...
Sebenarnya apa yang tengah engkau cari?Kebahagiaan? Ketenangan?
Bukankah semua itu ada pada rukuk dan sujudmu?
Lantas mengapa langkahmu terlalu jauh untuk mencari keduanya?
Bahkan tak sadar perlahan langkah itu membawamu semakin jauh dari-Nya?Jika kita sepakat bahwa kebahagiaan dan ketenangan itu ada pada dekatnya seorang hamba kepada rabb-Nya, lalu kenapa kau malah menjauh dari-Nya?
Jiwamu itu sudah lelah...
Jangan siksa ia dengan semakin menjauhkannya dengan Sang Pemiliknya.
Jangan tertipu dengan tawa candamu yang hanya hitungan detik itu. Ia hanya sandiwara agar terlihat beradab di hadapan barisan makhluk-Nya.
Ketika engkau ingin menangis, maka tumpahkanlah ia diatas sajadah dalam heningnya malam.
Beningkan kembali kedua matamu dengan aliran air mata itu. Puaskan lisanmu bergerak merangkai kalimat yang telah lama kau kunci rapat. Sebab ini bukan curahan hati kepada makhluk-Nya, tapi kerinduan jiwa yang telah lama berbisik kepada Rabbnya.
Jangan berkata bahwa tanyamu selama ini tak pernah hadir jawabannya, sebab bisa jadi engkaulah yang telah salah tempat bertanya. Dan jangan berkata bahwa jiwamu telah rapuh digoyah masa, sebab bisa jadi kaulah yang telah salah sandarannya.
Pulang, berbaliklah dengan mengaku kalah kepada arus aturan-Nya. Dan mulai mengalirlah dengan keajaiban cinta dalam sampul syariat-Nya.
...
Suara adzan subuh berkumandang, lantas sosok cantik terbalut mukenah itu terbangun.
"astagfirulloh" ia menghela nafas dengan kasar, termenung, bergelanyut kembali dengan pikirannya.
Kinand berdiri, berjalan menuju kamar mandi. Ia tak sengaja melihat pantulan dirinya dicermin dan menatap dirinya lekat-lekat.
"oh, lihatlah kinand! mata bengkak, hidung merah, dan ..." ia terdiam cukup lama
" ekspresi apa ini?" ia menelisik, menyusuri setiap kejadian yang dilaluinya.
Rasanya begitu menyedihkan, ia sekali lagi menangis. Tetapi matanya tak pernah lepas dari pantulan dirinya. Ia berhenti, menyeka sisa-sisa kesedihan yang dicurahkannya, terus terang saja ia lelah.
" hei kinand, aku selalu terheran-heran denganmu, semangat sekali memojokkan diri sendiri, bernafsu sekali menghakimi, bahwa jika hari ini kamu gagal maka akan gagal seterusnya, bahwa jika hari ini hidupmu susah maka akan susah selama-lamanya.
Seolah-olah jika kita berusaha keras dan berdo'a maka hanya akan berakhir sia-sia. Karena berakhir sia-sia maka kamupun memilih menyerah. Sungguh kamu terburu-buru dalam menilai!" ia berbicara sendiri dengan ekspresi yang berbeda, seolah mempunyai kepribadian ganda.
ia selalu mengingat kata-kata dari ig @febriawanjauhari. Menurutnya setiap postingan tersebut selalu bisa membombardir setiap inci perasaannya.
"ah, sudahlah" Ia memacu langkahnya menuju tujuan sebelumnya.
Ddrrrt, ddrrtt
Handphonenya berdering, tertera beberapa notifikasi chat.
Kinand menutup al-qur'an yang dibacanya, lalu meraih gawainya.
ia tertegun, memaksakan tangannya untuk membuka pesan itu."Alhamdulillah"
Ia menutup gawainya, bergegas menuju bundanya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Imaginarium
General Fiction... "Tuhan, atur saja bagaimana baiknya. Sudah habis kata-kataku untuk meminta. Kini aku hanya ingin berterimakasih saja" Syarifah Erkinanda H. ... Dia anak perempuan yang tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari Ayahnya. Dia anak perempuan ya...