makan siang

222 5 0
                                    

sudah seminggu nindy bekerja di wijaya corporation. setelah mengerjakan berkas-berkas dan meringkas serta menghafal jadwal adit untuk kegiatan sebulan kedepan, akhirnya nindy bisa beristirahat sejenak untuk meregangkan otot nya yang sudah kaku tidak karuan.

"heh kamu, siapa yang suruh istirahat?"

nindy menoleh lalu benar saja ternyata bos nya yang berbicara dan sekarang menatap nindy dengan tatapan tajam serta ekspresi datar itu, nindy menghela nafas panjang.

"wahai pak adit bos saya paling ganteng sejagat raya, saya ini masih muda masih umur 23 tahun jadi kalo kecapean takut encok, emangnya bapak mau pijitin saya?" tanya nindy dengan sekali tarikan nafas nya dan membuat mata adit rasanya ingin copot seketika ketika mendengar ucapan nindy.

"kamu jangan modus ya nindy, tidak sopan, mencari kesempatan!" bentak adit dan tentu saja diabaikan oleh nindy.

"bodoamat" jawab nindy santai lalu bergegas meninggalkan ruangan nya yang tentu saja satu ruangan dengan bos nya yang gajelas itu.

tidak sadar adit mengangkat sudut bibir nya sedikit, sangat sedikit bahkan orang yang melihatnya tidak akan tau kalo dia sedang tersenyum kecil melihat tingkah sekertaris baru nya itu.

jam istirahat makan siang sudah usai bertepatan dengan hujan deras disertai petir yang tiba-tiba mengguyur kota jakarta. nindy yang tadinya berjalan santai langsung tergesa-gesa untuk segera masuk ke ruangan nya, lebih tepatnya ruangan bos nya yang satu ruangan dengan meja kerja nindy.

"hah..hah..hah.." nafas nindy tersengal akibat sedikit berlari karena menghindari hujan yang tiba-tiba deras.

"darimana saja kamu?, lama sekali!"

"anu pak tadi makan siang di mall depan sambil liatin cowok cowok ganteng" jawab nindy tersenyum membayangkan wajah-wajah tampan dari beberapa pegawai kantor yang berlalu lalang saat makan siang tadi.

adit hanya menjawab nindy dengan deheman sambil memasang ekspresi datar nya dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda beberapa menit tadi gara-gara kedatangan nindy seperti orang dikejar setan.

tok..tok..tok..

"masuk"

danu merasa mendapat persetujuan dari bos nya itu langsung bergegas masuk kedalam ruangan adit, danu melihat ada nindy yang sedang berkutat dengan laptop serta beberapa berkas di meja yang letak nya di sebelah kanan adit.

"tuan ini ada titipan makan siang dari nyonya besar, katanya untuk tuan agar tuan makan dengan teratur" ucap danu seraya meletakkan rantang berwarna hitam itu di meja bos nya.

"ya terimakasih."

setelah mendengar jawaban sang bos, danu segera bergegas meninggalkan ruangan itu karena sesungguhnya danu tidak akan betah berada didalam ruangan itu lama-lama, kalau bukan karena adit adalah teman seperjuangan nya dulu, danu tidak sudi bekerja dengan orang setengah iblis yang dingin serta tidak bisa ditebak seperti adit.

"hei kamu temani saya makan!"

"sa..saya pak? kan saya tadi sudah makan pak gimana sih bapak masih 27 tahun udah pikun, tua!" memang mungkin hanya nindy yang tidak takut dengan sosok adit ini, karena untuk apa takut? prinsip nindy semua orang sama di mata Tuhan, hanya amal perbuatan mereka yang membedakan.

"memangnya siapa lagi yang berada di ruangan saya selain saya dan kamu!" ketus adit dengan tatapan tajam nya yang tentu saja diarahkan ke nindy, sekertaris baru nya yang baru bekerja seminggu itu dan itupun dadakan karena adit yang asal tunjuk di hari pertama nindy memasuki wijaya corporation.

"tapi pak saya kan sudah mak-"

"jangan membantah!"

"baiklah, tunggu sebentar saya mau bereskan beberapa detail lagi, lalu saya akan menemani pak adit makan siang." nindy menghela nafas dan langsung melanjutkan sisa-sisa pekerjaan yang memang tinggal sedikit itu.

setelah dirasa selesai mengerjakan pekerjaan nya ia langsung menutup rapat laptop nya karena sebenarnya jam sudah menunjukan pukul 4 sore, dimana satu jam lagi para pegawai wijaya corporation akan segera pulang dan adit? baru saja akan makan siang. memang manusia gila kerja.

"pak ayo saya temani bapak makan sudah jam segini bapak belum makan siang, nanti kalo pak adit pingsan saya tidak kuat menggendong badan bapak karena sepertinya badan pak adit berat." nindy tertawa pelan setelah mengucapkan kalimat yang baru kali ini adit dengar, berani sekali perempuan ini mengatai adit.

tanpa banyak bicara adit menarik tangan nindy dan mendudukan nya di sofa panjang yang terletak diruangan nya itu.

"pak kok makanan nya cuma diliatin aja? emang gak mau makan? padahal keliatan nya enak loh pak, rugi kalo gak di makan, tadi juga sudah saya panasin" lagi-lagi nindy berbicara tanpa diminta adit.

"suapi saya."

nindy yang mendengar perintah adit langsung kaget bukan main, ia yang tadinya duduk tiba-tiba berdiri dan membuka mulut nya mangap karena kaget dengan kata-kata yang keluar dari mulut adit.

"kenapa kamu melihat saya dengan tatapan seperti itu nindy? cepat suapi saya, saya akan menyelesaikan proyek yang besok akan saya periksa langsung."

nindy masih mangap karena baru kali ini ia mendengar ucapan yang cukup panjang dari mulut adit.

"i..iya pak." nindy mengambil nasi dan udang dengan sendok, tidak terlalu banyak dan tidak terlau sedikit lalu menyuapkan ke mulut adit, tidak ada penolakan dari adit, ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari nindy dan tetap fokus ke laptop nya.

tanpa nindy sadari adit tersenyum sangat tipis, sudah lumayan lama adit tidak diperlakukan seperti ini semenjak mantan nya meninggalkan adit karena mantan nya dulu memilih menjalin hubungan gelap dengan teman kuliah nya.

"huh akhirnya sudah selesai, gimana pak? sudah kenyang kan?" tanya nindy sembari mengemasi rantang yang terlihat mewah itu, bukan seperti rantang miliknya yang bergambar bunga, bukan milik nindy. lebih tepatnya milik bunda ana.

"sudah, terimakasih." jawaban dingin adit membuat nindy membuka mulut nya tidak percaya karena baru beberapa menit lalu adit bersikap seperti anak kecil yang minta disuapi namun sepersekian menit sudah kembali menjadi dingin seperti sifat awal adit saat bertemu dengan nindy.

tanpa mereka sadari, jam sudah menunjukan pukul 7 malam, setelah nindy menyuapi makan siang adit itu mereka menyelesaikan sedikit pekerjaan lagi, diluar cuaca masih tetap hujan, sama seperti siang tadi, masih sangat deras bahkan petir dan guntur saling bersautan.

"nindy, kamu saya antar."

-FALLING LOVE WITH MY CEO-

MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang