Arini dan Brandon
Brandon masih memikirkan perubahan sikap kedua buah hatinya tadi sore. Dia tahu El dan Al awalnya duduk bersama Arini di ruang tamu, namun segera pergi setelah dirinya tiba. Pria itu bisa memahami jika El bersikap seperti itu, tapi kenapa Alyssa juga ikut-ikutan? Biasanya gadis itu lebih manja dengan Bran dibandingkan Iin.
Saat makan malam mereka juga tidak banyak berbicara. Pertanyaan Brandon hanya ditanggapi dengan gumaman dan anggukan kepala dari keduanya. Hal ini membuat Bran tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya kepada istrinya.
"In," panggil Brandon saat melihat Arini mengenakan perawatan kulit khusus malam hari.
Arini menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung, lalu meletakkan botol krim malam yang dipegang. "Kenapa, Sayang?"
Brandon berdiri, lantas melangkah mendekati Arini yang duduk di meja rias. Dia memeluk istrinya dari belakang.
"Gimana anak-anak hari ini?" tanya Bran sambil mengusap lengan Arini.
"Baik. Cuma kayaknya sedih aja sih karena harus pindah rumah," jawab Arini melihat pantulan wajah Bran di cermin.
"Mereka pasti nggak setuju pindah dari sini."
Iin menganggukkan kepala sambil tersenyum samar. "Kamu ingat 'kan dulu mereka senang banget waktu kita pindah ke sini?"
"Ya. Aku selalu ingat ekspresi-ekspresi mereka." Bran melepaskan pelukan, lalu menarik istrinya ke posisi berdiri.
Keduanya duduk di sofa minimalis yang ada di dalam kamar.
"Tapi apa yang aku lakukan tujuannya juga baik, In. Bahaya jika anak-anak dimanja sama Nenek Kakek. Nanti nggak nurut lagi sama kita. Kamu lihat 'kan gimana Papa belain El kemarin?" sambung Bran dengan wajah serius.
"Aku tahu, Sayang. Makanya aku nggak pernah salahkan kamu untuk keputusan ini. Kalau nggak pasti udah protes, 'kan?" Arini memandangi lembut suaminya.
"Makasih udah ngerti." Brandon menarik napas panjang sebelum meneruskan kalimatnya.
"Sikap anak-anak hari ini dingin banget sama aku," ungkap Bran tertunduk lesu, "kamu lihat tadi gimana respons mereka waktu makan malam?"
Arini menangkupkan kedua tangan di paras Brandon. Jari-jari panjang dan lentik miliknya kini membelai pinggir wajah yang ditumbuhi rambut halus.
"Nanti aku coba ngomong sama mereka ya. Kamu tetap seperti biasa aja sama El dan Al. Terus ajak mereka ngobrol," saran Arini.
Bran menganggukkan kepala. Seperti biasa dia selalu mengikuti apa yang disarankan oleh Arini.
Pria itu beringsut mendekati istrinya, lalu memeluk erat tubuh ramping itu. "Makasih ya, Sayang. Kamu selalu bisa bikin aku tenang. You are my everything." (Jadi pengin nyanyi lagu Gummy haha)
Arini tersenyum sambil menepuk pelan punggung Bran. Dia tahu saat ini suaminya merasa bersalah atas apa yang terjadi kepada El dan Al, namun bagaimanapun juga hal itu harus dilakukan.
"Kapan mau ganti lingerie?" bisik Bran saat pelukan melonggar.
Wanita itu menepuk pelan kening, lalu berujar, "Astaghfirullah, hampir aja lupa. Untung kamu ingetin."
"Sebentar ya." Iin segera berdiri dan beranjak menuju lemari untuk mengambil lingerie yang dimaksudkan Brandon.
Bran hanya tersenyum lebar melihat istrinya mengeluarkan pakaian yang ia gemari. Pandangan netra sayu itu tidak beranjak dari Iin. Dia sangat suka melihat wanita itu mengenakan pakaian mini ketika sedang berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)
RomanceDiharapkan follow akun penulis terlebih dahulu sebelum membaca ya ^^ *** Ini bukan hanya cerita tentang Arini dan Brandon, tapi juga kedua anak-anak mereka; Elfarehza dan Alyssa. Sakinah, mawaddah dan warahmah. Ketiga hal inilah yang diinginkan oleh...