Aku berjalan menyusuri lorong bersama Mogan dengan seorang guru yang memimpin kami. Di sisi kanan kami terdapat taman yang luas dan hijau. Di tengah taman terdapat air mancur yang bersih dan dikelilingi pohon rindang. Sementara di sisi kiri kami adalah deretan kelas. Aku dan Mogan akhirnya dapat masuk ke sekolah setelah mengurus administrasi yang panjang. Aku harus menyelesaikannya demi mendapatkan marga kakek lagi. Sekarang, aku sudah sah menggunakan marga Keiichi dan diperbolehkan masuk sekolah setelah terlambat satu bulan.
Pintu kelas terbuka dan keadaan menjadi hening. Kami masuk setelah guru itu. Aku sangat gugup hingga menundukkan kepala. Selama aku bersekolah, aku tidak pernah di posisi sekarang. Tatapan mata yang asing membuatku ingin terus menundukkan kepala. Tangan Mogan tiba-tiba meraih tanganku. Tangannya hangat, tidak seperti tanganku yang sudah membeku.
Aku mengintip wajah Mogan yang sedang tersenyum menatapku. "Hai, Anan."
Mogan benar-benar tahu bagaimana cara menenangkanku. Aku membalas senyumannya lalu merapikan rambutku. Aku mengangkat kepalaku, tetapi tidak setegak biasanya. Mogan memang memberiku kepercayaan, tetapi bukan berarti perasaan gugupku lenyap begitu saja. Tangan Mogan terus menggenggam tanganku di belakang tubuhku.
"Nah, sekarang kalian akan bertemu dengan teman sekelas kalian. Sebenarnya mereka bukan murid tambahan, mereka seharusnya sudah masuk bersama kalian, tetapi mereka harus mengurus suatu hal sehingga terlambat masuk. Silakan perkenalkan diri kalian." Takenaka-sensei berjalan ke samping, memberikan tempat untuk kami.
Hening.
Mogan menyenggol pundakku.
"Ah, maafkan aku." Aku menatap suasana kelas baruku. Mereka semua diam memperhatikan. Aku menghirup napas lalu menghembuskannya pelan-pelan. "Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Keiichi Anandya. Saya berasal dari Okayama dan sekarang tinggal di Kyoto. Mohon bantuannya." Aku mengakhiri perkenalan dengan membungkukkan badan dengan hormat.
"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Kitagawa Mogan. Mohon bantuannya." Setelah perkenalan Mogan, aku melihat para murid di hadapanku mulai berbisik. Apa karena Mogan adalah seorang Kitagawa yang terkenal sebagai setengah siluman serigala? Akan tetapi, setelah dipersilakan duduk, aku tidak mendengar bisikan-bisikan lagi. Aku menghela napas lega. Aku dan Mogan duduk bersebelahan. Di sebelah kiriku ada seorang lelaki yang tampaknya tidak memperhatikan dari awal. Dia menatap keluar jendela. Rambutnya berwarna silver, membuatnya tampak bersinar ketika memantulkan sinar matahari.
Tipe yang pendiam, ya? Atau tipe yang tidak peduli?
Aku mengalihkan perhatianku setelah Takenaka-sensei mulai mengajar.
---
"Hei, hei, apakah kalian berpacaran?"
"Ah, ternyata dia benar-benar seorang Kitagawa!"
"Aku tahu, aku tahu. Aku belum pernah bertemu seorang Kitagawa hingga sekarang."
"Kitagawa, kamu sangat tampan, ya."
Setelah bel istirahat berbunyi, meja kami langsung diserbu para gadis. Walaupun ini sekolah elit yang berisi kalangan atas, tetapi sifat para muridnya terlihat biasa. Yang membuatku terkejut adalah ternyata keluarga Kitagawa sangat terkenal. Yah, sebenarnya alasan aku tidak mengetahuinya sangat sederhana. Aku tidak pernah mengunjungi Kyoto lagi setelah kakek meninggal dan itu sudah enam tahun yang lalu.
Aku melihat Mogan dengan sabar menjawab pertanyaan para gadis. Mogan menunjukkan senyumannya, tetapi ekornya tidak mengibas. Itu artinya dia tidak menikmati suasana ini. Aku terkekeh dalam hati. Tuan Muda sepertinya dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Aku bangkit dari bangku lalu menarik Mogan keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
After I Meet You
Teen Fiction[Side Story] Sebuah cerita sampingan yang menyuguhkan kehidupan SMA di Jepang bersama tokoh-tokoh utama Silver Goals. Apakah mereka bisa menyelesaikan pendidikan mereka dengan tenang? Ataukah hari-hari mereka akan berisi perselisihan? Sebuah masa ya...