"Aku mau pergi jauh, Mas. Aku ---"
"Jangan, Sa. Jangan pergi." lirih Alvian memeluk tubuh mungil Alissa. Wanita yang sedang memasukan pakaian ke dalam koper pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apalagi saat melihat Alvian mengeluarkan kembali isi koper dan memasukan pakaian istrinya ke dalam lemari kembali seperti semula.
Alvian tidak ingin kehilangan Alissa meskipun wanita itu ingin pergi jauh darinya. Alvian tidak mau sampai hal itu terjadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana frustasinya ia tanpa Alissa.
"Jangan larang-larang aku lah! Lebih baik kamu sama Adel aja daripada sama aku. Apalagi 'kan kalian sudah kenal lama dari kecil. Sedangkan aku? Aku pengganggu di antara kalian."
Alvian menggeleng cepat, ia tidak mau Alissa berkata seperti itu. Sampai akhirnya Alissa bersikeras untuk mengambil koper miliknya kembali dan memasukan beberapa lipat pakaiannya dengan terburu-buru. Alvian tidak bisa mencegah kepergian Alissa yang sudah keluar dari kamarnya, dadanya bergemuruh sesak seraya terjatuh dan berteriak,
"TIDAKKKKKKKKK!!!!"
"Hah ... Hah ... Hah ..." Alvian terbangun dari tidurnya. Ia menggeleng dan memegangi kepalanya, ternyata cuma mimpi. Alvian menghembuskan napas lega, namun sedetik kemudian ekspresi wajahnya kembali takut. Ia takut apa yang terjadi di dalam mimpinya barusan, akan terjadi juga di dunia nyata. Alvian menggeleng cepat, menepis mimpi tadi agar jangan lagi menghantuinya.
"Gak! Alissa gak boleh pergi tinggalin gue!" ujarnya kepada dirinya sendiri.
Alvian menoleh ke samping, tidak ada Alissa disana. Alvian menghela napas berat, sudah hampir dua minggu Alissa menolak untuk tidur bersamanya. Wanita yang sedang hamil itu memilih untuk tidur di kamar tamu yang terletak di lantai bawah. Alissa masih bersikap dingin padanya, entah sampai kapan Alissa akan memaafkan Alvian.
Alvian mengusap wajahnya, kemudian melirik jam dinding yang menunjukan pukul dua pagi. Lebih baik ia melaksanakan sholat tahajud dulu supaya hatinya lebih tenang. Alvian beranjak dan bergegas untuk mengambil wudhu.
❄❄❄
Selesai membaca doa, Alvian bangkit dan melipat sajadah lalu menaruhnya di kursi. Alvian yang mengenakan baju koko berwarna hijau muda, sarung cokelat dan peci hitam itu pun mendudukan diri di tepi kasur dan membuka laptopnya sebentar untuk mengecek pekerjaannya yang dikirim melalui email.
Lima belas menit ia berkutat dengan laptop, Alvian mematikan benda tersebut dan memilih untuk ke dapur karena merasa tenggorokannya kering butuh air. Keningnya berkerut bingung, ia melihat ada Alissa yang baru saja keluar dari kamar mandi dekat dapur. Ia bergegas untuk menghampiri istrinya,
"Sayang? Kamu kenapa? Pucat banget muka kamu." tanya Alvian khawatir sambil memegangi pundak Alissa.
Namun, Alissa tidak merespon pertanyaan Alvian barusan. Wanita berdaster biru itu menepis tangan Alvian dan berlalu begitu saja meninggalkan suaminya. Alvian merasa dadanya sesak melihat sikap dingin Alissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVISA 2 [ HIATUS! ]
Romance• Sad romance • Alvian dan Alissa sudah menikah. Mereka kira, pernikahan mereka akan berjalan mulus tanpa suatu masalah apapun. Tapi ternyata, perkiraan mereka salah. Cobaan selalu datang silih berganti menghampiri mereka berdua. Apakah Alvian dan...