18+
“Eh, Sayangku udah pulang.” Jaehyun tersenyum manis menyambut Jeongguk yang terlihat lelah. Anak itu menaruh barang bawaannya di atas sofa ruang tengah dan menghampiri Jaehyun.
“Capek, ya?”
“Capek bangettt.” Eluhnya sambil memeluk pria itu manja. Wajahnya ditaruh di dada Jaehyun dan merengek lagi. “Apalagi tadi ada customer nyebelin banget. Aku udah buat karangan bunga yang dia mau, kan. Eh tiba-tiba dia minta ganti model lagi. Aku kesel! Aku bilang nggak bisa ganti dia tetep maksa dan jadinya marah sama aku. Nggak jelas!”
Jaehyun tertawa mendengarnya. Ia menangkup pipi Jeongguk lembut dan mencium bibirnya. “Tarik napas, Sayang.”
Helaan napas panjang dilakukannya. Jeongguk menatap Jaehyun bersalah, “Maaf, ya? Pasti kamu kesel denger aku marah-marah gini.”
“Nggak ada yang kesel. Aku malah seneng kalau kamu ceritain semua yang kamu alamin. Berarti aku dipercaya sama kamu.” Jaehyun mengulas senyum, memeluk Jeongguk lebih erat lalu membawanya ke meja makan.
“Mending sekarang kita makan dulu. Aku masak banyak loh.” Jaehyun mendudukkan Jeongguk di hadapannya.
Mata si Jeon membulat senang. “Kamu masak ini buat aku?”
Jaehyun mengangguk. Menggenggam tangan Jeongguk dan mengecupnya sekilas. “Karena kamu udah kerja keras hari ini. Biasanya, kan. Kamu yang masakin aku, sekarang gantian. For my baby.“
“Kamu nggak perlu repot-repot padahal...” keningnya berkerut gelisah. “Kamu kan juga capek abis pulang kerja. Nggak papa?”
“Nggak masalah, Sayang.” Jaehyun menyengir. Membuka piring Jeongguk dan menyendokkan nasi ke piringnya. “Makan yang banyak, ya. Abis itu kita mandi bareng. Mau pijet juga, nggak?”
Jeongguk merasakan hatinya bahagia bukan main. Kupu-kupu menggelitik di perutnya. Pipinya merona bagai tomat. Jeongguk sungguh merasa sempurna karena memiliki pasangan seperti Jaehyun. Pria itu tahu bagaimana cara memanjakannya dan membuatnya mencintai pria itu bertambah setiap hari.
Ia tidak akan pernah bosan dengan apa yang Jaehyun berikan padanya. Setiap perlakuannya tidak pernah ia tidak suka. Semuanya, ia suka.
•••
Jaehyun memagut dalam bibir Jeongguk. Menulusuri punggung hingga bokong si Jeon dengan jarinya sampai Jeongguk merinding dibuatnya.
Jeongguk mendesah tertahan, meremat bahu Jaehyun ketika pria itu meremas bokongnya kencang.
“Bathup?” Jaehyun menjauhkan wajah mereka, melihat merah merona sepanjang pipi sampai telinga Jeongguk. Jeongguk yang sudah lemas, tidak bisa bereaksi apa-apa hanya menuruti ketika digendong Jaehyun ke dalam bathup.
“Dingin, ya?” Jaehyun terkekeh saat dirinya sedikit gemetaran. Jeongguk mengangguk sembari mengurucutkan bibirnya.
Jeongguk diposisikan di hadapannya, duduk di pangkuannya. Anak itu melingkarkan tangan dan kakinya pada tubuh Jaehyun, memeluknya erat.
“Kamu nggak keberatan kan, Jae?”
“Udah biasa.” Jaehyun mengelus pinggang Jeongguk. Sibuk mengecupi leher dan dada si Jeon bergantian. Jeongguk melenguh, kepalanya tersentak ke belakang saat merasakan lidah Jaehyun bermain di sekitar putingnya.
Digigit halus dan dikulum sesuka hati. Aliran darahnya mengalir dengan deras karena rangsangan yang Jaehyun berikan. Jeongguk meneguk ludahnya berkali-kali karena sentuhan dari Jaehyun.
Jeongguk terkesiap saat merasakan tangan basah dan dingin itu menyergap kulit bokongnya. Jaehyun mengusapnya terlebih dahulu sebelum menamparnya keras. Suara tamparan itu terdengar nyaring sekali, memenuhi kamar mandi yang hening.
Jeongguk memekik, kukunya ditancapkan di bahu Jaehyun dengan mata yang sudah berkaca menahan perih. Ia yakin, bokongnya sekarang pasti memerah dengan bekas cetakan tangan Jaehyun disana.
Bunyi itu bersahut-sahutan dengan jeritannya. “Jae!”
Jaehyun terkekeh, menghentikan tamparannya dan beralih untuk mengusapnya lembut. Jeongguk mencebik dengan air mata yang berlinang. “Kebiasaan!”
“Lagian gemes sama pantat kamu.”
“Kalau gemes tuh dicium-cium, bukan ditampar.” Jeongguk menautkan alisnya kesal.
“Iya, bawel.” Jaehyun menggesekkan miliknya di belahan bokong Jeongguk sengaja. “Maafin aku, ya?”
Jeongguk berusaha untuk tidak mengeluarkan suaranya dan memilih untuk mengangguk. Ia tidak mau cepat luluh dengan pria itu.
“Sayang...” bisiknya rendah. Jaehyun mengulum telinga Jeongguk. Ia menyentuh beberapa kali lubang Jeongguk namun tidak dimasukkannya, hanya sekadar untuk menggoda.
Jeongguk susah bernapas. “M-Masukin...”
“Hm?”
“Masukin, Jae. Jari kamu. Masukin ke dalemku.”
“Siapa tadi yang ngambek?”
“Cepetan!” Jeongguk menggertak. Kesabarannya bagai diuji oleh pria itu. Jaehyun melipat bibirnya menahan tawa.
“Nggak sabaran banget, deh.” Melihat pemandangan Jeongguk yang seakan frustasi akan dirinya membuatnya senang bukan main. Jeongguk itu sebenarnya jarang agresif di setiap permainan mereka. Namun jika kesabarannya sudah habis ditambah dia sudah tidak bisa menahannya lagi, maka Jeongguk akan bersikap di luar kendalinya.
Anak itu tidak suka disuruh atau didominasi. Dia lebih ingin jika ada timbal balik atas permainan mereka. Jeongguk berpikir, mereka sama-sama ingin, maka ia tidak sudi untuk bersikap patuh akan perlakuan Jaehyun.
Seperti sekarang, ia sengaja tidak menuruti permintaan anak itu. Maka tidak butuh waktu lama, Jeongguk memasukkan dua jarinya ke dalam tubuhnya sendiri hingga si Jeon memekik keras. “Fuck. Fuck. Fuck.“
Jaehyun bisa merasakan jarinya dihimpit oleh lubang Jeongguk di dalam sana. Anak itu tahu bagaimana cara untuk membuatnya tunduk. Jaehyun sedikit kelabakan saat Jeongguk memutar bokongnya, lalu menyentuh miliknya yang setengah menegang.
“It's so good,” Jeongguk menunduk, melumat bibir Jaehyun, mengajaknya untuk berciuman. Ditambah tangannya yang mengurut milik Jaehyun secara teratur.
Napsunya sudah di ujung, membumbung tinggi. Satu tangan Jaehyun beralih menguleni bokong kenyal Jeongguk dan menamparnya sekali lagi. Perutnya melilit, seperti diremat kencang. Jeongguk merasakan milik Jaehyun yang membesar ikut serta mempercepat temponya. Membiarkan cairan itu keluar sedikit-sedikit.
Jeongguk mendesah panjang, “A-Aku mau keluar.”
“Aku bantu?”
Si Jeon mengangguk, membiarkan Jaehyun mengurut miliknya sekaligus. Kecipak air bersahut-sahutan dengan desahan dan geraman mereka yang menyatu. Jaehyun mengecup dada Jeongguk, membuat si empu tak sanggup lagi untuk menahan segala rangsangannya.
Ia keluar di tangan Jaehyun, sama seperti pria itu. Keduanya berakhir saling memeluk dan mengatur napas masing-masing.
“Gila.” Jaehyun tertawa diikuti Jeongguk.
Jaehyun menangkup kedua pipi Jeongguk dan mencium seluruh wajahnya gemas. “I love you. Love you. Love you.“
Jeongguk terkikik malu, “Udahhh!”
“Kenapa? Sayang malu?” Jaehyun menatap Jeongguk dengan pancaran cintanya. Jeongguk tersenyum manis dengan semburat di pipinya.
“Jangan liatin aku gitu. Mending lanjut aja.”
“Hm, mau dimana? Balkon? Dapur? Apa genteng sekalian?”
“Jae!”
end.
perdana jaekook di akun husukar ~
KAMU SEDANG MEMBACA
want more [jaekook]
FanfictionJeongguk berkata bahwa ia beruntung memiliki Jaehyun, namun Jaehyun menyanggah bahwa ia yang lebih beruntung memiliki Jeongguk.