Arctophile - 40

712 57 47
                                    

sorry for typo
HAPPY READING

_______

Setelah berlari kearah Lucas sesuai dengan perintah sang ayah, kini Aubree terduduk kaku didalam helikopter seorang diri. Dia bahkan menolak seseorang untuk menemaninya, dan beralih mengasingkan dirinya disudut bawah kursi yang ada didalam sana.

Tubuhnya bergetar dengan tangis yag masih kental dengan sedu sedan, dia ingin melihat sang ayah. Tapi rasanya begitu takut jika harus melihat Taeyong yang ada disana.

Bre memeluk lututnya dengan mata terpejam, lutut itu terasa sakit karena dia berjongkok. Namun, rasa takutnya jauh lebih besar dari semua rasa sakit yang dideranya.

Duar...

Menutup telinga dengan bola mata melebar, Bre terlihat semakin takut ketika terdengar bunyi dari senjata api yang begitu kencang. Seorang anak buah jongin yang sejak tadi menunggu Bre itu mendekat, tapi Bre kembali menolaknya karena takut.

"Jangan kesini ahjussi, please" matanya terbuka lebar dengan kedua tangan menutupi telinga. Lelaki itu hanya mengangguk dan melihat Bre dari jarak yang lebih dekat, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menemani balita itu dari dekat.

Suara peluru kembali terdengar, kali ini sebanyak dua kali membuat Bre mengencangkan tangisnya. Jelas saja, dia takut jika sang ayah ada dalam bahaya.

"Appa mu akan baik-baik saja, Bre. Ahjussi yakin itu" Lelaki itu bicara dari jarak yang lumayan dekat, tubuhnya pun sudah merendah dan ikut berjongkok dihadapan Bre.

Suara bising terdengar bersamaan dengan pintu darurat yang terbuka, jongin masuk kedalam sana. Mencari keberadaan sang anak dengan wajah yang masih penuh emosi, dia seolah belum puas jika keadaan Taeyong masih belum jelas. Karena harapan dia adalah kematian dari lelaki itu.

Sehun sudah membawa Jaehyun yang terluka menuju rumah sakit terdekat dengan bantuan anak buah Junghwan. Dan beberapa anak buah yang tersisa pun sudah jongin beri perintah untuk membuat jasad Taeyong sejauh mungkin, dengan kuasa yang Junghwan miliki di negara ini tentu saja mereka akan terbebas dari pada penegak hukum.

"Appa" Lirihan Bre membuat jongin menolehkan kepalanya, wajah emosinya berubah khawatir saat meliha air mata menghiasi wajah cantik sang anak.

Sudah sangat lama wajah itu tidak dihiasi air mata sederas ini, dan hari ini anaknya kembali mengeluarkan cairan bening dari matanya berkat lelaki bajingan yang sama.

Jongin langsung menggendong Bre dan memeluk tubuh ringkih itu dengan erat mengecup seluruh wajah sang anak, mendudukkan tubuhnya disalah satu kursi dan memangku Bre. Memastikan jika keadaan sang anak baik-baik saja tanpa luka sedikit pun.

Ya, Bre memang tidak terluka secara fisik. Tapi sepertinya untuk psikisnya dia akan mengalami banyak trauma.

"Appa disini sayang, kau tidak perlu takut. Appa disini" Jongin menenangkan Bre yang mengeraskan tangis didalam pelukannya. Bahkan orang dewasa pun akan merasakan hal yang sama ketika rasa sedihnya menemukan tempat untuk berkeluh kesah.

"Appa okay?" Bre mendongak, menatap sang ayah dan memastikan keadaannya. See, entah bagaimana anak ini tercipta, tapi dia tetap mementingkan keadaan orang lain sebelum keadaannya sendiri.

Jongin tersenyum manis, memberi kecupan dalam dikening sang anak,
"Appa okay, honey. Kita pulang dan bertemu eomma, ya? Kau akan hidup tenang mulai sekarang, jangan pernah pergi dari sisi appa dan eomma barang sedetikpun. Kami menyayangimu, Bre" Ucap jongin dengan mata yang berkaca dan hati yang menghangat.

Dia tidak bisa sedikitpun membayangkan bagaimana kehilangan mataharinya yang begitu bersinar walau dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bre mengangguk tipis dan kembali menyandarkan tubuhnya dalam dekapan sang ayah.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang