BUKU || BAB 4

1.3K 88 3
                                    

Jangan gampang baper biar hati lu gak gampang hancur kayak wafer.

-Kumara Ransi-
.
.
.

BAB 4. NASI UDUK BU WATI.

🌍🌍🌍


Enaknya jadi anak Multimedia, tuh, gini. Ketika yang lain panas-panasan di waktu upacara bendera. Anak Multimedia justru di perintah untuk menjadi fotografer dadakan. Meskipun tidak semua. Hanya dua orang saja.

Meskipun hanya dua orang saja untuk perwakilan. Namun, semua anak Multimedia entah itu kelas 10, 11 maupun kelas 12 sekalipun juga mendapatkan gilirannya masing-masing.

Bukan tanpa alasan jika pihak kepala jurusan bahkan sekolah memberi tugas giliran seperti itu untuk anak Multimedia. Alasannya adalah sebagai bentuk praktek langsung bagi anak Multimedia dan juga sebagai bentuk dokumentasi untuk sekolah.

Seperti hari ini yang mendapat giliran untuk memotret kegiatan upacara bendera adalah Bumi dan Ali dari kelas 10 Multimedia 1.

"Al, lo ngambil gambarnya dari sebelah sana, ya," titah Bumi sembari menunjuk barisan kelas 10.

"Kalau gue, dari sebelah sana," kata Bumi sembari menunjuk barisan kelas 11 dan 12.

Ali mengangguk saja. Karena dirinya tidak mau ambil pusing. Setelah pembagian sudah selesai, kini Bumi dan Ali berpencar dan berjalan menuju bagiannya masing-masing.

Tak henti-hentinya Bumi tersenyum. Ini adalah kesempatan yang pas untuk berdekatan dengan Kumara.

Memang dasar otak-otak china. Selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Bumi berjalan menuju barisan kelas 12 TKR 2 yang tak lain dan tak bukan adalah barisan kelas Kumara.

Semua siswa sudah berbaris dengan rapih dan teratur. Sesuai dengan tinggi badan, yang paling tinggi berada diurutan paling depan dan yang paling pendek berada di paling belakang.

Tidak ada lagi suara yang terdengar, kecuali suara dari petugas upacara yang sedang menginterupsi peserta upacara untuk tenang, karena sebentar lagi upacara bendera akan dilaksanakan.

Bumi melangkah ke barisan paling depan. Di mana Kumara berada.

Berpura-pura memotret adalah jalan ninja Bumi. Sejujurnya Bumi tidak terlalu pandai menggunakan kamera yang Bumi tahu adalah pencet-pencet saja. Asalkan ia mendapatkan gambar yang menurutnya bagus.

Maklum jarang memegang kamera membuat Bumi tidak terlalu pandai dan belum terlalu mengerti fungsi yang ada pada kamera. Sepertinya Bumi harus berguru pada Alien.

"Kak Fai ganteng banget," gumam Bumi saat menatap kakak kelasnya yang sedang bertugas menjadi pemimpin upacara itu dari balik kamera.

Kumara yang mendengar itu berdecih pelan. "Ganteng apaan. Item gitu dikata ganteng," gumam Kumara yang masih di dengar Bumi yang sedang berada di sampingnya.

Sudut bibir Bumi tertarik ke atas. Lalu ia berdehem pelan. "Bilang aja cemburu. Susah banget," cibir Bumi.

"Diem! Kalau gak mau dihukum Pak Bejo!" bisik Kumara tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Bumi.

Bumi terkekeh mendengarnya. Lalu ia arahkan kamera yang ada di tangannya ke arah Kumara yang sedang berdiri tegap dengan tatapan lurus ke depan.

Setelah puas mengambil foto Kumara. Bumi pun melangkah pergi dari sana dan berjalan ke sudut lain agar mendapatkan posisi yang pas untuk memotret.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang