Prolog

285 77 10
                                    

Jalanan Kota Gosan terlihat sepi di malam hari, bahkan tidak ada satupun kendaraan yang berlalu lalang. Tetapi, di jalanan licin yang letaknya berada jauh dari permukiman, sebuah mobil hitam melaju dengan cepat.

Mobil hitam itu terus melaju membelah jalanan tanpa mempedulikan hujan yang turun begitu deras. Derasnya hujan bisa saja membuat pandangan si pengendara terganggu dan mengakibatkan kecelakaan. Akan tetapi, tekad si pengendara terlalu kuat untuk dipatahkan.

Memasuki kawasan hutan yang lebat, mobil hitam itu berhenti di pinggir jalan. Si pemilik mobil turun dari kuda besinya dan berjalan mendekati bagasi. Perlahan ia buka pintu bagasi itu dan menyunggihkan senyumnya saat melihat sesosok gadis yang terlelap akibat obat bius yang beberapa saat lalu ia berikan.

Tidak ingin menunggu terlalu lama, Taemin mengangkat tubuh ringkih itu bak karung beras. Kaki jenjang Taemin melangkah masuk ke dalam hutan tanpa menghiraukan air hujan yang terus menusuk kulitnya.

Tatapan penuh dendam dan sifat tempramental pada diri Taemin membuat pria itu mengambil tindakan di luar dugaan. Tepat didepan sana, sebuah bangunan tua yang diselimuti lumut menyambut kedatangannya. Dia menyeringai saat netranya melihat bangunan tua yang masih berdiri kokoh di tengah hutan.

"Kita akan bersenang-senang Taerin sayang. Pisau kesayanganku pasti sudah menunggumu di sana," ucapan disertai senyuman jahat dari bibir Taemin keluar. Dia melanjutkan langkah besarnya agar bisa sampai lebih cepat.

Sesampainya mereka dibangunan itu, Taemin membanting tubuh adiknya. Bau amis tiba-tiba menyerbu indra penciuman Taerin, membuat gadis itu terbatuk-batuk dan sadar dari tidur panjangnya. Kepala Taerin terasa pusing, perlahan ia melihat sekelilingnya. Gelap.

Cahaya kilat yang terpancar dari luar bangunan membuat ia melihat beberapa benda tajam yang berada didekatnya. Tentu saja hal itu membuatnya terkejut dan berkeringat dingin. Dia berdiri dan melihat sang kakak yang sedang memegang sebuah pisau berkarat.

"O—oppa?" suara Taerin bergetar, wajahnya seketika menjadi pucat kentara. Dia berjalan mundur saat Taemin berjalan mendekati dirinya. Napas Taerin tercekat, dia dibuat gugup melihat tangan Taemin yang membawa benda panjang berbentuk runcing "A—apa yang akan o—oppa lakukan? K—kita ada di mana?" tanyanya. Taerin sudah mulai ketakutan pada sang kakak.

Beberapa saat kemudian, suara jeritan terus menggema dari dalam bangunan tua yang berada di tengah-tengah hutan. Terdengar sangat menyakitkan. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?

Taemin, dia tak henti-hentinya tertawa melihat tangan dan kaki Taerin yang mengeluarkan cairan merah. Tidak hanya itu, dia juga membuat goresan pada wajah manis Taerin hingga membuat sang empu meringis kesakitan. Pipi gadis itu sudah dibanjiri air mata karena merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Tetesan cairan kristal bening yang Taerin keluarkan menyatu dengan darah yang keluar dari wajah. Bekas luka yang dilalui cairan kristal bening tersebut dibuat semakin perih, mengingat air mata yang memiliki sifat asin.

"Sa—sakith hiks, kenapa o—oppa melakukan ini pa—padaku hiks," tangis Taerin membuat Taemin geram dan membabi buta menusukan pisau di tangannya pada perut Taerin.

"Kau ingin tahu mengapa aku berbuat seperti ini padamu Taerin, hm?! ITU KARENA AKU MEMBENCIMU!! Kau mengambil semuanya dariku, kasih sayang, harta, semua. Termasuk kebahagiaan masa kecilku!!" teriak Taemin tepat di depan wajah adiknya yang sudah berlinang air mata.

Taerin semakin terisak mendengar teriakan kakaknya. Dia tidak pernah menyangka sang kakak akan membencinya sampai sedalam itu. "A—ku tidak berniat mengambil semua itu dari oppa hiks hiks," lirihnya. Lagi-lagi Taemin terkekeh, tapi kali ini terlihat lebih menyeramkan. Seperti ada iblis dalam dirinya.

Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang