Len tengah menghabiskan pudding buahnya sembari menunggu sepupunya, Miku, pulang dari kencan. Hingga pudding yang keempat, Miku belum pulang juga. Padahal malam semakin larut.
Terdengar suara mesin mobil yang sepertinya berhenti di depan rumah. Len meninggalkan puddingnya dan menuju keluar. Di depan pagar, Miku berdiri berhadapan dengan pacarnya, Kaito, yang merupakan mahasiswa kedokteran. Padahal Miku masih kelas XI SMA. Setelah sedikit berbincang, Kaito mencium kening Miku, lalu memberikan senyuman sebelum pergi.
“Miku!” panggil Len. Miku tersentak.
“Iya, iya, Oniichan(kakak laki-laki)!” jawab Miku.
“Panggil Len aja, ah! Meskipun aku kakak sepupumu, tapi aku masih lebih muda darimu. Ayo masuk!”. Mereka menuju ke dapur.
“Len keren, ya? Sekolah jauh-jauh ke Tokyo. Padahal masih SMP,” kata Miku. Dia mengeluarkan sekotak donat yang sudah dingin, oleh-oleh dari kencannya.
“Namanya cari peruntungan,” jawab Len yang sedang menyeduh teh.
“BTW” sambung Len. Ngapain aja tadi, kok sampe malem?”
“Itu…kita rencananya mau nonton di bioskop jam 01.00, tapi tiketnya udah habis, jadinya dapet 20.00,” jawab Miku, nyengir.
“Lain kali gk usah maksa kalo dapet tiket jam segitu!!!” bentak Len.
“Sou, Sou, gomenasai, Onii-eh, Len(ya,ya, maaf, kak-eh, Len)!” jawab Miku gugup.
Mereka sedang menikmati donat-donat manis dengan the seduh yang masih panas. Meskipun tidak berbicara, Len berkata sesuatu di dalam hatinya.
'Kaito bener-bener lucky punya pacar yang imut dan berprestasi seperti Miku. Miku juga hebat bisa ngegaet mahasiswa.' Batin Len. Hatinya agak panas.
“Oh, iya,” ucap Miku tiba-tiba, membuat lamunan Len buyar. Gimana cewek yang sering kamu ceritain itu, siapa namanya? Rin?”
“Oh, dia. Kenapa?”
“Katanya kamu suka sama dia”
“Iya sekedar kagum aja, sih. Cewek, tapi kemampuan kepemimpinannya keren.”
“Udah ditembak, belum?”
“Besok nyoba.”
Padahal Len bohong. Dia memang cerita tentang Rin, teman sekolahnya, ke Miku. Tapi tentang rasa sukanya, dia hanya sekedar mengobati rasa sakit hatinya. Baginya, Rin terlalu kaku. Gadis yang begitu patuh pada peraturan, jadinya tidak asyik. Karena gadis yang Len suka adalah Miku. Tapi Miku sudah dimiliki Kaito. Tentu saja harapannya pupus.
Hari Minggu tiba dengan cepat. Disaat waktu untuk bersantai-santai, Len harus latihan basket di sekolah. Sedangkan Miku, seperti biasa, pergi menemui Kaito untuk mengajaknya kencan.
Sebenarnya Miku belum mengabari Kaito, supaya jadi kejutan. Dia menuju ke Tokyo University. Miku melangkah dengan hati yang berdebar-debar sambil membayangkan ekspresi bagaimana yang akan Kaito tunjukkan.
Miku langsung masuk ke kelas Kaito dan terkejut melihat Kaito sedang merokok dengan teman-temannya. Kaito juga kaget melihat kehadiran Miku yang tiba-tiba. Dia langsung mematikan rokoknya kemudian menghampiri Miku.
“Kok kamu kesini, sih!?” Tanya Kaito dengan galak. Miku kaget.
“Eto…aku…aku…”
“Lain kali SMS, dong!”
Seantero kelas memandangi mereka berdua. Beberapa ada yang berbisik-bisik. Kaito menyadari, lalu mengambil sikap tenang.
“Udah, kamu pulang sekarang,” pita Kaito.
“Tapi aku baru…”
Kaito pergi keluar kelas. Air mata Miku tidak bisa dibendung lagi. Setelah jauh dari Tokyo University, Miku tidak tahu harus kemana lagi sekarang. Dia tidak punya rencana apa-apa selain pergi ke Tokyo University.
“Kaito bohong,” gumam Miku, kemudian berjalan entah kemana.
“Tadaima (aku pulang)!”
Len heran rumah masih sepi. Len masih ingat kalau Miku akan pulang sebelum petang. Dia mulai khawatir, ditambah hujan lebat akan turun malam ini.
“Sudahlah. Udah biasa ngadepin yang kayak gini,” kata Len lalu pergi mandi.
Hingga malam tiba dan hujan sudah turun, Len belum mendengar suara Miku. Len benar-benar khawatir. Perasaannya tidak enak. Tanpa pikir panjang, Len mencari Miku diluar, dengan bermodal payung. Ia mencari Miku di tempat yang biasa Miku kunjungi.
Di café, perpustakaan, bahkan mall, Len belum menemukannya. Kemudian dia ingat satu tempat lagi. Taman kota.
Setibanya, Len terkejut melihat seorang gadis yang ia sayangi basah kutup duduk di tengah hujan. Kelihatannya sedang menangis. Segera, Len melepas payungnya, berlari kearah gadis itu, lalu memeluknya. Gadis yang bernama Miku itu kaget.
“Ceritakan padaku apa yang terjadi,” tanya Len. Dia mempererat pelukannya.
“Kaito…” jawab Miku lirih.
“Ada apa dengan dia?”
“A-aku gk mau tahu…”
Miku membalikkan badannya lalu memeluk Len dalam keadaan masih duduk. Melihat Miku yang menangis seperti itu, Len ingin menciumnya. Tapi dia segera sadar. Miku bukanlah miliknya. Dalam hati, Len merasa murka kepada Kaito. Meskipun dia tidak tahu apa yang Kaito lakukan hingga membuat Miku menangis seperti ini. Yang bisa dia lakukan hanyalah membelai rambut Miku.
Sepulang sekolah, Len langsung pergi ke Tokyo University dan mendapati Kaito sedang berjalan keluar. Segera dia hampiri dan menarik kerah baju Kaito. Kaito kaget.
“Ngapain kemarin loe bikin sepupu gw nangis?” Tanya Len. Tatapannya dingin.
“Maksudmu? Miku-chan?” jawab Kaito.
“Loe masih bisa pamnggil dia pake tambahan “-chan” setelah nyakitin hatinya?”
Kaito terdiam. Dia melepaskan tangan Len dari kerahnya.
“Kemarin gw kelepasan marah karena dia datang kesini. Padahal gw udah bilang jangan temui gw disini.”
“Cuma itu? Loe pikir cinta cuma memandang nafsu? Kalo loe masih bajingan kayak gini, mendingan putus aja sama Miku.”
Kemudian Len pergi. Kaito berdiri membisu, memandangi kepergian Len. Kaito berpikir bahwa Len benar. Dia masih seperti anak-anak. Dia juga tidak menyangka Miku benar-benar menjadi sakit hati. Ditambah, dia jugapernah janji ke Miku bahwa tidak pernah merokok.
Sambil berjalan, Len merenungkan hal tadi. Niatnya hanya agar Miku dan Kaito bisa balikkan Lagi. Len tahu Miku serius mencintai pemuda itu. Len masih berusaha move on dari gadis ponytail itu, meskipun begitu sulit.
SMA yang menjadi tempat menuntut ilmu Miku sudah usai. Dia hendak menuju ke taman bermain karena mendapat SMS dari Kaito. Meskipun Miku masih kepikiran peristiwa kemarin, dia tetap pergi karena Miku mencintainya.
“Miku,” panggil Kaito. Mereka berdiri berhadapan. “Maaf buat yang kemarin. Aku berbohong.”
“Gk papa, aku juga ngelanggar janji gara-gara cuma pengen bikin kejutan buat kamu. Gomenasai (maaf),” jawab Miku.
Kaito memeluk Miku dengan erat. Miku kaget, namun entah mengapa dia teringat akan hujan kemarin.
“Miku, aku janji gk akan bikin kamu nangis lagi gara-gara kesalahanku.” Kemudian Kaito mencium kening gadis yang dicintainya.
Ternyata, Len melihat mereka di tempat yang tersembunyi. Dia baru saja dari supermarket dan jalan pulangnya memang melewati taman. Len tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Make Your Smile
FanfictionGadis dengan rambut hijau tosca itu benar-benar membuatku jatuh cinta padanya. Sayangnya, aku tidak bisa memilikinya.