Chapter 18

1.2K 54 3
                                    

Happy Reading

*

*

*

Hidup bukan pilihan, tapi cobaan. Cobaan dibuat agar manusia berjuang untuk melewati pedihnya kehidupan. Karena hidup bukan hanya tentang kebahagiaan, tapi juga tentang kepedihan yang menyisakan luka dan tangisan.

***

"Selamat tinggal, Papa."

Shila melepaskan pelukannya. "Shila nggak akan ngecewain papa. Suatu saat keluarga kita akan kembali dipertemukan di sini."

Ayah Shila tersenyum mendengar perkataan putrinya. "Kembali ke sana," ucapnya sambil menunjuk Athur.

"Berbahagialah."

Shila mengangguk. Shila kembali kepada Athur. Perlahan ayah Shila menghilang hingga benar-benar lenyap dari pandangan Shila. Shila tersenyum sambil terisak. Tapi Shila langsung menghapus air matanya. Bagaimana pun juga Shila tidak ingin mengecewakan ayahnya.

Shila memegang tangan Athur, lalu tersenyum kepadanya. Athur membalas senyumannya.

"Masih banyak hal yang akan aku lalui, tapi apa pun itu, selama orang yang aku sayang ada di samping aku, aku pasti bisa melalui semuanya."

***

Dokter yang menangani keadaan Shila keluar dari ruangannya. Sean yang sedang duduk pun langsung berdiri dan menghampirinya.

"Bagaimana, Dok, keadaannya?"

"Pasien telah meninggal--"

"BOHONG! DIA ORANG YANG KUAT, TIDAK MUNGKIN DIA MENINGGAL. DOKTER JANGAN BERBOHONG!" Sean mencengkram kerah baju sang Dokter. Amarahnya tak terkendali. Matanya memerah sambil mengeluarkan air mata.

"Santai, Bro! Maksud saya telah meninggalkan komanya," ucap Dokter itu sambil melepaskan cengkraman tangan Sean.

Sean membuang napasnya lega. Akhirnya, hal yang ia takuti tidak terjadi.

"Makanya kalo orang ngomong itu jangan dipotong!" Dokter yang menangani Shila kelihatannya masih sangat kesal dengan Sean.

"Maaf, Dok."

"Dia ternyata lebih kuat dari yang saya kira," ucap Dokter itu.

"Kalo gitu saya permisi dulu," ucap sang Dokter lalu berlalu meninggalkan Sean.

"OH, IYA! KAMU DOKTER, KAN? BERSIHKAN DULU DIRI KAMU. KAMU TIDAK TERLIHAT SEPERTI DOKTER TAPI SEPERTI GEMBEL!" teriak sang Dokter dari jauh yang suaranya menggema di lorong rumah sakit. Dokter macam apa yang teriak di rumah sakit?

"Ternyata ada spesies dokter seperti itu," ucap Sean sambil geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba ponsel Sean berdering, ada panggilan masuk dari ayahnya.

"Hallo, Pa. Ada apa?"

"Ada apa kamu bilang? Satu gedung rumah sakit habis terbakar, butuh waktu lama untuk melakukan renovasi. Kita rugi besar!" Ayah Sean terdengar frustasi dan emosi.

The Secret Shila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang