****
Kini Naya bisa menerima kenyataan bahwa dirinya akan segera menjadi Ibu. Rasanya pernikahan mereka menjadi lengkap karena bayi yang dikandungnya. Ya... dia belum memberitahu kepada Roshan dan lainnya tentang masalah yang dihadapinya karena mereka sedang diluar kota sedang beroperasi. Paling tidak 3 atau 4 bulan kemudian mereka akan kembali lagi di kota ini. Di usia kehamilannya jalan ke-5 bulan, Naya memutuskan untuk mengambil cuti. Perutnya semakin membesar. Dia juga resign dari pekerjaannya, kantor Pram. Alasannya dia ingin fokus pada Strata-2nya. Entah beberapa banyak kebohongan yang dia ucapkan demi suatu kehormatan dirinya sendiri.
Di usia kehamilannya ini, dia sering merasakan rindu pada Rizki ketika suaminya lama sekali pulang dari kantornya. Terkadang Rizki tidak masuk kantor karena Naya menahannya."Hari ini aku ada meeting, Nay. Biarkan aku pergi yah." kata Rizki memakai dasinya.
"Tapi hari ini aku ingin melihat Danau. Sebentar saja." rengek Naya menarik jas Rizki seperti anak kecil dan memegang bagian pinggulnya karena perut Naya yang mulai membesar membuat dia sulit untuk berdiri apalagi berjalan.
"Nggak bisa, Nay. Sama Bunda aja."
"Ha... hemmmm... hiks,,, hiksss.. hikss. ehemmmmmm...." tangis wanita itu yang disengajanya sambil menutupi matanya.
Rizki membalikkan badannya ke arah Naya yang ada di belakangnya."Jangan menangis dong."
bujuk Rizki menangkap wajah Naya yang menggemaskan sekali ketika menangis."Rizki janji setelah pulang dari kantor, kita jalan-jalan." ucap Rizki.
Naya melepaskan tangan Rizki dan mengambil sebuah tas dan memakai pansus. Lalu berdiri di hadapan Rizki."Aku ikut kamu meeting aja deh." ucapnya sambil keluar dari kamar. Rizki hanya menggelengkan kepala dan menepuk keningnya dengan pelan. Istrinya sangat manja sekali. Entah efek dia hamil atau memang keinginannya sendiri. Rizki cuma pasrah dia menurutinya. Membawa Naya ikut dalam meeting. Semua orang dikantor menyapa mereka berdua. Kali ini Naya tidak tahu siapa klien Rizki. Naya memasuki ruangan dengan penuh berwibawa. Dia dan Rizki berjalan bersama menjadi sorotan banyak sepasang mata di dalam ruang itu. Namun, langkahnya menjadi gugup ketika melihat Pram yang memperhatikan dirinya penuh keheranan dan terperangah ketika melihat Naya sedikit gemuk apalagi memakai dress panjang. Pram berdiri melihat Naya duduk ikut meeting. Pram mengira jika Naya bekerja di kantor Rizki. Dia merasa Rizki telah mengambil sekretaris cerdasnya. Pastinya Naya sangat canggung dan risih melihat sikap Pram yang sedikit gusar memandangnya. Selesai dari meeting, Pram langsung menemui Naya di depan pintu raung meeting.
"Ternyata kamu resign karena Rizki. Aku tidak menyangka." cetus Pram.
"Kamu salah paham, Pram."
"Nyonya Naya dipanggil sama Mas Rizki di ruangannya untuk makan siang karena nyonya kan sedang hamil." kata salah satu karyawan Rizki yang bekerja sebagai spg di kantor. Pram terkejut mendengarnya. Dia berpikir aneh-aneh.
"Kau selirnya Rizki?" tanya Pram membuat Naya tak mampu berkutik.
Sesuatu dirahasiakan akan terbongkar juga."Ooh... aku paham, Ya Allah Naya, semurah itu kau? Aku jadi ingat sebuah kalimat: bahwa putih belum tentu bersih dan yang terlihat alim belum tentu suci." cetus Pram.
Rizki mengetahui keributan antara Naya dengan Pram dari spg tadi. Dia pun menemui Pram dan mendengar apa yang Pram katakan padanya. Tangan Rizki langsung merangkul bahu istrinya di depan Pram. Orang yang pernah menjadi bos Naya merasa jijik sekali. Tetapi Rizki dapat membuat dirinya bungkam dengan menunjukkan sebuah foto pernikahan Rizki dan Naya di handphonenya pada Pram."Itulah mengapa pentingnya hadir di pernikahan orang lain agar tidak ada kesalahpahaman." ucap Rizki tersenyum miring padanya.
Tanpa berkutik lagi Pram akhirnya meninggalkan mereka berdua. Pria itu memang ada rasa dengan Naya. Dia juga teman kecil Naya jadi wajar ada api cemburu saat melihat Naya bersama orang lain. Itu hal yang wajar. Rizki melepaskan rangkulannya, tidak pantas juga harus mengumbar kemesraan di dalam kantor. Dia meninggalkan Naya. Naya mengikutinya dari belakang. Lalu dia memanggil Rizki. Pria itu menoleh."A.. A... Ku, aku pulang yah."
"Ha? Oh aku antar. Sebentar."
"Ti... ti... dak! a.. aaku.." mendengar suara istrinya yang ketakutan, Rizki mendekati Naya.
"Kenapa?" tanya Rizki. "Kamu belum makan siang, ingat sama dia juga." ujar Rizki memegang perut Naya.
"Aku pulang, Ki."
"Iya tapi aku antar! Kamu jangan keras ke..."
"Rizki,,," panggil Faiz berjalan cepat mendekatinya.
Faiz dan Naya saling memandang satu sama lain. Ada tatapan yang aneh diantara mereka berdua. Naya menelan air ludahnya. Cepat-cepat dia pergi di sela-sela percakapan antara Rizki dan Faiz. Rizki baru menyadari jika Naya sudah pergi. Hmm... Pria itu hanya menghela nafas. Wanitanya sangat keras kepala sekali.****
POV: NAYA
Aku sudah menghancurkan segala kepercayaan yang diberikan padaku. Untung saja mereka belum pulang! Aku disini juga berjuang untuk bayi ini dan segala misi ku untuk mengetahui seluk-beluk kejadian yang pernah kami alami. Hari ini aku mendapatkan kesempatan untuk ikut dan menyusuri setiap sudut kantornya terutama bagian di ruang bawah tanah. Ternyata telah lama mereka melakukan operasi itu dalam kantornya. Entah itu diketahui olehnya atau ada dalang atau satu orang yang merencanakan kejahatan ini. Bos ku benar, dialah tersangka yang kami incar. Awalnya aku ragu tetapi ternyata dia sudah 7 tahun melakukan kejahatan ini. Aku juga sudah mencari identitasnya semua itu hanyalah palsu yang digunakan di kantor ini. Dari sini aku belajar arti sebuah persahabatan dan pengkhianatan. Disisi lain, dia memberikan yang terbaik untuk perusahaan sahabatnya dan memanfaatkan kebaikan sahabatnya sendiri. Arti persahabatan baginya hanyalah bisnis yang saling menguntungkan. Ketika kami bertemu, dia menatapku begitu tajam. Aku khawatir dia mencurigai ku. Dia sering sekali muncul secara tiba-tiba. Aku sengaja pergi dari pembicaraan mereka berdua. Setelah aku dari ruang bawah tanah dan berniat untuk ke basecamp, mendadak dia muncul dihadapanku. Aku bukan takut. Dia berjalan mendekatiku. Kami berdua hanya berjarak 3 meter. Dia tersenyum. Aku berpura-pura merasakan kesakitan di bagian perutku hingga aku menangis seperti wanita-wanita lainnya ketika mengalami kontraksi. Dia membantu ku. Dengan cara ini semoga dia tidak akan curiga lagi terlebih aku sedang hamil. Pastinya dia tidak mungkin untuk mencurigaiku karena dia akan berpikir dua kali untuk mencurigaiku. Tidak ada yang sejauh ini hubungan demi sebuah misi. Aku juga ingin tahu siapa saja yang terlibat dan dia berasal dari tim mana.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Balai Rindu
General FictionCerita tentang perjodohan tanpa direncanakan oleh kedua pihak keluarga. Perjodohan ini dilakukan untuk menyelamatkan kehormatan keluarganya. Akankah mereka berdua saling menerimanya? Oke sebelum kalian baca jangan lupa vote, follow, dan letakkan di...