Prolog

88 23 11
                                    


Dinda menatap cermin besar yang terpasang di dinding ruang praktiknya. Ruangan yang sebetulnya tidak terlalu luas itu, hanya dengan memasang cermin yang besar membuat ruangan seakan tampak luas dua kali dari yang sesungguhnya. Meski cermin membantu ruangan terlihat luas, namun cermin itu juga membuatnya kesal. Wajah suramnya terlihat jelas.
Dinda teringat ucapan sahabatnya ketika mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah mall ketika ia sedang berbelanja bulanan.

"Wajahmu suram sekali. Kamu terlihat lelah Din," ucap Anita yang selalu perhatian padanya.

"Ia, ini juga belanja maksain. Habis persediaan persabunan banyak yang sudah habis. Padahal aku capek, tapi mau gimana lagi?" desah Dinda lelah.

Tiba-tiba, Anita memandangi wajahnya lebih seksama, wajahnya mendekat mengamatinya dengan seksama.
"Kapan kamu terakhir kali 'Me Time'? Wajahmu kelihatan tidak terurus," ucapnya sambil memegang dagu Dinda.

Dinda hanya tersenyum sedih, ia tidak menjawab pertanyaan itu.

"Aku duluan ya? Kerjanku menunggu di rumah. Bye, kapan-kapan aku kontek. Kita 'Me Time' ya?" ajak Dinda sambil mencium pipi Anita dan berlalu dari hadapan wanita cantik itu.

***

Ia mendesah, wajahnya terlihat lelah dan suram. Rasanya, noda hitam di wajahnya bertambah semakin banyak tanpa ia ketahui. Diliriknya jam tangan fossil pemberian Haryo suaminya yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Pukul 13.45 WIB, berarti lima belas menit ia sudah bisa pulang.

Hari ini adalah hari Jumat, berarti waktu ia melicin pakaian. Terbayang olehnya gunungan pakaian yang menumpuk di sudut kamar kamarnya, ia menyesal mengabaikan candaan konyol Anita. 'Jangan suka menumpuk setrikaan, karena sekali mereka bertemu dalam tumpukan, mereka akan segera beranak pinak'. Jokes yang menurutnya tidak lucu, tapi terbukti benar, dan membuatnya kesal setiap kali ia melicin pakaian. 'Dasar,' umpatnya.

Kembali diliriknya jam tangannya, sembari membawa tas dan hapenya, Dinda bangkit keluar menuju ruang pendaftaran.

"Sudah habis kan pasiennya? Aku pulang ya? Capek," keluhnya.

"Sudah habis Dok," jawab Nita bagian pendaftaran sambil tersenyum manis padanya.

"Iya Dok, pulang saja. Dokter kelihatan lelah sekali," sahut Ana perawat yang membantunya hari ini.

"Ok, besok ketemu lagi. Aku pulang ya, Assalamu'alaikum," pamit Dinda sembari bergegas berjalan keluar klinik menuju parkiran tempat mobil menunggunya. Bayangan tumpukan pekerjaan rumah telah mengganggunya.

"Wa'alaikumsalam."

Give Me a Break!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang