Episode 2

213 31 0
                                    

Kupikir ibu daisy, sudah menyiapkan dari beberapa minggu yang lalu. Tanpa sepengtahuan, pantas saja kemarin ia seperti anak yang melakukan kesalahan, ternyata karena ini.

Memang sifat yang selalu tidak menyerah dan melakukan sesuatu dengan rencana yang matang, membuat ia bisa melakukan perkerjaannya sebagai ceo. Meskipun begitu, bagaimana ia bisa memiliki sifat yang bertolak belakang di depan putrinya?

Ceo keajaiban yang di pimpin langsung seorang wanita yang memiliki satu anak perempuan, ia di juluki sebagai ratu es. Sifatnya yang dingin dan datar tetapi pemimpin yang kompenten.

Bahkan terdengar gosib, masa kecil sudah di didik dari umur 4 tahun dengan sangat ketat. Ada juga yang mengatakan ia reikarnasi dari seorang bidadari yang turun dari surga, alasannya adalah menujukan bahwa pria dan wanita itu setara.

Memikiran itu di benakku, tanpa sadar aku tertawa kecil. Mungkin benar, bahwa ibu itu bidadari dan melahirkan anak yang memiliki kekuatan yang bagus ini.

"Daisy, Apa ada?" Ucap seseorang yang aku kenal, siapa lagi? Kalau bukan ibu.

"Daisy hanya memikiran sesuatu"

"Apa itu?" Lanjutnya sambil mengelus kepalaku dengan sayang. Aku menanggapinya dengan senyum tipis.

"Katanya ibu membeli nama, kalau begitu. Siapa nama ibu?"

"Oh astaga. Apa ibu belum memberitahukan nama kita?"

"Nama kita? Kalau begitu aku juga ya" Ucapku yang pura-pura bingung, sebenarnya setenggahnya aku benar-benar tidak tahu, kenapa perlu membeli nama keluarga.

"Iya, sayang. Di korea memiliki nama belakang dan depan, itu di gunakan untuk nama keluarga dan panggilan kita"

"Tapi aku memiliki nama yang panjang, jadi bukannya aku tidak perlu?"

"Itu berbeda, sayang." Seolah-olah bingung, bagaimana menjelaskan kepadaku. Keheningan terjadi di antara kita, baiklah aku bisa mencari di buku nanti.

"Ibu, siapa namaku?" Nanya aku yang tidak bisa menahan karena penasaran.

"Hah??"

"Siapa namaku?" Nanya aku lagi, tetapi jawabannya bukan sesuai harap.

"Apa? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa kamu salah makan, akhir-akhir ini?"

Sebelum ibu mengatakan lebih jauh, aku mencoba mengatakan sesuatu, tetapi aku kalah cepat.

"Ah!! Aku baru ingat, daisy makan terlalu banyak hingga membuatmu, seperti sapi bertina. Bahkan otaknya jadi lambat" lanjutnya sambil berpura-pura sedih, tidak cukup mengatakan itu saja, bahkan bergumam.

"Harusnya aku menghentikan, agar dia tidak tertukar dengan sapi. Bagaimana bila daisy di sembeli?"

"Ibu keterlaluan!!" Kataku menjerit karena kesal. Melihat reaksiku, ibu bukan menyesal tetapi tersenyum dan mengatakan yang tidak bisa aku bantah.

"Ibu keterlaluan? Atau daisy yang makan kebanyakkan hingga 10 kali dalam sehari??"

Memang aku selalu kesulitan berdebat dengan ibuku ini, pikiran kami hampir sehati. Apa sebenarnya kami itu kembar ya? Kataku dalam hati, menggeleng kepala dan mengalihkan pandangku karena kesel sambil cemberut.

"Jangmi yang artinya mawar namaku, lalu nama keluarga kita.."

Aku tahu tipuan ini, ibu mencoba mengalihan perhatianku. Meliriknya sebentar, mata kami bertemu. Mengalihkan pandangku dengan cepat, tetapi yang tidak di inginkan terjadi.

Plakkk..

"Aduh..!!" Kepalaku terasa perih dan kesemutan. Melihat kejadian terjadi, ibu sepontan bertanya.

"Astaga, kamu tidak apa-apa?"

"Ya ampun. Sakit apa tidak?" Tanya pramugari wanita sedang lewat, sebelum aku menjawab pertanyaan dari mereka.

"Ya, sakit sepertinya. Bagaimana tidak? Di tabrak banteng juga."

Ibu menjawab sambil menatap pramugari yang berada di sebelah kiri. Tidak percaya dengan pandang yang aku lihat, kemana ibuku yang seperti bidadari itu? Pikirku dengan muka jelek.

"Benar, nyonya. Nona ini telah melakukan kesalahan, bila jendela pesawat pecah.. " kata pramugari, tidak melanjutkan penjelassan, malah menghela napas dan menggeleng-geleng kepala.

"Ibu.." kataku serak dengan air mata sudah tumpah, ibu hanya menyuruh aku mendekatinya dan menidurkan.

"Terima kasih, nyonya. Lalu, putri anda terlihat sangat menggemaskan"

butterfly effect from fans inso's lawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang