2: Bercak Rasa

312 56 6
                                    

***

"Hei, kau tidak apa-apa?" Namjoon menepuk pundak milik Yoongi, tepukan itu membuyarkan lamunan Yoongi.

"Oh.. Ya." Yoongi mengangguk. Perlahan yoongi melangkah menjauh dari Namjoon dan laki-laki berbahu lebar yang berdiri di depan pintu.

"Namjoon, dia siapa?" Laki-laki itu menunjuk Yoongi. baru kali ini seseorang dapat menunjuk dirinya. Dirinya yang merupakan putra mahkota.

Yoongi menyilangkan dada nya, "Turunkan jarimu jika kau tidak mau aku buat masuk penjara."

Namjoon terkekeh, "Dia orang yang ku tolong dari danau."

"Aku sendiri tidak tahu namanya. Aku lupa bertanya." Ungkap Namjoon menggaruk tengkunya.

"Oh..." Laki-laki itu mendekat kepada Namjoon, ia berbisik dengan... suara yang keras, "Apa kepalanya terbentur? kenapa dia gila hormat seperti itu?"

Yoongi mendecih, "Aku bisa mendengar kalian."

Laki-laki itu mengerutkan hidungnya, "Terus kenapa? Aku sengaja melakukannya."

Yoongi menatap sinis laki-laki itu, begitu pula sebaliknya.

Namjoon melarai tatapan sinis keduanya, kedua tangannya mengusap kedua lengan miliknya sendiri, "Mari kita masuk ke dalam dulu, aku kedinginan."

Laki-laki itu menyerah dan menghela nafas, "Ayo masuk."

Yoongi membuang pandangannya, seperti anak kecil.

"Kau juga." Laki-laki yang tidak Yoongi ketahui namanya itu mengenggam tangan Yoongi, "Cepat."

Yoongi memutar manik bola matanya dan membiarkan lelaki itu menuntunnya masuk ke dalam rumah. Melihat laki-laki itu bersifat terus terang, Yoongi yakin bahwa Namjoon maupun laki-laki itu tidak menyembunyikan sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Yoongi berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa waspadanya.

"Ah- kau basah ya?" tanya laki-laki itu melepaskan enggamannya dari Yoongi, "Namjoon, pinjami dia baju mu."

"Oh? baiklah, hyung." Namjoon buru-buru masuk ke ruangan lain untuk mengambil baju yang dapat ia pinjami pada Yoongi.

"Duduk." Pinta laki-laki itu mempersilahkan Yoongi duduk pada bantalan duduk, Yoongi pun duduk tanpa membalas nya.

"Jadi... Kenapa kau loncat ke danau itu?" Tanya laki-laki itu dengan raut serius.

"Kau... Siapa kau?" tanya Yoongi menyela perkataan laki-laki itu.

Laki-laki itu menyilangkan dadanya,"Hei... aku bertanya duluan."

Yoongi mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, "Aku berstatus sosial lebih tinggi dari mu, jadi aku lebih berhak membuka percakapan."

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya, Tak lama ia menghela nafas.

"Baiklah. Terserah. Namaku Kim Seokjin. Aku adalah seorang tabib."

"Kim... Seokjin?" Tanya Yoongi, nama itu seperti membunyikan bel di dalam kepalanya. Namanya begitu familiar.

Yoongi menatap seokjin dengan penuh selidik, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Lelaki yang bernama Seokjin itu menaikkan alisnya, "Aku tidak ingat pernah menemuimu. Siapa namamu?"

Yoongi tertegun, dia tidak boleh membocorkan identitasnya. Tidak boleh.

Yoongi berdehem, "Aku kedinginan. Bisakah kau meminta Namjoon memberikan ku baju ganti lebih cepat? Aku bisa mati kedinginan."

I Believe (In Us)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang