Tim Enam dan hydra di hadapan mereka saling bertatapan. Senjata lengkap berada di tangan dan mantra diputus pada suku kata terakhir. Siap dilayangkan kapan saja, tetapi tidak ada inisiatif untuk menyerang. Bertarung dengan makhluk seperti hydra dapat dikatakan seperti berusaha menyumpal mulut gunung berapi, atau membendung ombak tsunami, atau menghentikan getaran gempa bumi. Bodoh, berbahaya, dan buang-buang waktu. Walaupun hydra adalah makhluk soliter, tidak jarang hydra muda diawasi oleh induknya yang tingginya bisa mencapai puluhan meter. Jalan keluar paling ideal adalah lari tanpa bertarung sama sekali. Sayangnya keputusan tersebut bukan berada di tangan mereka, melainkan di tangan hewan berkepala tiga yang menatap mereka tanpa berkedip.
Merlin meniupkan sihir angin, menggerakkan perahu menjauhi binatang tersebut. Perahu perlahan bergerak melingkar, mempertahankan jarak sejauh mungkin tanpa mengejutkan si hewan berkepala tiga. Hydra adalah hewan teritorial dan akan menahan diri untuk menyerang mangsa, apalagi jika mangsanya hanya empat orang yang dagingnya tidaklah seberapa. Perahu sudah setengah jalan mengitari hewan tersebut ketika sebuah ombak liar menerjang mereka masuk kembali ke wilayahnya.
Kepala ular tersebut menerjang ke arah perahu, disambut tebasan dari James dan Sam yang memutus satu kepalanya. Merlin melayangkan bola api yang membakar bekas penggalan, mencegah regenerasi kepala.
"Eh?" Merlin tersentak.
Tunggul kepala ular laut tersebut berdenyut, dua kepala lainnya menyiratkan air laut guna memadamkan api, dan dua kepala tumbuh di bekas penggalan.
Sial! Kurang ampuh.
Ada kekurangan yang harus dibayar sebagai harga penguasaan empat elemen yang dimiliki Merlin; sihirnya tidak sekuat murid kelas dua lainnya, bahkan lebih mirip sihir siswa kelas satu. Diperparah lagi dengan pedang es yang menurunkan temperatur luka, api tersebut padam sebelum regenerasi hydra sempat digagalkan. Keringat dingin mengalir pada lehernya. Jika regenerasi tidak dapat dicegah, kepala hydra akan terus tumbuh dan pertarungan mereka tidak akan pernah selesai.
Kepala hydra menerjang perahu mereka lagi sebelum rencana baru dibuat. James dan Sam secara refleks memotong salah satu leher monster tersebut dan Shalima merapal barrier guna menahan kepala satunya lagi. Merlin kembali melemparkan sihir api ke arah bekas penggalan, memperlambat tetapi tidak mencegah regenerasinya.
Celaka! Kalau begini terus, bisa-bisa kita harus melawan hydra dengan puluhan kepala.
Di tengah kepanikan, James memasukkan tangan ke saku bagian dalam jas, menyelipkan pisau lempar berlumur virus di sela-sela jari, dan melontarkannya ke tunggul kepala. Virus tersebut masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh tubuh si hewan. Virus yang melapisi mata pisau James adalah varian magis dari rabies yang menyebabkan kebingungan, halusinasi, dan hidrofobia. Sayangnya untuk hewan sebesar hydra yang tumbuh di perairan beracun, efek tersebut tidak akan terjadi begitu saja.
"Tahan serangannya semampu kalian! Dalam dua sampai tiga menit lagi, efek halusinasi akan mulai berlaku dan kita bisa kabur!"
Sekarang dengan lima kepala, hydra menerjang perahu yang mereka pijak. Barrier dikerahkan tetapi tidak mampu menahan seluruh kekuatan dari hewan buas tersebut. Mereka terlontar dari perahu, beruntung Sam segera merapal sihir es untuk membekukan permukaan air sehingga mereka tidak tercebur dalam lautan beracun Black Sea.
Mempertimbangkan untuk lari dan membiarkan virus yang ia kerahkan mengatasi masalah, James merapal mantra pelindung dan meraih kerah dua siswinya untuk segera berdiri. Merlin menahan tangan gurunya, menyatakan dengan mantap. "Sir, saya punya ide."
Setelah berdiri, siswi dengan poni biru tersebut menancapkan tongkatnya pada lapisan es, merapal sebaris panjang mantra, dan air di sekitar berkumpul di hadapannya. Jauh lebih mudah memanipulasi air yang sudah ada daripada menciptakan air dari ujung tongkat seperti ketika mereka diserang di perbatasan City of Ruse. Air tersebut naik dan perlahan membentuk seekor ular naga serupa dengan yang mereka hadapi. Ular naga tersebut berkepala tujuh dan menjulang setinggi lima meter. Andai saja Merlin adalah penyihir air yang andal, ia akan mampu menggerakkan monster dari air yang dibuatnya. Sayang ia hanya mampu mempertahankan bentuknya untuk beberapa detik, tetapi beberapa detik itu sudah lebih dari cukup untuk mencapai tujuannya.
"Sam, bekukan!" Merlin berteriak pada Sam yang terbang di atasnya.
Sam mengernyitkan dahi. Yang benar saja, membekukan patung air sebesar ini akan menghabiskan lebih dari separuh mana-nya. Namun, tidak ada pilihan lain. Ia merapal mantra dan membekukan patung raksasa tersebut. Si ular laut berkepala lima meraung melihat patung es yang serupa, bahkan lebih besar darinya. Merlin melanjutkan dengan meniupkan mantra bola api yang diluncurkan dari dekat mulut patung buatannya. Kewalahan karena efek kebingungan dari virus yang mulai menyebar, patung raksasa berukuran lebih besar darinya, dan bola api yang menghujani, hydra tersebut memutuskan untuk lari ke dasar laut.
Mereka menghela napas, bersyukur telah luput dari serangan monster laut tersebut. Merlin jatuh terduduk, kehabisan mana setelah merapal begitu banyak mantra. Shalima membopong juniornya yang tidak mampu berdiri. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pulau di selatan Cursed Oath Altar dengan Sam yang terbang sebagai pemandu dan pembuat jembatan es yang mereka pijak.
Sesampainya di ujung pulau, sekarang giliran Sam yang terkapar. James membuka portal di atas mereka dan mendapati bahwa hanya terdapat beberapa orang di pulau tersebut: tim mereka dan sekelompok fallen angel di tengah pulau. Matahari sudah terbenam, digantikan oleh bulan yang tidak cukup sebagai penerangan. Tidak melihat ada penjaga yang berkeliling pulau, mereka memutuskan untuk membuat tenda di tepi pantai untuk memulihkan diri dan menunggu hari berganti.
Sam dan Merlin beristirahat di tenda masing-masing, memulihkan mana dan energi setelah bertarung begitu lama. James membuat api unggun dan mengambil peran sebagai penjaga malam. Ia membuka portal ke ruang kerjanya, mengambil serbuk kopi dalam bungkusan kertas yang dicampurkan ke cangkir berisi air panas, dan menghirupnya sebagai penolak kantuk. Penutup tenda Shalima tersibak, penghuninya keluar dan ikut menghangatkan diri di dekat api unggun.
"Mau kopi?" James mendorong salah satu cangkir ke arah Shalima. Gadis tersebut awalnya hendak menolak, tetapi sadar bahwa tidak baik menolak pemberian dari gurunya.
"Maaf, saya tadi tidak terlalu berguna waktu pertarungan, Sir." Shalima membuka pembicaraan, mengingat kembali dua juniornya yang mendominasi pertarungan tadi. Perannya hanya sejauh menyembuhkan dan merapal barrier. Cangkir kopi setengah penuh diletakkan di tepi api unggun agar tetap hangat.
"Jangan berpikir begitu. Mereka bisa bertarung sepenuh hati karena percaya seniornya bisa menyembuhkan mereka kalau ada sesuatu yang terjadi. Saya pun sampai sekarang tidak mampu merapal sihir elemen." James menenangkan murid tahun ketiganya.
Memang bakat siswa Maple Academmy berbeda-beda, termasuk Shalima yang kemampuan penyembuhannya paling kuat di antara siswa lain. Walaupun begitu, tidak jarang murid yang kurang mampu merapal mantra besar dan menonjol merasa rendah diri dibanding mereka yang mampu.
"Terima kasih, Sir." Shalima tersenyum tipis. Cangkir kopinya hampir kosong. Ia berdiri, membersihkan pasir yang menempel di jubah, dan melihat tempat di sekitarnya. "Sir, saya izin berjalan-jalan sebentar."
"Jangan pergi terlalu jauh dari tenda, oke?"
Shalima menyusuri bibir pantai, suasana begitu sunyi dan damai. Andai saja ini bukan tempat persembunyian penjahat, tentu pantai ini bisa menjadi daerah wisata bagi penghuni Malice Island. Gadis penyembuh tersebut bersiul pelan sambil berjalan ketika kakinya terantuk sesuatu yang keras. Ia berjongkok untuk melihat apa yang membuatnya tersandung. Sesuatu yang bundar dan putih menyembul dari permukaan pasir. Shalima menggali benda tersebut lalu matanya terbelalak ketika menyadari apa yang sedang dipegangnya.
Sebuah tengkorak manusia, masih setengah basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expedition for Equalizer (MAPLE ACADEMY YEAR 2)
Fantasy[UPDATE SELASA & JUMAT] Sam Uine bersama kelompoknya; James, Merlin, dan Shalima, menjalani rangkaian study tour ke Pulau Malice yang penuh muslihat. Setelah mendatangi kastil Lord of Darkness, ia mengetahui bahwa tujuan mereka adalah mencari artefa...