Entah apa yang merasuki El hingga dia sering menapakkan kakinya di cafe bergaya vintage ini. Apa karena rasa kopi yang diminumya terasa enak ? Atau karena dekat dengan sekolahnya? Sepertinya bukan kedua alasan itu.
Iris mata tajamnya yang semula mengarah keluar, melihat pemandangan luar dari cendela cafe, kini ia alihkan kepada seseorang yang mengantarkan pesananya.
Seorang waiter meletakkan secangkir kopi americano dimejanya.Setelah waiter itu pergi. El mengeluarkan dengusannya, huh kenapa bukan gadis kasir itu yang mengantarkannya. Padahal el sudah memperkirakan waktu dimana cafe ini sepi.
**
El menyisir kepalanya dengan tangannya.
Kebiasaan ini masih ada walau rambutnya sudah ia potong undercut. Agak terasa beda, kini kepalanya terasa ringan.Mata El tetap fokus melihat layar laptop didepannya. Suhu kamar yang dingin akibat dari pendingin ruangan di kamar mewah bergaya monokrom itu ia hiraukan.jarinya mengulir mouse memperlihatkan biodata anggota baru tim basketnya.
'Daren' skillnya bagus, sesuai dengan yang dikatakan teman sekelasnya. Pertandingan persahabatan tadi pagi cukup memuaskan bagi El. Cowok bersurai malam itu menutup laptopnya, ditaruhnya benda elektronik itu di nakas samping kasur king sidenya.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Satu tangan ia gunakan sebagai bantalan. Sambil memandangi atap kamarnya ia memfokuskan memori otaknya menjelajahi kejadian siang tadi.Riuh sorakan terdengar disekeliling penjuru lapangan basket, pertandingan persahabatan berhasil dimenangkan oleh timnya membuat volume sorakan bertambah kencang. Atensi kepala tim basket itu ia arahkan mengelilingi kerumunan di pinggir lapangan. Dahinya mengkerut sosok yang dicarinya tidak ada. Yang didapatkannya malah pemandangan segerombol fansnya yang tersipu. Ahh apa yang dipikirkan para kaum hawa itu.
Jika biasanya el nongkrong sejenak di basecamnya, hari ini ia pulang lebih awal.
Cowok berparas rupawan itu berjalan dikoridor sambil memainkan gantungan kunci mobil mewahnya,Menuju parkiran.Dibukanya pintu mobil, lalu didudukanya badannya dikursi kemudi. Sebelum tangan menghidupkan mesin mobil, matanya terambil alih oleh seorang gadis berambut coklat terang yang berdiri tidak jauh dari depan mobilnya. Gadis yang dicarinya tadi pagi!! Tapi dengan siapa dia?
El tetap memperhatikan gadis yang berhasil mencuri perhatiannya. Kemudian matanya berfokus pada seorang cowok yang duduk diatas motor sport hitam.
Anak baru di tim basketnya! Apakah temannya?Tunggu!!! Apa-apan posisi itu kenapa gadis itu memeluk pinggang si anak baru? Apa mereka pacaran? Tidak..tidak..tidak meskipun El belum berkenalan ia sudah mencari tahu informasi gadis bermata hazel itu. Dan setahunya gadis itu belum memiliki pacar. Bahkan ada rumor aneh tentang gadis yang membuatnya penasaran itu.
'Ting'
Suara bell membuyarkan lamunnya. Meskipun agak malas ia melangkahkan kakinya keluar kamar. Suara bell tidak sabaran terdengar didepan pintu apartemen mewahnya.
Seperti sudah tahu dengan siapa tamunya yang tidak sabaran ini. El membuka pintu tanpa melihat intercom disampingnya." masuk "
Keduanya lalu berjalan menuju ruang tamu. Tanpa dipersilahkan tamu itu sudah merebahkan dirinya di sofa empuk bewarna putih. Sedangkan El ia melangkahkan kakinya menuju pantry. Diambilnya dua buah minuman ringan dari dalam kulkas. Kemudian ia berjalan menuju ruang tamu kembali. Ia letakkan minuman itu diatas meja kaca depan sofa.
" kenapa lo panggil gue malam-malam el, lo tahu kan tugas gue banyak? "
Pertanyaan berhasil keluar dari gadis yang sedang rebahan di atas sofa tersebut. Gadis bersurai malam itu sibuk memainkan hpnya. Bertanya tanpa memandang lawan bicara memang menjadi kebiasaan jika bersama sahabat karibnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Philophobia ( dalam Revisi)
Fiksi Remaja" kenapa kakak diam, ah apa mungkin kakak mau bilang bahwa kakak suka aku, kalau benar mau nembak aku maaf ya kak aku tidak bisa menerima." Sial kenapa cewek ini peka banget, apa benar dia pengidap philophobia, tapi aku tetap akan berusaha untuk dap...