sebelas

2.9K 253 119
                                    

Happy reading !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading !

Sepasang makhluk tuhan yang paling seksi itu tak lama sama sama membulatkan matanya setelah mengetahui salah satu dari mereka sudah tidak suci lagi.

"AAAA BIBIR OLIN!"

Violin berteriak histeris sembari meraba bibir gemoinya, ia ingin menangis saja rasanya.

Mau ditaruh dimana muka cantiknya setelah dengan dramatisnya ia mencium pipi sang atasan.

Berbeda dengan Violin yang histeris, Rajendra justru mematung seraya mengelus pipinya yang terkena bibir kenyal Violin.

"Jadi, pipi gua udah ga perjaka?" gumamnya pelan.

Rajendra mengulas senyum lebar, Violin yang melihatnya ngeri sendiri.

"Pak bos jangan mikir aneh aneh ya!" Ketus Violin sembari menutupi bagian dadanya.

"Gausah kepedean."

"Bukannya kamu yang nafsu sama saya? Buktinya kamu yang nyosor ke saya" Ucap Rajendra angkuh.

Alis tebalnya naik satu dan manik matanya menatap menggoda Violin yang sedang blushing.

"Engga ih ! Kan pak bos yang tadi narik tangan Olin sampe Olin jatoh !"

Bibir Violin mengerucut sebal. Rajendra benar benar membuatnya terus mengucap istigfar dalam hati.

"Oh ya? Terus kenapa kamu masih duduk manis di perut saya hm?"

Ujar Rajendra santai, nadanya terdengar begitu menyebalkan di telinga Violin.

Dengan melipat kedua tangannya di lantai untuk menopang kepalanya, Rajendra menatap Violin intens.

Violin yang ditatap seintens itu bukannya salting tapi bergidik ngeri.

"Nyaman ya di perut saya?"

"DASAR BOS MESUM PERUT BUNCIT !" Pekik Violin tak tahan.

Violin segera berdiri dan mencubit keras paha sang atasan dan berlalu pergi ke luar ruangan sembari menyeret kakinya yang masih memar.

"Argh! Sial! Perut buncit katanya?!"

Rajendra merasa ia tidak ada harga dirinya lagi di depan Violin, bagaimana mungkin perut enam kotaknya yang tersusun sempurna, dengan enteng disebut Violin buncit.

"Emang harus dikasih bukti itu anak" Dengus Rajendra.

Namun tak lama ia tersenyum manis mengingat keperjakaan pipinya telah direnggut Violin.

"Cowo itu dijaga! Jangan dirusak!"

Rajendra melanjutkan pekerjaannya seraya terus mengelus pipinya. Dasar bucin.

***

Waktu berlalu begitu cepat, Violin merenggangkan badannya setelah seharian merekap berkas tebal yang cukup menguras tenaganya.

MY ARROGANT BOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang