suaranya Nanami mendongkak menatap wajah pria di depannya ini.

Isekai Tokyo RevengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang