Di hari-H Bazaar, semua berjalan seperti sekejap mata. Diawali dengan sibuk untuk persiapan akhir, krisis-krisis kecil macam mic kurang lah, tau-tau Satpol PP datang, ada personel band datang terlambat...repot-repot bergembira pokoknya. Lalu tiba-tiba sore, kerjaanku akhirnya selesai, jadi aku pulang sebentar. Habis mandi, aku balik ke sekolah bareng Ijas dan kedua orangtuaku sebagai tamu yang bayar tiket.
Aku bersyukur Abah Ambu termasuk orangtua yang mendukung banget hal-hal macam ini, dan mereka bahkan kasih sumbangan, belanja di stand kelas, menyempatkan diri untuk datang lihat hasil kerjaku berbulan-bulan, meskipun musiknya jelas gak sesuai sama selera keduanya.
"Kita pulang duluan ya!" Abah berkata. Jam 8 malam, suasana sudah semakin ramai, dan Homogenic sudah mulai tampil. Habis ini ada Seurieus dan Ada Band, lalu Sheila on 7. Bertabur bintang banget deh berkat Ican, yang sekarang tampak sedang diwawancarai OB Van Owlers.
"Ih, Ambu belum ketemu Inyo!" Ambuku protes.
"Sibuk dia."
"Udah di-SMS tadi, dia bilang bisa ketemu bentar di dekat tenda sound system. Di sini kan berarti?"Yah. Bener sih. Cuma aku gak yakin Inyo bisa mampir. Dia tuh sibuk banget sekarang, karena meski mulai malam tapi pengunjung terus datang, dan lebih susah kan periksain orang gelap-gelap. Semua anggota keamanan tersebar di seluruh sekolah dan meskipun dibagi beberapa shift, tapi Inyo kan ketuanya. Walkie-nya dia ON terus dari pagi sampai acara selesai.
"Bu! Haaaaai!"
Panjang umur si Inyo. Baru dipikirin, udah muncul. Dia pakai kaos dan skinny jeans hitam, Docmart, dengan walkie-talkie tergantung dari pinggang, rambut lurusnya berantakan, dan... Aku jadi merhatiin ekspresinya yang senang banget lihat orangtuaku, lanjut salim dan berpelukan. Udah kayak sodara aja si boi nih."Maaf ya aku telat! Aku harus lari-lari sana-sini terus... Tapi aku baru mau istirahat makan nih... Yuk, jajan ke stand apa gitu."
"Kamu baru mau makan??" Ambu panik.
"Makan malam, Bu. Siang udah." Inyo mengusap lengan ibuku sambil tersenyum manja.
"Ambu ama Abah mau pulang, Nyo. Udah pada pusing...rame banget." Aku menambahkan.
"Nda masih di sini kan? Nanti aku antar Nda pulang, kok. Tapi mungkin abis tengah malam." Inyo menoleh padaku dan aku mengangguk.
"Iya, gapapa. Kalau ngantuk biar Ijas aja..." Abah yang jawab.
Ijasnya entah di mana. Ngelayap dia mah."Gapapa. Aku bawa mobil biar Nda gak kedinginan." Inyo mengusap punggungku tiba-tiba, bikin napasku tercekat mendadak.
"Yaudah kita pulang ya. Kamu makan dulu jangan lupa, lho. Hati-hati. Have fuuun!" Ambu sun pipi kami berdua dan pergi.
"Yuk, beli makan." Inyo mengulurkan lengannya untuk aku gandeng. Aku mikir-mikir sambil deg-deg'an, tapi gak lama, aku meraih tangannya dan kami berkeliling.
Ada 30 kelas, 30 stand yang mengelilingi panggung utama, dan beberapa stand lain untuk sponsor-sponsor, alumni, dan printilannya. Kami beli stand dengan cara lelang, lalu menghiasinya gila-gilaan supaya banyak yang datang. Tema kami adalah Movie Movement, jadi tiap stand punya tema judul-judul film. Kelasku bertema: Eiffel I'm In Love, jadi punya menara Eiffel, logo hati di mana-mana, jualan crepes kerja sama bareng D'Crepes, dan anak-anak sekelas yang jaga stand pada pakai kostum malaikat. Jadi pecah karena semua malaikat adalah anak-anak IPS yang kebanyakan cowok-cowok gahar bertampang rusuh pakai sayap malaikat dan wig blonde kriting ala-ala. Cupid gitu lah. Idenya warbyasak ya.
Kelasnya Inyo, yang juga kelasnya Lyra, adalah XII-IPA-3, agak elit dengan tema film mafia (kayaknya), yang semua anak kelasnya pakai jas dan kacamata hitam, jualannya pizza dan es krim Italia. Dekorasi utama mereka adalah menara pisa.
Ada yang lebih keren, punya adik kelas, temanya 2Fast 2Furious, di mana mereka bikin semacam mobil menerobos stand. Juga stand The Eye yang sangat spooky dan jualan makanan dengan judul-judul nyeremin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Belas Tahun
RomantikNda dan Inyo, sudah berada di tepi jurang perceraian. Pernikahan keduanya, membosankan dan sangat melelahkan. Saat keduanya harus liburan di tengah-tengah pandemi, beberapa rahasia dan kisah masa lalu muncul, membuat Nda dan Inyo memikirkan ulang se...