"Hm. Rapat diajukan besok karena saya ada acara keluarga."
Kancing yang menyesakan lehernya itu ia lepas, dilanjut oleh dasi yang seharian ini mencekiknya. Telinga dan bahunya mengapit ponselnya yang terhubung dengan seseorang. Sedang tangannya sibuk dengan hal lain.
"Laporan keuangan? Oke."
Derap langkah pantofel itu kian mendekat pada dua daun pintu yang menjulang. Setelah menyimpan ponselnya di saku, ia mendorong sebelah pintu tersebut. Gurat lelah nan datarnya berubah manis. Oh lihat lah, mata tajamnya ikut tersenyum saat melihat siapa yang menyambutnya pulang.
"Hai, Sweety." Diraihnya ia kedalam dekapan lelaki berkemeja putih ini.
"Meow." sahutnya pasrah saat tubuhnya di girlya penuh dengan rasa gemas oleh majikannya. Atau mungkin budaknya?
"Ola sama Ala mana?" tanya pria itu dibalas meongan oleh kucing dengan warna bulu putih dan abu. Mata besarnya terlihat makin saja pasrah.
"Nenek sihir ga jahatin kalian kan?" tanyanya lagi kali ini dengan nada penuh penekanan.
"Meow."
Well, tentu saja jawabannya akan seperti itu.
Tapi pria itu tersenyum puas saat melihat tubuh kucing itu masih seperti bongkahan lemak, masih wangi, tanpa luka sedikit pun dan tentu saja selalu menggemaskan di matanya.
"Ya Tuhan. Kamu ga perlu repot-repot beliin aku."
Tatapan pria itu kembali malas saat matanya menemukan seongok daging bernyawa berlapis kemeja tipisㅡyang katanya dipuja banyak makhluk ituㅡterlihat begitu menjijikan dengan ponsel di hadapannya. Baginya buntelan-buntelan lemak kesayanganㅡkucing-kucing gembrotㅡnya jauh lebih menarik di matanya.
"Besok? Hmm... aku jadi ga sabar."
Tanpa sadar bibirnya mendesis penuh ejek. Itu sangat keras sampai-sampai wanita yang sedang menelepon itu meliriknya sinis.
"Sampai jumpa besok. I LOVE YOU, JAMES." katanya dengan senyum manisㅡyang lagi-lagi menjijikan di matanya.
"Love you too, Princess."
"Yang keras doong." katanya seraya melirik pada pria yang sedang bermain dengan buntelan lemak.
"LOVE YOU TOO, SELINA PRINCESS-KU."
Wanita itu tersenyum puas tepat setelah telepon dengan kekasih hatinya putus. Ia beranjak dari sofa seraya bersenandung menuju kamar.
"Duh, James emang sayang banget ya sama gue." gumamnya agak keras seraya melewati pria tersebut yang mencoba tidak terdistraksi.
Secara personal Selina tentu saja merasa senang. Tas impiannya hanya diraih dalam kejapan mata. Tas high-end limited edition tentu sangat Selina dambakan. Padahal tadinya Selina punya sejuta rencana agar mendapatkannya. Perkataan dan kepercayaannya akan Dewi Fortuna memang lebih sering bersama orang cantik memang benar adanya. Lihatlah, tas incarannya akan segera sampai.
"Meski kalian sering diejek buntelan lemak, dan gembrot. Kalian ga boleh insecure, oke? Kalian masih berguna, berperikucingan, dan berbudi luhur. Seenggaknya kalian ga murahan dan ga punya hobi morotin orang."
Langkah Selina berhenti. Kedua tangannya mengepal, terpaksa ia berbalik dan mengampiri lelaki yang belum mengganti pakaiannya sedang mengelus kucing-kucingnya yang anteng menikmati makanannya.
"Woy!"
Senyum miring tercipta di bibir pria itu. Oke, siaga satu diaktifkan.
"Maksud lo apa?" Selina berdiri tepat di belakangnya. Lantas ia yang awalnya jongkok akhirnya berdiri dan menunduk menatap mata nyalang Selina.
"Apa?" katanya balik bertanya. Pura-pura bodoh.
"Ga usah sok pura-pura bego lo, Jovian! Lo pikir gue ga punya kuping?"
Pria bernama Jovian ini bersidakep, kepalanya meneleng menatap remeh wanita dengan pakaian kurang bahan. Demi Tuhan, yang bernama Yovenya Selina ini selalu berkeliaran di rumah tanpa bra dan celana.
"Emang gue ngomongin lo?"
"Lo tadi ngatain gue murahan, tukang morotin! Kenapa? Lo cemburu ya gue disayang sama James?"
Tatapan Jovian berubah ga suka, mood-nya berubah seketika, ia jadi malas untuk meladeni pertengkaran yang sebenarnya memang tak perlu dilakukan. Ga penting banget alesannya.
"Emang tadi gue nyebut nama 'Selina'?" nada bicara Jovian masih tenang, beda dengan Selina yang urat-urat lehernya begitu terlihat.
"Tapi lo nyidir!"
"Oh... jadi lo kesindir?" raut wajah Jovian kembali mengejeknya.
"Gue ga pernah ngelakuin hal murahan apalagi sampe morortin. Gue mampu. Tapi James beliin barang itu buat gue karena emang itu cara dia nunjukin rasa sayangnya sama gue. Lo Iri kan gue diperlakukan bak princess?"
Tahan, Jovian. Batinnya bergejolak.
Jovian memilih menyudahi. Kakinya melenggang membawa tubuhnya menuju kamarnya yang sialnya di tempati juga oleh jelmaan nenek sihir ini.
Rumah minimalis yang berisi duaㅡah ralat, lima makhluk hidup itu mempunyai setidaknya 3 kamar. Satu kamar dibuat untuk para majikan, dan satunya lagi untuk menyimpan peralatan kebersihan dan dibuay seolah-seolah seperti gudang.
Tubuh Jovian yang sudah bersih berlapis celana training dan kaos melangkah keluar kamar mandi. Di atas ranjang itu, seonggok daging yang menurutnya menjijikan itu sudah terlelap. Wajahnya mengkilat akan lapis-lapisan skincare dengan bibir ranum kemerahan natural.
Celana dalam hitamnya mengintip saat sebelah kakinya bertopang pada bantal guling memamerkan paha berisi terawatnya. Tubuhnya menguasai ranjang berukuran king size tersebut.
Melihat itu Jovian memilih pergi menuju ruang keluarga. Sofa berwarna abu muda itu akhir-akhir ini yang sering menemaninya. Danㅡ
"Meow."
Si majikan berwarna putih, hitam, oren datang mengampiri budaknya yang terlihat lelah. Budaknya itu tersenyum dan memberi beberapa space untuk kucing itu. Betul, Jovian budak, dan kucing itu majikannya.
"Good night, Ala."
"Meow."
Bagi kebanyakan orang, rumah adalah tempat yang menyejukan, tempat melepas penat.
Bagi Jovian, rumah adalah neraka.
"La, emang salah ya kalo cinta sesama manusia walau caranya beda dari yang lain?"
"Meow." Tentu saja akan selalu seperti itu. Tapi Jovian justru lebih senang mengobrol anabul-anabulnya ketimbang manusia lain di rumah ini.
"I know right. Tuhan gak ngelarang kalo kita sayang ke sesama."
____
a/n :
tadinya aku gak mau up ini karena kayak nambah beban, tapi tanganku gatel buat ga up ini. huhu. ayo dukung cerita ini ya sahabat. ♡
(Cek instagram untuk mengetahui face claim para pemain)
Jun 21, 2021
elfeetoile
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs. Mr. Hubby
Fanfiction"pokoknya gue gak boleh kalah dari Jovian!" bahasa, semibaku. ⚠️🔞