Janin Siapa?

5 3 0
                                    


****

Rizki melaju mobilnya menuju kantor. Saat sampai di parkiran kantornya, Rizki mendapatkan satu telepon.

"Assalamu'alaikum, Ki. Ini Bunda. Tadi Bunda dapat telpon dari temannya Naya, dia pingsan di kelas. Kamu jemput yah, Nak."

"Wa'alaikumussalam, iya Bunda."

'Memang bandel banget nih anak. Udah aku bilang nggak usah kuliah.'  gerutu Rizki.
Dia menelepon Faiz memberitahu jika dirinya hari ini tidak masuk. Jadi Faiz harus menangani kantor dengan baik.
Sampai di depan kelas Naya, Rizki menanyakan keberadaan Naya.

"Naya tadi sudah dibawa ke rumah sakit, Pak." ucap salah satu temannya yang menganggap Rizki Oom Naya.

"Ya nggak usah Pak juga dong manggilnya. Aku masih umur 20-an. Parah banget." cetus Rizki langsung berlari ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit. Ternyata Naya masih pingsan. Rizki menyuruh temannya untuk kembi lagi ke kampus. Rizki menanyakan ada apa dengan Naya. Dokter hanya tersenyum saja. Ketika Naya siuman, dia ingin duduk bersama Rizki. Mereka duduk bersama di depan Dokter yang memeriksanya.

"Dok,,, sakit apa istri saya?"

"Naya itu istri kamu?"

"Iya, Dok."

"Oh... Kebetulan. Ini kabar bahagia." jawab Dokter membuat Rizki menelan air ludahnya dan gemetaran sementara Naya merasa keheranan.

"Kenapa, Dok?" tanya Naya.

"Selamat yah Naya, kamu sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu. Selamat atas kandungan kamu sudah 3 bulan." ucap Dokter membuat Naya mendelikan kedua netranya.
Dia memegang perutnya. Seketika bibirnya terasa kelu. Rizki hanya mengigit bibir bawahnya saja sembari menatap Naya. Tetapi wanita itu tertegun mendengar kabar ini. Dengan sedikit gagap dan terbata-bata, Naya menanyakan lagi.

"3 bulan? Coba periksa lagi, Dok. Barang kali Dokter salah periksa." cetus Naya.

"Kamu meragukan saya, Naya? Saya selalu menangani pasien. Saya tidak salah. Kamu memang hamil 3 bulan."

"Aa... Aa. Apa ini, Ki?" tanya Naya pada Rizki di hadapan Dokter. Dokternya juga menjadi heran karena keduanya seperti tidak bahagia.

"Kalian yakin sudah menikah kan?" tanya Dokternya karena merasa ada yang aneh. Naya dan Rizki langsung saling menatap dan memandang aneh si Dokter. Keduanya menjawab iya dengan gagap. Lalu mereka keluar dari ruangannya. Naya berjalan sambil memegang perutnya dan mengingat kata-kata Dokter tadi. Rizki bersikap biasa aja seperti acuh. Naya pikirannya tak terkendali, dia mencoba mengingat kejadian demi kejadian. Dia seperti tidak pernah berbagi malam dengan suaminya.
'Apa Roshan.' batinnya. Tiba-tiba saja Naya teringat Roshan karena hanya Roshan yang dekat dengannya.

"Itu anak ku, maafin aku yah Naya. Hilang kendali." ucap Rizki di dalam mobil yang sedang memasang sabuk pengaman. Dia dengan santai mengatakan itu dan membuat Naya terkejut. Wanita itu berpikir jika dia hamil karna Roshan. Tetapi Roshan saja juga tidak pernah menyentuhnya. Dan Rizki juga. Mengapa Naya bisa hamil? Apa tidur satu ranjang?

"Hilang kendali apa maksudmu?" tanya Naya memegang tangan Rizki.

"Iya. Kita berdua terbuai oleh malam itu. Kamu mabuk sedangkan aku tak bisa menahannya. Kamu sangat agresif, Naya. Aku juga seorang pria normal. Seberapa kuat iman ku menahannya tetap saja kan hilang kendali jika bersama istri. Lagi pula kita suami istri. Semua orang menanyakan sejauh apa hubungan kita berdua ini? Apa hanya secarik kertas dan dua tanda tangan di buku nikah saja atau ada tanda lainnya sebagai bukti pernikahan kita berdua." perjelas Rizki menatap Naya tanpa berkedip. Naya langsung menampar Rizki. "Plakkk... " Rizki kebingungan apakah dia salah mengatakan apa yang memang harus dikatakan. Bulir-bulir air mata Naya berjatuhan di pipinya. Rizki hendak menghapusnya.

"Stop... Aku benci sekali padamu, Ki. Kau memanfaatkan aku. Dasar cowok nafsuan!" cetus Naya.
Rizki dengan sigap menutup mulut Naya.
"Nay,,, dengarkan aku dahulu. Jangan katakan aku nafsuan! Aku sudah bilang aku manusia normal." bantah Rizki. Naya melepaskan tangan Rizki. Dengan sigap Rizki mengunci pintu mobilnya. Dia juga memegang kedua tangan Naya. Wanita itu juga begitu arogan. Dia sangat terpukul dan tidak bisa menerima kenyataan kalau dia hamil.

"Dengarkan aku dulu! Agar kamu nggak anggap aku ini seperti pria lain. Naya, Naya.. Naya!" Bentak Rizki untuk mengendalikan emosi Naya.
"Dengar yah, malam itu aku sudah bilang kamu pulang jam setengah dua belas malam. Diantar sama Roshan. Roshan mengatakan jika dia tidak sengaja memberi sebuah pil pada saat pesta. Jadi kamu langsung dibawa pulang. Bukan Roshan saja yang mengantarkan, tapi ada dua wanita juga. Aku percaya pada Roshan dia menjagamu. Saat aku hendak membawa mu ke kamar, tingkahmu sangat agresif. Aku mencoba keluar kamar dan menyiram mu dengan air tapi tetap saja tidak gunanya. Saat aku ingin keluar kamu menahanku. Aku juga nggak bisa menahannya. Jadi menurutku kita kan suami istri. Ya sudahlah. Tak apa. Aku juga yang akan bertanggung jawab. Ini bayi adalah anakku dan kamu. Jadi kamu jaga yah. Kita sama-sama jaga, oke sayang." ujar Rizki sembari mencium kening Naya dengan lembut. Naya hanya tertegun mendengar penjelasannya.

"Antarkan aku ke rumah Roshan." kata Naya.

"Untuk apa?"

"Udah. Antarkan saja."

"Baiklah, sayang ku." ucap Rizki melirik istrinya. Naya langsung memicingkan matanya kearah Rizki. Tapi pria itu menganggapnya sebagai candaan.
"Tatapanmu,,, membuat hatiku.." ledek Rizki. Naya menoleh ke arah Rizki dengan mendelikkan kedua netranya dan mengepalkan kedua tangannya.
"Ngerih ah... Jadi sayang. Hehehe..." goda Rizki sembari tersenyum melihat ekspresi Naya.

****

Sampai di sebuah rumah berwarna putih. Rizki memberhentikan mobilnya. Naya dengan cepat-cepat menuju ke arah pintu. Dia langsung menggedor-gedor rumah Roshan dan berusaha mendobraknya. Rizki terperangah melihat istrinya semarah itu dan seperti seorang laki-laki. Dia jago taekwondo. "Brak..." pintunya terbuka saat Naya mendobraknya. Rizki langsung berlari.
"Sayang,,,, kamu memiliki janin. Jangan seperti ini. Janin mu bisa lemah." ucap Rizki. Naya tak memperdulikan. Sampai ada seorang pembantu menemui mereka berdua.
"Dimana Roshan?" tanya Naya yang sangat brutal sekali.
"Sudah berangkat, Non. Dia pergi dari tadi pagi." jawab pembantu itu. Naya langsung menjatuhkan badannya ke lantai. Rizki langsung menangkap istrinya yang sesuka hatinya saja.
"Hancurlah aku." kata Naya sambil menangis dan memeluk Rizki.
"Hancur kenapa? Aku sudah katakan jika aku bertanggung jawab, Naya." ucap Rizki untuk menenangkan.
"Aku sudah hancur, Ki. Kau nggak tahu apa-apa. Aku hancur. Semuanya hancur. Hikshikss hiksshiks..." jawabnya sembari terisak-isak. Dia tenggelam dalam pelukan Rizki.
"Aku nggak tahu apa tentang kamu, Nay? Apa yang kamu maksud?" tanya Rizki. Naya hanya menangis saja dan minta pulang. Dia tidak menjawab pertanyaan Rizki.


Hai guy's jangan lupa di vote yah🤣🤣😂maaf baru update lagi. Soalnya baru siap UAS, hehehe😂😂do'ain yah semoga IPK naik lagi hehehe....
Kali ini aku publish malam" Karena baru megang handphone dan lagi ngetik ini di luar sama teman aku🤣😂semoga kalian suka yah. Btw si Naya ini galak banget yah tapi si Rizki nya bisa-bisanya godain singa yang lagi ngamuk. Wkwkwkk

Balai RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang