Bab 1

349 31 0
                                    

"Aku dimana?"...Aku berguman dan pandangan terasa samar-samar, menggosok mataku dengan lengan, barulah pandanganku mulai terasa jelas. Ternyata aku di rumah sakit, tetapi bagaimana anak yang aku selamatkan berpakaian berbaju putih itu.

Tiba-tiba aku merasa merinding, berpikir apa anak di jalan rel kereta itu?. Menghela napas, setelahnya aku mengelengkan kepala untuk menghilangkan pikiranku yang terlalu jauh.

Bagaimana aku bisa menyentuhnya, kalau itu benar-bener hantu? Pikiranku yang masih terasa lucu bagiku karena umur yang tidak lagi muda ini, tetapi masih takut hantu. Merasa ada pergerakan di sebelah kiri ranjangku, barulah aku menyadari bahwa ada seseorang juga.

"Daisy? Kamu sudah bangun, nak?" Ucapnya yang masih belum tersadar.

"A..a.. "membuka mulut dengan terbata-batah pada pandangan yang berada di depanku. Ya tuhan, mimpi apa aku semalam?? Batinku yang berseru, tetapi mulutku masih kesulitan untuk mengatakan sesuatu.

"Hey, kamu baik-baik saja, sayang?" Ucapnya lagi karena aku tidak mengatakan apa-apa.

"Aaaaa....!!!"

Aku pada akhirnya berteriak, setelah terkejut sebentar dan mengoceh dalam pikiranku. Ya ampun, aku di panggil sayang..sayang.. dan bahkan bukan itu saja, tetapi aku dapat perhatian. Meskipun begitu, aku tidak berhenti berteriak dan air mataku tumpah karena terharu.

"Aaaa..aaa..hiks..hiks....aa..."

Wanita yang melihatku seperti itu, sudah berlari mencarikan dokter. Ketika mereka sampai di kamarku, mereka terkejut dan dokter tidak tinggal diam. Aku yang meperhatikan dan tahu bahwa dokter menberikan obat penenang, tidak tinggal diam karena aku masih ingin sadar.

Mungkin karena aku terlalu senang dan mencoba untuk tenang. Kalah dengan dokter, tapi apalah daya, aku mau tidak mau merasa mengatuk dan sebelum aku benar-benar tertidur, merasakan ada kehangatan yang mengelus kepalaku dan suara wanita itu.

"Sayang.. semuanya akan baik-baik saja dan aku pasti membuatnya baik-baik saja."

Begitulah aku yang sudah tidak tahan lagi, kegelapan yang menyambutku tetapi ada yang aneh. Seolah-olah kegelapan hanya sebatas latar belakang semata, aku berjalan dan mulai terlihat seperti buah salak.

Tiga buah salak, aku mencoba mengkupasnya satu buah hingga terbuka sepenuhnya. Pertama tertulis kepintaran dalam bidang ilmu pelajaran, kupikir aku tidak membutuhkannya karena aku sudah
tidak sekolah. Tidak sampai di situ, aku mengkupas yang kedua yang bertulis bakat seni, aku merasa cukup senang dengan itu.

Buah salak terakhir, tidak terlihat sama dengan yang lain. Ujungnya terlihat busuk tetapi bawahnya tidak, sejujur aku merasa perasaan yang tidak enak karena aku bisa membedakan mana buah busuk atau tidak.

Menghela napas sebelum mengkupasnya, aku pikir aku tahu yang ada di dalam. Sejujurnya aku tidak mau serakah tetapi aku ingin memastikan bahwa dugaanku benar. Barulah setelah aku mengkupas kulit salak, aku benar tertulis penyakit kelelahan yang merupakan kelemahanku.

Praaak...

Aku membanting sekeras yang aku bisa lakukan dan berlari berlawanan dengan buah yang aku lempar tadi. Sudah cukup.. aku tahu aku pengecut dan bukan salahku, aku bertubuh lemah pikiranku. Masih berlari di dalam kegelapan mimpi dengan putus asa.

"Aah..hah..hah.." bernapas dengan kasar dan pandangan yang aku lihat, terakhir kali masih sama. Akhirnya aku bisa sadar juga, mimpi itu sangat aneh. Memeluk lututku dengan kedua tangan gemetar, aku mencoba untuk tenang.

Tanpa sepengtahuanku sebuah tangan terulur padaku, masih mencoba untuk tenang dan menatap dengan ragu-ragu. Memperbaik posisi tubuhku dengan perlahan sambil berpengang tangan, seolah wanita yang ada di hadapanku tahu yang aku butuhkan saat ini.

Dia memeluk aku tanpa ragu-ragu sambil mengelus kepalaku, perlahan-lahan seperti seorang ibu, tanpa sadar aku tersenyum dan membalas pelukkan sebagai tanda aku menyukainya.

butterfly effect from fans inso's lawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang