Chapter 24

80 14 12
                                    

So much land on earth, Then why do we build home in another person?
-unknown-

Ji Chang Wook's Point Of View

Aku terbangun dengan mimpi buruk dimalam itu. Sekelebat ingatan dalam mimpi muncul, membuat perasaanku menjadi kacau. Seorang pria pergi bersama isteriku dan meninggalkanku dengan anak-anak begitu saja. Tak jelas siapa pria itu, tapi aku tak ingin membuat kepalaku tambah sakit jika mengingatnya.

Hari ini aku harus kembali ke Korea Selatan dan menemui anak-anak serta isteriku disana. Sahabat isteriku menikah, kami tentu harus menghadiri acara itu.

Pesan-pesan berantai yang dikirim orang tak dikenal itu cukup mengganggu pikiranku. Apa betul yang dia katakan? Siapa pria yang bersama isteriku itu? Siapa pula yang mengirimiku pesan berantai itu?.

Aku memutuskan untuk mandi dan kemudian pergi ke bandara. Pekerjaan di Amerika harus kutinggalkan lebih dahulu. Aku juga tak ingin terus-terusan bekerja tanpa menikmati cuti tahunan yang kumiliki.

-----

Kim Ji Won's Point Of View

Aku berjalan keluar rumah sendirian untuk pergi berolahraga di pagi ini. Sejak awal tak ada yang aneh dan mencurigakan, hingga aku menyadari seseorang telah mengikutiku dari belakang.

Saat langkahku terhenti dan aku memutuskan untuk membalik wajah kebelakang, tak ada satu orangpun yang kutemukan. Lalu aku memutuskan untuk pergi melangkah kedepan. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah sepatu dan seketika terdengar hening saat aku mencoba membalik wajahku lagi.

"Siapa disana?" Aku mencoba mencari orang itu.

Tak ada jawaban, mungkin perasaanku saja.

"Whoaaaaaaa!!" Suara Seo Joon mengagetkanku.

"Sungguh tidak lucu!" Aku mengelus dada.

"Hahaha ayolah sayang, kurasa kau sedang bersenang-senang. Mau berlari bersamaku?" Ujarnya menggandeng tanganku.

"Berhentilah memanggilku sayang" Aku mencubitnya.

Sekitar 36 menit kami berlari berkeliling di sekitar komplek perumahanku. Rupanya Seo Joon memarkirkan mobilnya di dekat rumahku.

Dia mengajakku pergi dan aku menyetujuinya.

"Kita mau kemana?" Ujarku bertanya padanya.

"Bermain skateboard bersama di Seoul Skate Park. Bagaimana kau mau?" Ujarnya sambil menyetirkan mobilnya.

Seharian ini kami terus bersama, menyenangkan menurutku. Berhari-hari kami menghabiskan waktu bersama berdua.

"Kau mau memasak apa?" Aku melihatnya mengupas bawang bombay dengan telaten.

"Onion cheesy spaghetti, sayang" Sahutnya yakin.

Ya, aku juga memang yakin dengan masakannya yang terkenal lezat. Tapi, mendengarnya memanggilku sayang sungguh membuat perasaanku tak karuan.

Usai menikmati spaghetti buatannya, kami berdua duduk tersandar dibawah sambil menonton sebuah film dengan plot twist yang bagus menurutku.

"Bagaimana jika sebenarnya pembunuhnya adalah mister Jonathan?" Ujarnya mengundang tanya.

"Menurutku pembunuhnya adalah Murphy dan adiknya Bertha!" Aku begitu yakin.

Kami begitu tegang menonton film ini, sampai-sampai aku lupa jika hari ini suamiku akan pulang ke Korea Selatan.

"Bagaimana ini, tampaknya aku harus pulang. Aku baru ingat, suamiku pulang ke Korea" Aku bergegas bangkit dari tempat kami duduk.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang