Chapter 1

55.9K 4.5K 225
                                    

Pernah tidak kamu bermimpi berada di kota Seoul, memakai long coat menikmati semilir angin sambil berjalan di bawah rimbunya pohon dengan daun menguning berguguran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernah tidak kamu bermimpi berada di kota Seoul, memakai long coat menikmati semilir angin sambil berjalan di bawah rimbunya pohon dengan daun menguning berguguran. Kemudian bertemu pria tampan? Baiklah, itu benar-benar kehaluan yang hakiki.

Ketika terbangun aku disambut kicau burung, masih di bawah bentangan langit kota Seoul. Bergegas menarik koper keluar dari apartemen karena taksi pesananku sudah menunggu di bawah.

Selama perjalanan manikku tak henti menatap keluar, merekam indahnya kota Seoul ke dalam kepalaku. Jika kelak kau punya uang yang cukup berliburlah ke sini.

Sampai di Bandar Udara Internasional Incheon. Aku duduk dikursi sambil menyesap kopi menunggu jam keberangkatan.

Dari jendela pesawat aku merekam bagaimana detik-detik pesawat yang ku naiki lepas landas meninggalkan Korea Selatan. Selama penerbangan ku habiskan dengan memejamkan mata hingga akhirnya sampai di kota kelahiranku. Situasinya ramai, banyak orang berlalu lalang membawa koper serta tas-tas besar dan beberapa orang membawa anak mereka.

Aku keluar dari bandara pukul delapan pagi. Berjarak empat meter dariku terlihat sahabatku melambaikan tangannya. Mendorong koperku menghampiri mereka.

"Widih ... sahabat kita baru pulang liburan sampai-sampai nggak pernah ngasih kabar selama di Korea," ucap Auri membuka suara.

"Gimana penerbangan lo?" tanya Kaila.

Benar, aku hanya mempunyai dua teman akrab. Auri dan Kaila.

"Not Bad, Kai. Gue cuma tidur selama penerbangan." Aku membalas perkataan Naya.

"Dasar tukang molor," cibir Auri.

Aku menatap Auri sinis. "Nih, bawa." mendorong koperku kepadanya. "Yuk pulang," ajakku.

Pak satpam membuka gerbang saat mendengar deru mesin mobil. Aku kembali menginjak pedal gas memasuki perkarangan mansion mewah yang berdiri kokoh di atas ratusan hektar tanah.

Aku, Auri, dan Kaila keluar dari mobil. Dari dalam mansion keluar seorang wanita paruh baya alias pembantu mengeluarkan koperku dari dalam bagasi.

Kami semua masuk ke dalam, aku membawa beberapa paperbag berisi oleh-oleh dari Korea Selatan. Terlihat Papa menuruni tangga sambil berbicara di telpon.

"Pa, Ini ole-" Tak dapat aku merampungkan perkataan karena Papa memotongnya.

"Taruh saja di kamar." Papa pergi terburu-buru keluar dari mansion.

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang