Sophie merasa senang karena pada akhirnya Madame Paulin memberinya sebuah kepastian, kepastian bahwa pertunjukan mereka yang gagal akan kembali diadakan. Tapi sayangnya pertunjukan ini tidak lagi diadakan di gedung yang sama, national ballet and opera terpaksa ditutup selama beberapa waktu demi proses penyelidikan kasus pembunuhan John Van Bergen.
Sore ini Sophie pergi ke studio untuk latihan. Ia pergi ke studio dengan bus setelah memandikan Beryl. Di sana rekan-rekan penarinya sudah berkumpul dan mulai melakukan pemanasan. Uh, Sophie agak terlambat.
"Maaf aku terlambat" ucap Sophie kepada mereka. Madame Paulin memaklumi keterlambatan gadis itu, ia meminta Sophie untuk segera berganti baju dan memakai sepatu baletnya agar dapat bergabung melakukan pemanasan bersama dengan yang lain.
Setelah pemanasan selesai, latihan pun dimulai. Latihan tidak memakan waktu yang lama sebab grup ballet ini sudah benar-benar siap untuk tampil di sebuah pertunjukan. Madame Paulin hanya ingin melihat mental para penarinya setelah tragedi pembunuhan John Van Bergen terjadi tepat di depan mata mereka, bisa saja salah satu di antara mereka merasa trauma untuk menari lagi.
Madame Paulin meminta para penarinya untuk melakukan pendinginan masing-masing setelah latihan usai, ia juga mengundang para penari untuk hadir di perayaan ulang tahunnya yang akan diadakan besok. Sejak dulu Madame Paulin memang selalu mengadakan acara karena ia tidak ingin hari spesialnya terlewat begitu saja.
"Sophie, kau harus datang ya" ucap Madame sambil menyerahkan selembar undangan kepada Sophie.
"Tentu, Madame"
"Baiklah, aku ke atas sekarang, kau belum siap melakukan pendinginan?"
Sophie menggeleng pelan. Madame Paulin tahu bahwa Sophie adalah penari yang paling lama melakukan pendinginan, sejak ia mengalami kram otot setelah menari ia selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan pendinginan.
Madame Paulin meninggalkan Sophie di bawah sendirian karena ia punya kelas lain di lantai 2 studio ini. Menarik nafas dalam, Sophie meletakkan satu kakinya pada barre lalu ia menghembuskan nafasnya perlahan. Ia bertahan pada posisi itu selama 60 detik sambil mengatur nafasnya, kemudian ia meletakkan kakinya yang lain dan melakukan hal yang sama.
Saat Sophie sedang rileks mengatur nafasnya, tiba-tiba saja sepasang lengan yang kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Ia tersentak kaget dan memekik pelan.
"Hai"
Gosh, itu Xander! Apa yang pria itu lakukan di sini?
"Xander? Kau...."
"Sshhhtt....tetap lanjutkan apa yang sedang kau lakukan" bisik pria itu tepat di telinga Sophie.
Dengan malu-malu Sophie melanjutkan pendinginannya. Xander masih berada tepat di belakangnya, tidak mengganggu hanya memeluk erat pinggang Sophie tanpa mengatakan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
En Pointe (Exotic Dances Collection 4) / Complete
RomanceExotic Dances Collection #4 Impian Sophie Banks hanyalah satu yaitu menjadi tokoh utama pada seni pertunjukan balet tingkat internasional, dan impian itu nyaris terwujud andai saja tragedi pembunuhan John Van Bergen tidak terjadi di pertengahan pert...