**Sahabat nggak akan ngebelakangin kita, nggak juga ngeduluin kita, tapi yang namanya sahabat akan selalu ada di samping kita apapun kondisinya**
Arini masih sesenggukan di koridor sekolah. Banyak anak murid yang berlalu lalang di sana tapi hanya sekedar meliriknya dan pergi. Gak mau ikut campur urusan kelas orang katanya.
"Rin" panggil seseorang
"Rin.. woi Arini" panggilnya lagi kali ini sedikit berteriak.
Arini membuka telapak tangannya. Ia melihat sepasang kaki Arini menatap lurus sampai ia memandang sosok Gabi yang setengah membungkuk menatapnya.
"Luh kenapa?" Tanya Gabi
Arini hanya sesegukan tak menjawab. Gabi tau sahabatnya sedang ada masalah. Gabi jongkok mensejajarkan wajah nya dengan Arini.
Ia menempelkan jari telunjuknya dipipi Arini mengusap nya pelan. Menghapus air matanua telaten. Gabi meraih tangan Arini tangannya basah. Ia mengelapkannya pada baju olahraga sekolah berwarna birunya.
"Nangis kok di sini? Gak malu apa?" Gabi bertanya sambil mengusap tangan Arini ke bajunya.
Perhatian sekali Gabi, Arini menarik tangannya "Nanti baju Luh basah"
Gabi tersenyum lima jari menampakan gigi besar dan putihnya.
Ia menarik tangan Arini menuntunnya agar berdiri.
"Udah jangan nangis apa cengen banget sih Luh" masih mempertahakan senyumannya.
Arini ikut tersenyum ia menghapus sisa sisa air matanya. Arini lupa kalau masih ada Gabi sahabat cowok satu satunya itu yang memang satu sekolah dengannya.
"Nanti pulang sekolah gua tungguin, kita pulang bareng" ajak Gabi sebelum melangkah ia menepuk bahu Arini pelan seolah memberi isyarat kalau Luh gak pernah sendirian.
Arini mengangguk mantap ia mempertahankan senyumannya hingga Gabi masuk kedalam kelasnya.
Arini berniat ke toilet
sebelum jam istirahat habis ia mencuci wajahnya di wastafel menatap pantulan dirinya diakaca westafle itu. Ia merapikan bajunya, membenarkan hijabnya.Setelah selesai dengan kegiatan di kamar mandi Arini segera keluar berpas Pasan dengan bel masuk jam pelajaran kedua.
Seperti janjinya Gabi menunggu Arini didepan kelas Arini seorang diri.
Setelah mengucapkan salam sebelum pulang anak anak kelas 6 serempak keluar meninggalkan kelas. Gabi mencari Arini. Ternyata dia keluar paling akhir. Selain menghindar Arini juga nggan berdesakan apalagi kalau ada yang saling berdorongan saat keluar kelas. sudah jadi khas anak sekolah banget bukan?
Meninggalkan kelas, melewati koridor, berjalan dipinggir lapangan, sampai akhirnya keluar gerbang.
Mereka berjalan beriringan. Sesekali mereka tertawa kalau ada topik pembicaraan yang lucu.
Gabi mengembalikan keceriaan Arini. Teman kecilnya memang sangat lemah kalau sudah di bully sekelas. Nggak ngelawan. Nggak juga ngadu. Yang Arini lakuin cuma nangis dan berharap ada orang yang menyadari masalahnya tanpa ia harus repot repot mengadukannya.
Untung nya rumah mereka searah. Gabi memang sejak lama tinggal di kompleks Cherry bersama Arini sejak kecil bahkan itu adalah tempat dimana mereka baru pertama kali menempatkan diri di dunia ini. Orang tua Arini adalah sahabat nenek nya Gabi.
Dulu sekali saat umur mereka masih di bawah enam tahun. Arini sangat ingin bermain dengan Gabi tapi Gabi selaku saja galak dengan Arini. Kadang Arini dia usir padahal kan Arini cuma bermain di teras rumahnya yang berada di depan teras rumah Gabi.
Pernah juga satu hari saat Arini nekat mendekati Gabi yang sedang bermain tanam tanaman. Karna merasa terusik dengan kedatangan Arini. Gabi melemparkan satu buah batu kecil yang berada di dekat kakinya.
Batu itu melayang tepat mengenai kening Arini. Tapi dia nggak menangis. Dia malah berkata dengan imutnya.
"Aku boeh ikutan main nggak?"
"Nggak boeeehhh sana kamu pergi aja aku gak mau main sama kamu ih" Gabi ngambek dan malah menangis. Ia berlari masuk gerbang rumahnya sambil berteriak " mamiii mamiiii".
Arini hanya diam lugu tak mengerti. Dia yang ditimpuk batu tapi Gabi yang menangis. Ujung ujung nya Arini juga yang disalahin sama mami nya Gabi karna udah bikin Gabi nangis.
Lucu sekali mengenang Gabi yang begitu galak dengannya kini malah menjadi penenang untuk nya dikala dia susah.
Yup. Setiap hari di zaman dulu Arini tak pernah lelah mengajak Gabi untuk bermain bersama. Entah ada ikatan apa tapi yang pasti Arini begitu penasaran dengan anak laki laki yang lebih muda satu tahun dengannya itu.
Karna sudah terbiasa di recoki Arini Gabi mulai mengakui keberadaan Arini.
Sesekali kalau saja Arini tak merecokinya main pasti Gabi yang urung uringan ingin bermain dengan Arini.
Bahkan saat Arini sakit pun Gabi memaksa ingin menginap dirumah Arini agar ia bisa merawat Arini.
Persahabatan yang begitu kuat sangat dirasakan oleh Arini. Betapa berharganya sosok sahabat dimatanya. Gabi dan Memey mungkin hanya mereka berdua yang Arini percayai sebagai seorang teman.
**Aku up terus nih Kaka meski masih baru jangan lupa follow yah,, aku juga readers kok nanti aku folbck deh, kalo sempet wkwkw;)
Sok sibuk sekali manusia satu ini**
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Be Boyfriend
Fiksi Remaja---Tiga tahun setelah perpisahan--- "Abi.." Arini antusias saat berpaspasan dengan Gabi sahabatnya di persimpangan kompleks. "Ini Arini ya?" Tanya Gabi menunjukan senyum lima jarinya. Arini tersenyum manis. Namun sepersekian detik suasana menjadi ca...