Seoul, Korea Selatan.
Negeri Ginseng menjadi tempat liburan bagiku guna merefreshing tubuh serta pikiran. Aku berlibur sendiri karena Papa tidak bisa menemani. Ya, Papa sangat gila kerja semenjak kepergian Mama, Mama meninggal saat aku menginjak usia 10 tahun. Karena itu, aku terbiasa melakukan apa pun sendiri dituntun menjadi dewasa sebelum waktunya.
Manikku menatap pemandangan kota Seoul dari atas balkon apartemen. Kota yang tidak pernah tidur dengan lampu-lampu menyala disetiap sudut. Aku selalu bermimpi bisa menginjakkan kaki di sini, dan akhirnya terealisasikan sekarang. Meski pun sejujurnya aku merasa kesepian.
Jarum jam terus berputar pada porosnya, tak bisa berhenti apa lagi diputar kembali. Mau tak mau aku harus menjalani kehidupan yang sudah Tuhan takdirkan.
Namun terkadang aku lelah.
Ingin menyerah, tapi mati pun aku takut masuk neraka.
Beranjak dari balkon apartemen sewaanku, merebahkan diri di atas kasur empuk, memejamkan mata sejenak menikmati aroma harum khas mawar, pikiran ku melayang mengingat sosok Mama membuat seulas senyum tercipta dikedua bilah bibirku.
Aku meraih benda pipih berukuran 6,1 inchi di atas meja samping tempat tidur. Mengecek apa ada pesan dari Papa, setidaknya menanyain kabarku di sini. Namun ternyata nihil, membuatku tersenyum miris.
"Cih, sibuk lagi." Aku mengutuk dalam hati, pria itu selalu sibuk tak punya waktu mengurusi putrinya. Ayolah, bagaimanapun aku hanya remaja berusia 17 tahun yang membutuhkan kasih sayang darinya. Bukan hanya memberi ku uang serta fasilitas mewah.
Aku bangkit berjalan menuju koperku, meraih jeans serta jaket leather keluaran brand ternama. Kemudian memakainya di kamar mandi. Lebih baik aku pergi keluar, malam ini malam terakhir ku berada di kota Seoul sebab besok harus kembali ke Jakarta karena lusa aku masuk sekolah.
Setelah selesai, aku melesatkan motor sport yang kurental menuju klab malam. Aku punya koleksi motor sport serta beberapa mobil mewah di Jakarta. Bukannya aku tidak mampu membeli motor atau mobil di sini, hanya saja itu terlalu merepotkan untuk aku yang hanya menetap tak lebih dari dua minggu di kota Seoul.
Sampai di parkiran aku membuka helm, rambut sebahu yang aku ikat asal sedikit berantakan sehingga aku merapikannya. Aku turun dari motor, melangkah ke arah pintu masuk klab.
Begitu masuk ke dalam telinga ku menangkap irama musik mata pun ikut menyipit karena sorotan lampu disko di tengah ruangan. Beberapa pasang mata menatap aneh ke arahku karena aku menggunakan pakaian tertutup memasuki klab tidak seperti mereka yang mengenakan dress selutut memperlihatkan pantat sintal serta belahan dada menggoda iman.
KAMU SEDANG MEMBACA
A or A [New Version]
Teen Fiction[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Aku menemukan kehidupan baru setelah mengalami kecelakaan yang tidak pernah aku duga, pada hari itu nyawaku direngut oleh semesta. Pada awalnya aku pikir diriku pulang ke pangkuan-Nya, namum ternyata takdir berkat...