"Kekhawatiran"
Sebelumnya.
"Mmmpphhhh!!!!"
.
.
.Naruto dapat merasakan sesuatu menggapai mulutnya dan tangan lain memeluk pinggangnya perlahan,dia sedikit tersentak dan ingin melirik, 's-siapa yang membekapku?! Apa salah satu dari mereka, tapi kenapa dia bersembunyi?'. Naruto sedikit memberonta dari genggaman yang mengerat di mulutnya,sampai suara rendah tajam itu menginterupsi untuk berhenti.
"Ssshh."
Untuk beberapa alasan,dia taklagi mampu bergerak. Entah apa yang difikirannya saat ini,naruto bisa merasakan perasaan aman. Tak memperdulikan keselamatannya yang mungkin akan lebih dalam bahaya,tapi yang jelas,dekapan orang di belakangnya ini membuatnya bingung. Haruskah ia melepaskan diri darinya dan membiarkan dirinya ketahuan atau berdiam diri dan akan berakhir sama jika memang orang dibelakangnya ini sekomplotan dengan penjahat itu.
Suara dua manusia di luar gua tidak terdengar lagi,dan hilang dari peredaran. Naruto memastikan bahwa mereka telah benar-benar sudah pergi barulah saat itu naruto langsung melepaskan diri dari orang dibelakangnya secepat kilat. Saat naruto membalik dan melihatnya,saat itu juga air matanya mengalir turun dari pipinya. Untuk berdiam sejenak dan tanpa aba aba, naruto menghamburkan tubuhnya kedalam pelukan orang itu. Menangis karena ketakutan.
Membalas pelukan itu dengan lembut dan mengusap punggung Naruto perlahan. Orang itu memeluk naruto dengan sangat hati-hati seakan akan jika dia mengasarinya mungkin akan pecah seperti kaca. Orang yang memeluk naruto dengan sebegitu lembutnya tidak lain dan tidak bukan adalah Sasuke. Dengan perasaan yang aneh,sasuke menyalurkan aura aman,dan nyaman dan membuat Naruto sedikit demi sedikit berangsur-angsur tenang. Setelah gemetar yang dirasa tidak lagi mengganggu naruto melepaskan pelukannya sambil masih menunduk. Sasuke dengan sabar menunggu agar tidak membuat naruto kembali ketakutan,Sasuke berkata pelan,"Ayo pergi."
Barulah mereka pergi ke tempat yang lebih aman untuk beristirahat dikarenakan hari sudah gelap dan tidak memungkinkan untuk pergi membawa naruto dengan keadaan seperti ini. Sasuke menggandeng tangan naruto tanpa mengatakan apapun sedang Naruto sendiri hanya pasrah,dan terus menundukkan kepalanya. Jejak air mata telah mengering digantikan dengan wajah sendunya. Hingga mereka menemukan sebuah pondok kecil yang sedikit penyok bagian atas atapnya. Sasuke membawa Naruto duduk dengan pelan dan pergi, namun naruto menghentikannya.
"J-jangan pergi.." Sasuke kembali berbalik dan ikut duduk disampingnya, menggenggam balik tangan lembut itu seraya mengusapnya.
"Kau kedinginan,api akan menghangatkanmu." Naruto tidak menjawab tapi perlahan tangannya yang memegang tangan sasuke mengendur,membiarkan sasuke pergi. Tanpa mengatakan apapun lagi sasuke pergi untuk mencari kayu bakar. Tak butuh waktu lama sasuke telah kembali dengan setumpuk kayu yang diikat. Sasuke menyusun ranting kayu itu dan membuat perunggu di sekelilingnya. Sasuke bangkit dan menggeledah pondok kecil didalamnya dan menemukan korek api dan sedikit minyak.
Setelah puas membuat kehangatan untuknya juga Naruto Sasuke kembali duduk di samping Naruto yang masih setia menundukkan kepalanya. Posisinya Naruto menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya di bawa lututnya itu. Punggungnya sedikit bergetar walau sudah bersusah payah untuk tidak membuatnya semakin jelas bahwa dia sedang menangis. Sasuke menatap dalam diam, dia ingin menenangkan orang disampingnya ini walau hanya dengan tepukan dipunggung sempitnya ataupun pelukan. Mengucapkan kalimat penenang dengan lembut. Tapi dia bisa apa, Naruto akan berfikir apa tentangnya jika dia melakukan itu. Bukankah akan terlihat aneh. Tapi disaat keadaan seperti ini apa yang bisa terfikir kan selain keselamatan masing-masing. Pada akhirnya Sasuke hanya diam dan memastikan sekitar aman untuknya dan Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Berlian yang tebuang || ✓
Roman d'amour-[Book 1]- Hanya kisah seorang anak yang hidup dengan terus menerus menentang nasibnya yang berkhianat. Tak peduli apapun, hatinya sudah beku akan kasih sayang yang membuatnya menjadi sosok malaikat pemaaf tak terbatas. Kehidupan remajanya terusik d...