Sorry for typo:)
Cuma baca doang nih? Tanpa ngevote ya💔.
Canda hhe ...Happy Reading
.
.
."Darimana aja kamu, Nathaniel?!"
Deg!
Sekarang Niel tahu mengapa sedari tadi ia merasa gusar. Ternyata ini penyebabnya, yaitu kemarahan Papanya.
Dengan badannya yang terasa sangat takut, Niel memberanikan dirinya menatap manik tajam dan dingin milik Papanya.
"Maaf, Pa ...." cicit Niel.
"Saya tanya ulang, darimana aja kamu dari kemarin malam, hah?!" bentak Papa Niel.
Niel sontak menunduk dalam sembari mengigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"M-aaf, Niel kemarin nginep di rumah temen, Pa." Kata Niel jujur dan pelan.
Plak!
Pukulan keras dengan mulus mendarat di pipi kanan Niel. Diam-diam Vano tersenyum miring.
"APA SAYA PERNAH MENYURUH KAMU UNTUK MENGINAP DI RUMAH ORANG LAIN SEDANGKAN KAMU PUNYA RUMAH SENDIRI! HAH?! JAWAB NIEL!" bentak Papa Niel keras.
"Maaf, Pa. Niel kemarin nggak sengaja buat nginap di sana. Niel minta ma-"
"HALAH! Kelakuan kamu benar-benar bikin saya malu banget! Kamu nginap di rumah orang seakan-akan kamu nggak punya rumah buat di tempati!" Papa Niel dengan cepat memotong ucapan Niel.
"Ooh atau kamu mau saya usir aja dari rumah?" kata Papa Niel.
Niel membulatkan matanya kemudian mengangkat kepalanya lalu menggeleng keras. "Enggak! Niel nggak mau, Pa. Niel nggak mau jauh-jauh dari kalian hiks," ucap Niel lirih dan langsung terisak.
"Papa boleh mukul Niel sepuasnya, Papa boleh marahin Niel kok, Papa boleh hukum Niel sepuas Papa, dan Papa boleh ku-rung Niel di gudang kalau itu perlu. Tapi, Niel mohon jangan usir Niel, Pa. Hiks," tambah Niel lirih dan langsung teduduk dengan air mata yang sudah mengalir deras.
Vano mendekat ke arah Papanya, lalu mengusap punggung tegap dan lebar itu. "Pa, jangan berlebihan sama Bang Niel. Lagipula Bang Niel nggak sengaja kok, udah ya Pa. Jangan marah lagi." Ucap Vano dengan senyum manis.
Daniel menatap dalam Vano kemudian memejamkan matanya. "Van, kamu istirahat aja di kamar sekarang. Nggak usah ikut campur, Niel biar papa yang urus."
"Okay, good night, Pa. Sweet dream!" kata Vano langsung mengecup singkat pipi kiri pria paruh baya tersebut.
"Hmm, night too, baby. Ingat langsung tidur ya, belajarnya bisa kamu lanjut besok aja. Papa nggak mau anak kesayangan papa sakit nanti," ucap Daniel memperingati Vano.
"Iya, tenang aja kok, Pa. Kalau gitu Vano ke atas dulu ya, dah Papa sayang!" kata Vano dan langsung meninggalkan Papanya dengan Niel.
"Iya, Nak." Balas Daniel.
Setelah memastikan Vano ke kamar. Daniel kembali menatap Niel dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going Is The Best Choice [END] ✅
Jugendliteratur"Niel tidur sebentar dulu, ya?" Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah. **** Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja. 𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...