Taga menunggu Tiera di luar kelas. Dia terus menatap jam tangannya dan melihat ke arah kelas Tiera. Berharap gadis itu segera keluar.
Lalu setelah beberapa lama, sosok yang Taga nantikan akhirnya muncul. Di sebelah Tiera, ada Stokie yang tatapannya tampak sedih.
Taga sudah mengerti cerita Stokie. Dia akhirnya bertekad untuk membantu niat baik Tiera. Bagaimana pun, Tiera sudah spesial baginya.
"Hey, kau bilang ingin pergi ke Jembatan Biru, bukan? Aku pastikan kamu akan mendapat pengalaman yang menyenangkan," ucap Taga sebelum tersenyum lebar. Membuat Tiera tersenyum dan menatap Stokie dengan ceria.
Mereka bertiga pun melaju ke Jembatan Biru. Selama di perjalanan, Tiera hanya menatap Stokie yang memandang keluar jendela mobil. Wajahnya begitu berseri melihat setiap gedung besar yang mobil itu lewati. Membuat hati Tiera damai.
"Tiera. Aku tidak pernah menyangka kamu bisa sepeduli ini. Seingatku, bahkan kau sendiri tidak punya teman," ucap Taga dengan wajah penasaran. Membuat Tiera tertawa kecil.
"Aku juga tidak menyangka. Ternyata di dalam diriku masih ada sisi peduli. Mungkin diriku yang pendiam dan penyendiri ini menutupi sifatku yang sebenarnya," ucap Tiera sebelum menatap Taga dengan hangat. Membuat pipi Taga seketika memerah.
Tibadi Jembatan Biru, mereka pun langsung berlari ke arah tengan jembatan. Di bawah jembatan itu, sungai biru yang jernih mengalir dengan tenang. Udara yang mendayu pelan membuat suasana semakin damai. Serta burung - burung gereja sedang bernyanyi riang memperindah suasana.
"Indah sekali. Aku baru pertama kali merasakan semua ini," ucap Stokie sebelum menghirup udara dalam - dalam. Matanya terus berkeliling mengenali segala sesuatu.
"Kamu lihat deh! Itu ada balon udara! Mau coba naik?" tanya Tiera sambil menunjuk ke arah balon udara yang naik perlahan. Namun Stokie menggeleng dengan kuat.
"Aku... fobia ketinggian," ucap Stokie pelan.
"Pembohong. Kamu saja nyaman di jembatan yang lumayan tinggi dengan permukaan air," celetuk Taga dan membuat Tiera tertawa.
"Maka sudah dipastikan.... kita naik balon udara!" ucap Tiera sebelum menarik tangan Stokie. Taga mengikuti mereka dengan senyum lebar.
Mereka bertiga pun memesan salah satu balon udara. Lalu mereka pun naik ke atas balon udara dan mereka mulai naik ke udara. Hal itu membuat Stokie berjongkok ketakutan.
"Stokie! Aku bisa menangkap awan!" ucap Tiera. Dia pun menarik Stokie pelan ke arah pinggir dan mengulurkan tangan Stokie.
"Buka matamu," bisik Tiera ke telinga Stokie.
Tepat di saat mata Stokie terbuka, matanya berbinar menatap awan - awan yang mengelilingi balon udara mereka. Angin berhembus pelan menerpa wajahnya dan langit biru terlihat begitu nyata dari atas sini. Hal itu membuat Stokie tersenyum lebar.
"Tiera dan Taga. Terima kasih," ucap Stokie sebelum menitikkan air mata. Senyum di wajahnya jauh lebih lebar daripada sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bond in Piano (Complete)
Любовные романыTiera selalu terjebak dalam pemikirannya. Tidak memperhatikan sekitar menjadi keunikannya. Bahkan dia tidak hafal teman sekelasnya yang hanya berjumlah 20 orang. Namun datanglah seorang pemuda. Yang mengenalkannya pada keindahan dunia lewat permaina...