2

361 45 0
                                    

"Oi, Cat, kaptenmu."

Tenzou menoleh, mendapati Eagle tengah berjalan menyebrangi lapangan latihan. Ia menggestur ke arah pintu di belakangnya.

Kaptennya?

Mengerjapkan matanya, Tenzou bertanya, "Lagi?"

Angkatan bahu dari Eagle merupakan jawaban yang cukup. Tenzou menghela napas sebelum bergerak untuk menghisap kembali mokuton yang tadi ia keluarkan.

"Kau tahu," Eagle berbicara lagi ketika ia sampai di sebelah Tenzou, "mungkin kamu perlu menjadi pengawasnya setiap detik, dua puluh empat jam."

Tenzou mengernyitkan jidatnya, membayangkan menjadi pengawas Kakashi tanpa istirahat.

"Maaf, enggak deh," jawab Tenzou datar. Eagle nyengir mendengar penolakan spontannya.

"Bahkan kalau dibayar sama Hokage?"

"Enggak."

Percakapan mereka selesai dengan Eagle berjalan keluar dari lapangan seraya tertawa. Tenzou menghela napasnya lagi mengingat apa yang harus ia lakukan sekarang. Setelah keluar dari lapangan, ia mulai mempertanyakan nasibnya.

Baru dua tahun ia berada di ANBU, semua agen sudah mengenal Tenzou sebagai "bocah teman Kakashi" atau yang lebih parah, "penjinak Kakashi". Ia tahu seharusnya ia sedikit bersyukur ia tidak terkenal akibat kekkei genkai uniknya itu—hal ini seharusnya memang menjadi sebuah rahasia—dan ia memang bukan seseorang yang menginginkan ketenaran. Bisakah ia dikenal sebagai Cat saja?

"Cat!" sapa Tiger ketika Tenzou mendekati ruang penyimpanan. Ia tengah berdiri di ambang pintu, menatap ke dalam dengan lelah. "Pas. Kaptenmu berulah lagi."

Tenzou ingin memutar bola matanya. "Kakashi-senpai kan kaptenmu juga, Tiger."

"Gak, gak kenal," bantah Tiger setengah serius.

Menghela napas lagi, Tenzou mendengus pada Tiger, tapi tetap berjalan masuk ke dalam ruangan. Ruangan itu tidak banyak dimasuki agen ANBU, kecuali Kakashi. Entah kenapa, kaptennya yang satu itu sangat senang kabur dari tanggung jawabnya dan bermalas-malasan di sana.

"Senpai," panggil Tenzou ketika ia sampai di tempat persembunyian Kakashi biasanya, rak di baris ketiga, kolom keempat. Benar saja, ia mendongak dan menemukan Kakashi tengah tiduran dengan nyamannya di rak tersebut. Namun, kali ini, buku bersampul jingga yang biasanya bertengger menutupi wajah Kakashi tidak terlihat. Sebaliknya, Kakashi langsung menoleh menatap Tenzou ketika dipanggil.

"Tenzou. Kamu tepat waktu," ujar Kakashi seraya turun dari tempat persembunyiannya. Tenzou mundur selangkah, sebagian untuk menghindari gerakan tiba-tiba Kakashi, sebagian karena kebingungan. Biasanya kaptennya itu memerlukan beberapa bujukan darinya sebelum keluar.

Melihat Tenzou kebingungan, Kakashi berhenti lalu menggestur ke pintu. "Yuk."

Tanpa sadar, Tenzou segera melangkahkan kakinya untuk menyusul Kakashi. "Kita mau pergi kemana, senpai?"

"Ke luar."

Tenzou menahan helaan napasnya. Ke luar itu ke mana?

"Bukannya ini masih jam rotasi kita, senpai?"

"Aku sudah izin. Tenang saja," Kakashi menjawab santai, kini menggiring Tenzou ke luar gedung ANBU.

Dengan itu, keduanya jatuh dalam diam. Tenzou tahu Kakashi tidak akan memberikan detail lebih lagi daripada apa yang sudah ia ucapkan.

Tenzou juga diam saja ketika ia mulai mengenali jalan yang Kakashi ambil. Pantas saja awalnya terasa familiar. Ia pernah diajak Kakashi ke sini.

Sebuah senyuman perlahan-lahan terbentuk di wajahnya, bahkan mungkin wajahnya terlihat berseri-seri sekarang. Kakashi nampaknya sadar, ia beberapa kali melirik Tenzou yang berjalan di sampingnya, tapi ia tidak berkomentar apapun.

Sisa perjalanan dihabiskan dalam diam. Setidaknya sampai Tenzou melihat bunga sakura pertama di pinggir jalan. Kakashi tertawa kecil melihatnya.

"Maa, kamu terlihat seperti baru pertama kali melihat bunga sakura," komentarnya saat Tenzou hampir menabrak warga di sana saat berjalan untuk yang ketiga kalinya, terlalu sibuk mengamati bunga sakura.

Bukan salahnya kan bunga sakura enak dipandang? Tenzou sudah punya mokuton sejak ia keluar dari labotarium Orochimaru bertahun-tahun lalu, tapi sampai sekarang ia belum bisa meniru pohon sakura dengan jurusnya, apalagi bunga cantiknya itu. Ketika Kakashi mengajak Tenzou untuk pergi ke sini untuk yang pertama kalinya, ia langsung berkutat melatih jurusnya.

"Kamu benar-benar suka bunga sakura ya," Kakashi berkomentar ketika percobaan Tenzou untuk yang sekian kalinya gagal beberapa bulan yang lalu. Tenzou menjawabnya dengan mengangkat bahunya. Ia juga tidak tahu.

Tenzou tertawa malu, tersadar dari sikap dan lamunannya, tapi Kakashi hanya menepuk punggungnya saja.

"Kita punya seharian di sini. Jadi santai saja, oke?" Kakashi hanya menepuk punggung Tenzou lagi ketika ia mengangguk-angguk semangat.

Tangan Kakashi tetap berada di sekitar Tenzou selama mereka berjalan-jalan melihat bunga sakura, entah di pundak atau di punggungnya. Tenzou tidak terganggu atas berat tambahan di tubuhnya itu. Suka, malahan.

Ia tahu kalau ia mengomentari hal tersebut, Kakashi akan menarik tangannya dan berpura-pura semua hal ini tidak terjadi. Senpainya yang satu itu mudah malu karena alasan-alasan terkecil.

Masih tersenyum lebar, Tenzou berjalan ke area bazaar di sana, berbagai pertanyaan sudah siap ia lontarkan.

Ia juga tahu Kakashi akan tetap menjawab semua pertanyaannya sore hari itu.

"Kau tahu," ujar Kakashi ketika mereka tengah duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana, "festival ini namanya hanami."

"Hanami," Tenzou mengulang kata tersebut di lidahnya sebelum tersenyum lagi. "Namanya bagus."

Kakashi hanya balik menatapnya, tapi matanya mengerut dalam senyuman.

Hanami ; Hatake Kakashi x Yamato | Tenzou [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang