Ketegangan menyelimuti ruang tamu rumah Alin. Sudah duduk di sana Starla dan Darmawan berhadapan dengan Alin dan Petra. Kedua belah pihak saling diam, menunggu siapa yang mau membuka pembicaraan.
Petra akhirnya berdeham guna mencairkan suasana."Ma, Om Darmawan, maaf, Petra dan Starla tidak akan melanjutkan perjodohan ini," ujar Petra sambil menatap lurus Darmawan di hadapannya.
Setelah Petra mengatakan itu, Darmawan dengan raut wajah serius pun berubah seperti menahan tawa sambil melirik ke arah putrinya. Tawanya pun tersembur. Bola matanya kini berubah ramah.
Petra menatap mamanya. Sementara Alin hanya mengangkat bahu.
"Hahaha. Om sudah tahu kamu pasti akan mengatakan hal itu," ucap Darmawan seraya meminum teh yang tersaji di atas meja.
Petra mengerutkan kening, begitu juga Alin.
"Maksud Om Darmawan?"
"Kedatangan saya ke sini adalah untuk membatalkan perjodohan Starla dengan Petra," jelas Darmawan membuat Petra mengerutkan kening tak mengerti. Petra melirik ke arah Starla seraya meminta penjelasan lebih lanjut.
Starla tersenyum ramah. "Papa mengizinkan aku untuk mencintai pria pilihanku," kata Starla.
"Lalu, bagaimana dengan perjanjian almarhum suami saya?" tanya Alin yang merasa tak enak.
Darmawan tersenyum, "Alin, zaman modern seperti sekarang, biarlah mereka yang menentukan masa depan mereka sendiri. Tugas kita hanya mendukung sampai anak-anak kita sukses dan bahagia." Darmawan mengambil jeda sejenak lalu melanjutkan lagi. " Soal perjanjian saya dengan Gunawan, saya akan menerima pilihan pertama yang kamu tawarkan. Menjadi mitra dalam bisnis mebel. Bagaimana?"
Alin memandang Petra sejenak. "Ya. Asalkan Petra bahagia."
"Terima kasih Ma, Om, Starla," ucap Petra penuh rasa haru.
Starla memeluk Darmawan erat. "Terima kasih, Pa."
"Bagaimana kalau siang ini kita makan bersama? Hitung- hitung buat silahturahmi," ajak Darmawan dengan perasaan senang.
"Boleh, Om."
"Terima kasih Pak Darmawan," Alin menyetujui.
***
Kafe Starlight sebagai tempat pilihan untuk makan siang mereka. Satu meja panjang di tengah kebun, membawa suasana asri untuk bercakap ria.
"Kafe ini benar-benar bagus," puji Darmawan. "Silahkan pesan menunya," katanya lagi seraya membagikan buku menu.
Selagi melihat daftar menu, tiba-tiba saja datang seorang pemuda memakai kaos hitam dan celana jeans menghampiri meja mereka.
"Om Darmawan datang kok tidak bilang-bilang?" kata pemuda itu. Semuanya menoleh ke arah sumber suara.
Bola mata Petra memelotot, "Yordan?!"
Yordan menoleh, "Hei, Petra. Apa kabar?" Mereka saling menjabat tangan.
"Baik ..baik."
Selagi Yordan, Starla, Petra berbincang, Alin dan Darmawan memanggil waitress untuk memesan makanan.
Sekarang giliran Starla menautkan kedua alisnya. "Loh, kalian saling kenal?"
Yordan tersenyum, "Dia ini pria yang disukai sama adikku."
"Pantas saja Yosika menatapku seolah kita sedang bersaing ketika kami berpapasan."
"Yah, adikku memang seperti itu sifatnya. Haha."
Mendengar nama Yosika disebut, raut wajah Petra berubah murung. Dan Yordan mengetahuinya.
"Baiklah. Hari ini aku yang traktir. Selamat menikmati hidangannya," ucap Yordan ketika melihat waitress membawakan pesanan.
"Ih, Papa kok sudah pesan duluan," protes Starla.
"Mama juga," ucap Petra melirik Alin.
"Habis kalian masih ngobrol. Kan Papa sudah lapar," kata Darmawan sambil menyantap nasi ayam lada hitam.
"Sama. Mama juga sudah lapar. Nunggu kalian selesai ngobrol, bisa-bisa Mama tidak makan."
Lantas, mereka semua tertawa melihat ekspresi Starla.
"Oke. Kita pesan juga kalau begitu," ucap Petra menyudahi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You [Terbit]
RomanceSejak pertemuan pertamanya dengan Petra di sebuah acara kantor, Yosika tidak mampu melupakan pria itu. Dia tergila-gila pada Petra yang kaku dan berhati es. Berbagai cara Yosika lakukan agar Petra jatuh cinta padanya, tapi tetap saja, Petra tak ped...