Ini adalah bab terakhir.
Selamat membaca.╔═ ✒ ═══ - ═══════╗
Let's Rest For a While
╚═══════ - ══ ✒ ══╝"Hah ... ca-pek ...," Taufan tersengal. Tangannya menyeka keringat yang membasahi dahinya.
"Udah ya, Kak ... capek...," bujuk Gempa dengan nafas yang memburu.
"Ck! Itu 'kan salah kalian juga," ketus Halilintar. Walaupun begitu sebenarnya dirinya agak kasihan ketika melihat wajah pucat kedua adiknya. Ralat, kecuali Taufan karena tadi anak itu sudah mengatainya tadi.
Halilintar menatap kedua adiknya yang masih tersengal-sengal. Kemudian ikut duduk di bangku panjang yang dinaungi pepohonan berbatang kurus dengan dahan melengkung seperti payung.
Sembari beristirahat mereka kembali mengobservasi suasana sekitar. Selain fauna, flora di kebun binatang ini tak kalah mengesankan. Membuat daya tarik tersendiri di mata pengunjung. Jika seandainya Thorn ikut pasti dia akan senang sekali.
Ngomong-ngomong soal kembar keenam, si Thorn. Pasti saat ini anak itu sedang menangis mengetahui saudaranya jalan-jalan tanpa mengajaknya. Dan Ice si kembar kelima akan kerepotan karenanya. Lalu mengeluhkan tentang waktu tidurnya yang berkurang.
"Hm~ binatang apa lagi yang kita harus liat, ya? Kalau kalian mau liat apalagi?" tanya Taufan.
"Aku malas, kalian saja putuskan," sahut Halilintar yang terlihat bosan.
"Putuskannya nanti aja, kita beli es krim dulu, yuk. Aku yang traktir!" kata Gempa yang lalu berjalan menuju penjual es krim yang berada agak jauh dari tempat mereka duduk.
Dilihat dari wajahnya yang cerah. Sepertinya kedua kakaknya telah berhasil membuat Gempa bersantai dan melupakan tugas-tugasnya untuk saat ini.
Sesuai dengan harapan, misi telah berhasil.
~o0o~
Sudah lewat sepuluh menit Gempa pergi. Dan nggak ada tanda-tanda dia akan kembali. Apakah antrean membeli es krim memang sedang banyaknya?
"Duh, kok Gempa lama sih? Jangan-jangan diculik lagi," kata Taufan asal. Dirinya saat ini sedang sangat bosan.
Padahal bisa saja dia memainkan ponselnya sembari menunggu. Akan tetapi menurut kesepakatan bersama Tok Aba sebelum mereka berangkat tadi, nggak ada yang boleh memainkan ponsel kecuali untuk berfoto sebagai kenang-kenangan ataupun keperluan mendadak lainnya. Memang sih ponsel bisa mendekatkan yang jauh, tapi perlu diingat ponsel juga bisa menjauhkan yang dekat.
"Ngawur, mana mungkin bocah itu ada yang bisa menculik, paling si penculik yang sengsara, hehe."
Taufan bergidik ngeri melihat tawa si sulung yang terkesan sadis itu.
"Jangan ketawa kek gitu deh, serem tau!" Taufan melirik beberapa pengunjung yang melewati mereka terlihat menyingkir. Sepertinya dia telah melupakan kejadian di mana dia juga pernah berbuat sesuatu yang membuat para pengunjung ketakutan.
Halilintar mengabaikan perkataan adiknya itu. Ia kembali mendengus geli mengingat kejadian beberapa tahun silam.
"Tapi benar juga, aku malah kasian sama penculiknya," walaupun berkata demikian, Taufan tetap cengengesan. Bagi mereka kejadian itu adalah hal yang nggak terlupakan.
Bahkan sampai sekarang mereka masih sulit percaya, adik mereka yang penurut dan nggak tegaan itu bisa membuat kapok seorang penculik dan bahkan membuatnya bertobat. Entah akan menjadi orang seperti apakah adik mereka itu di masa depan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Rest For a While (Halilintar|Gempa|Taufan) ✔️
FanficThree-shot! Kembar ketiga mereka terlalu lama mengurung diri dikamarnya. Sebagai kakak yang baik, tentu Halilintar dan Taufan enggak akan membiarkan sang adik berlumut di kamar. Mereka akan mengajaknya keluar bagaimanapun caranya! Original trio brot...