Luka batin

2 0 0
                                    

Luka batin itu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun, lukanya masih begitu membekas didiri seorang Alona Charlotte Laraine, gadis yang kerap kali dipanggil dengan panggilan Alona, ia memiliki sifat yang periang, cerdas, serta keramahannya yang membuat orang menyukainya. Tapi, siapa sangka seorang mungil yang dikenal pering itu memendam luka yang begitu amat mendalam,yang dimana itu sudah dirasakannya semenjak dia memasuki Sekolah Menengah Pertama sampai sekarang dia memasuki semester 4.

Sinar matahari yang masuk melalui celah tirai kamar itu membuat gadis mungil yang kini terusik dengan silaunya matahari,dia kemudian merentangkan badanny setalah itu Alona bersiap berangkat kekampus, Alona merupakan mahasiswi yang mendapatkan beasiswa kuliah dari salah satu kampus Thailand yaitu Chulalongkron University yang dimana merupakan salah satu University terbaik di Thailand selain itu cultural shok tidak begitu susah,setelah dirasa cukup rapi Alona bergegas untuk pergi ke kampus.

TING!!!
“Al,kamu sekarang dimana kok belum datang.”
“iya Rav,ini aku sudah diperjalanan ko bentar lagi aku nyampe.”
“Buruan keburu ujiannya akan dimulai.”
“oke-oke ini aku sudah otw ya.”
Raveena Bernael sahabat dari Alona, Raveena orang yang memiliki sifat yang cuek,dingin,dan tomboy, tentu saja sangat berbanding tebalik dengan Alona.Raveena juga merupakan salah satu penerimaan beasiswa sama seperti Alona,mereka berdua merupakan mahasiswi dari fakultas seni dan komunikasi.

KRINGGGGG!!
Semua mahasiswa-siswi sibuk dengan soal ujian yang saat ini berlangsung, tidak ada yang ribut satupun didalam ruangan tersebut semuanya focus dengan soal ujian mereka masing-masing, setengah jam berlalu tidak ada satu pun yang meninggal kursi mereka, semua masih focus dengan soal ujian, tak lama kemudian waktu ujian itu berakhir kini semua mahasiswa-siswi bergegas mengumpulkan soal ujian mereka, Alona dan Raveena segera bergegas menuju kanti untuk membeli makanan karna tadi pagi mereka belum sarapan, sesampainya dikantin, Alona dan Raveena memesan makan mereka, setelah memesan mereka segera duduk dipojok kanan dekat dengan kaca kantin.

“Al,gimana tadi ada yang kesusahan gak.”
“aman aja tuh, tidak ada yang sulit sih.”
“Al,liburan ujian nanti kamu pulang ke Jakarta,”
“masih belum tau Rav, aku masih bingung akan hal itu.”
“ayo, pulanglah Al bukannya liburan ujian yang kemarin-kemarin kamu tak pulang ke Jakarta.”
“kamu tau Rav rumah yang dulu selalu jadi tempatmu pulang, yang selalu penuh kehangatan, kenyamaan kini rumah itu tak lagi sama kehangatan,kenyamanannya tak ada lagi, yang hanya ada pertengkaran, kehampaan, dan kata-kata yang bisa membuatmu semakin muak dengan semuanya.” Bergumam
“Al kamu bilang apa suara kamu kecil sekali.”
“ohh,itu emm… tidak ada tidak ada apa-apa.”
“kamu yakin, kamu bisa cerita jika kamu mau aku akan mendengarkannya.”
“terima kasih, tapi sungguh aku tidak papa.”

Setalah makanan mereka datang, mereka pun makan tanpa ada ada satupun yang mengeluarkan kata, mereka pun akhirnya selesai makan, akhirnya mereka bergegas menuju apartemennya Alona. Malam ini Raveena nginap diapartemennya Alona sebab orangtuanya sedang pergi keBali untuk urusan bisnis. Tak terasa seminggu telah berlalu hari ini hari terakhir mereka ujian setalah itu mereka akan libur selama 2 bulan. Seperti biasa ruangan ujian sangat sunyi mereka semua focus dengan soal-soal ujian mereka, tak ada satupun suara yang terdengar, ketika mereka telah selesai mereka akan segera mengumpulkan soal ujian tersebut.

“Al jadi gimana apa kamu akan pulang ke Jakarta?”
“emmm…  Sepertinya aku memang harus pulang deh.”
“oke baiklah, ayo kita keapartemen sekarang dan berkemas.”

Jujur dilubuk hati Alona, dia merindukan orangtuanya makanya kenapa dia memutuskan untuk pulang, setelah mereka selesai berkemas dan tiket sudah dipesan mereka bergegas kebandara menggunakan bus yang biasa mereka naikin, setelah mereka sampai dibandara mereka segera chek in dan menaikin pesawat yang mereka pesan. Mereka akhirnya sampai dibandara Jakarta begitu Alona menginjakkan kakiknya ada rasa pedih yang dia rasakan, mereka berpisah dibandara.

Alona pun masuk kedalam taksi yang dia pesan, tak lama kemudian dia sampai didepan rumah yang begitu penuh kenangan bagi Alona, dia turun dan membayar taxi tersebut, saat dia hendak membuka pintu dia mendengar pertengkaran orangtuanya.

PRANGGG!!
“PLAKKK!!! DASAR TIDAK TAU DIUNTUNG KAMU YA,BISA-BISANYA KAMU MELAKUKAN HAL YANG SEPERTI ITU, APA KAMU TAU SEMUA KARYAWAN MEMBICARAKANMU HAA.”
“APAKAH KAMU JUGA TIDAK SADAR HAAA, KAMU YANG SELALU MEMPERMALUKAN AKU DIDEPAN SEMUA ORANG, KAMU BAHKAN TIDAK MALU MENUNJUKAN KEMESRAANMU DENGAN PEREMPUAN LAIN, KAMU PIKIR AKU TIDAK TAU KELAKUAN KAMU MASS, AKU CAPE MAS AKU CAPE.” Suara yang bergetar
“OHH BERANI SUDAH KAMU MELAWANKU HAA,PLAKK!! KAMU TAU KENAPA AKU MELAKUKAN ITU HAAA ITU KARNA AKU DAH BOSAN SAMA KAMU.”
“KALAU GITU LEBIH BAIK KITA PISAH AJA MAS, AKU TIDAK KUAT DENGAN SEMUA PERLAKUAN KAMU,MASALAH HAK ASUH BIARKAN ALONA YANG MEMILIH DENGAN SIAPA DIA AKAN TINGGAL.” Tersungkur dilantai

Mendengar hal itu Alona segara membuka pintu itu dengan kasar, dia tidak tahan dengan ini semua, dia kira dengan pulangnya dia ke Jakarta orangtuanya akan baikan ternyata sama aja, orangtua Alona kaget dengan kedatangan Alona.
“ALONA TIDAK AKAN PERNAH MAU MEMILIH UNTUK TINGGAL DENGAN SALAH SATU DARI KALIAN,LEBIH BAIK ALONA TINGGAL SENDIRI DARI PADA TINGGAL DENGAN SALAH SATU DARI KALIAN,TIDAK AKAN PERNAH!!”

Alona lari keluar perkarangan rumahnya dia cape akan semua ini, dadanya sesak ingin rasanya dia menangis tapi air matanya tidak lagi keluar, semati rasa itukah dia sampai tak bisa menangis lagi, kehampaan yang selama ini dia rasakan membuatnya terpuruk. Tanpa disadari dari seberang jalan kendaraan melaju dan menabrak tubuh mungilnya, dia pun kehilangan banyak darah, diperjalan menuju rumah sakit nyawa Alona tak tertolong lagi.

Orangtua Alona dan Raveena datang kerumah sakit setelah dihubungi oleh pihak rumah sakit, mereka semua hanya bisa menangis terutama orangtua Alona sangat menyesali perbuatan mereka. Ketiak sampai dipemakaman tak terbendung lagi kesedihannya mereka.

Tak semua yang tertawa lepas itu bahagia.
Tak semua yang terlihat biasa aja bukan berarti hidupnya baik-baik saja.
Terkadang mereka melakukan itu hanya untuk menutupi kesedihannya.
Atau bahkan hanya untuk menghibur dan menguatkan dirinya  sendiri.
Yang padahal dirinya tak merasakan apapun lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hampa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang