Arctophile - 41

861 58 69
                                    

sorry for typo
HAPPY READING

____________

Pandangan seluruh orang yang ada dalam satu ruangan bercat putih dengan harum khas, berkumpul menjadi satu pada sebuah monitor yang menampilkan gambar hitam putih.

Tadi mereka sudah melakukan USG 4D untuk melihat keadaan calon adik Bre. Mengetahui jika keadaannya baik-baik saja, kini jennie dan jongin meminta untuk mengecek jenis kelamin sang anak dengan USG hitam putih.

"Tuan dan Nyonya Kim, sepertinya anak kedua kalian cukup pemalu. Sejak tadi dia sama sekali belum mau memperlihatkan jenis kelaminnya" Ucap Dokter Kang-- dokter wanita yang menangani jennie, ini bukan pertama kali baginya kesulitan mengecek jenis kelamin dari bayi yang masih ada didalam kandungan. Karena memang ada beberapa yang sangat sulit untuk diketahui jenis kelaminnya.

Jongin mendekat kearah jennie dari posisi semula yang duduk bersama dengan Bre di kursi tunggu, dia mendekati perut jennie mengetuk perlahan dengan jari telunjuknya,
"Hallo little kim? Are you there? Bergeraklah sedikit sayang, Appa dan eomma ingin melihat jenis kelaminmu, eoh apa kau ingin bermain petak umpat dengan kami?" Tanya jongin tanpa malu dilihat oleh dokter Kang.

Sedangkan jennie sendiri, dia sudah tertawa geli melihat kelucuan yang jongin perbuat. Tak lama, jennie merasakan sedikit tendangan dari dalam kandungannya, seolah bayi dalam kandungannya menjawab ucapan sang ayah.

"That's good baby, mari kita bertemu."

"Ah tidak, tidak maksud appa bukan keluar sekarang, mari kita bertemu dari dalam monitor" ucap jongin membenarkan kalimat sebelumnya yang membuat jennie memutar bola matanya gemas.

Dokter wanita itu kembali menjalankan alat USG untuk melihatnya, cukup memakan waktu memang. Untungnya jongin dan jennie membuat janji dipagi hari, membuat mereka memiliki banyak waktu luang.

"Omo! lihat" Dokter itu berucap dan menghentikan alatnya pada satu titik dibagian perut jennie, lalu sedikit memperbesar gambar yang ada dimonitor untuk memperjelas.

"Ini jenis kelaminnya, lihatlah tuan dan nyonya" dokter itu menunjuknya dengan kursor di layar monitor,
"Dia berjenis kelamin laki-laki, woah Bre akan memiliki adik laki-laki" lanjutnya sambil menoleh kearah Bre yang sedikit menjulurkan kepalanya dari posisi duduknya yang cukup jauh.

Mendengar itu, Bre turun dari kursi dan mendekat kearah Jongin.
"Apa? adikku laki-laki dokter?" Tanya Bre yang sudah ada didekat jongin, dokter itu mengangguk antusias menatap Bre yang berdiri tidak jauh darinya.

"Tidak bisakah, dokter mengubahnya menjadi perempuan? Apa adik laki-laki akan nakal?" Pertanyaan itu sontak membuat seluruh yang ada diruangan dibuat tertawa gemas dengan kalimat yang Bre keluarkan, balita itu mengerutkan keningnya bingung.

Merasa aneh, karena pertanyaannya dijadikan bahan tertawaan,
"Tidak bisa ya?" Tanya Bre dengan raut bingung. Jennie mengangguk, mengelus kepala Bre yang ada didekatnya.

"Yang memberi jenis kelamin itu Tuhan sayang, kita tidak bisa mengubahnya. Makanya, Bre harus menerima apapun jenis kelamin adik Bre. Lagipula, adik laki-laki juga menggemaskan" Jelas jennie, memberi pengertian pada anaknya agar balita itu bisa menerima adiknya sejak dini.

Dia tidak mau Bre menolak kehadiran adiknya, apalagi saat dia lahir nanti.

"Bre akan menjadi noona nantinya, You will be a good sister. Eomma yakin" Ucap jennie dengan kesungguhan, jelas dia yakin anak perempuannya itu akan menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya kelak.

"Of course, i'm gonna be a good sister" Ucap Bre dengan semangat, matanya berbinar menatap sang adik yang masih ada didalam perut jennie.

Jennie tersenyum lembut mendengar kalimat Bre, anak manisnya itu selalu berhasil membuat hatinya menghangat.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang