Sel, 22 Juni 2021
🍑
Suasana di ruang guru tampak lebih sepi dari biasanya dikarenakan jam pelajaran selanjutnya sudah dimulai. Hanya tersisa beberapa orang guru yang tidak memiliki jadwal mengajar masih melanjutkan sesi istirahatnya dengan makan siang. Selain itu, Pak Arif juga menjadi salah satu guru yang ada di ruangan karena beliau sedang tak punya jam mengajar saat ini.
Setelah mendapat informasi dari Gilang saat jam istirahat tadi, Zee dan Nuka kini berdiri berdampingan di depan meja guru fisika yang merangkap sebagai wali kelas mereka itu.
"Kata Gilang, Bapak manggil kami? Ada apa, Pak?" tanya Zee mulai membuka suara. Meskipun perkiraannya tak jauh-jauh dari progres belajar mereka, tapi tetap saja Zee ingin mendengar Pak Arif menyampaikannya langsung.
Pak Arif berdeham sebentar sambil memperbaiki posisi duduknya. "Sepertinya sudah lama saya nggak dengar kabar tentang progres belajar kalian. Apa ada masalah?"
Senyuman Zee semakin melebar. Sejujurnya ia juga tidak sabar memberitahu Pak Arif kalau progres mereka berkembang pesat. "Semuanya berjalan lancar, Pak. Belakangan ini Nuka juga lumayan banyak perkembangan baik. Kami juga sudah mulai rutin belajar di sela-sela waktu kosong di sekolah."
Tak terdapat raut kaget atau reaksi bahagia apapun di wajah Pak Arif seperti yang diharapkan oleh Zee. Wajah beliau tampak biasa-biasa saja saat mendengar berita baik itu. Spontan kedua sudut bibir Zee mengerut.
"Boleh saya liat catatannya?"
Dengan cepat Zee mengangguk. Untung saja ia sempat membawa buku catatan Nuka yang dipakai selama belajar bareng. Dengan sigap, Zee langsung menyodorkan buku bersampul merah yang berlogo salah satu Universitas di luar negeri itu kepada Pak Arif.
Guru paruh baya itu langsung membuka lembar demi lembar buku milik Zee sambil mengangguk-angguk. Raut wajah serius Pak Arif seperti ini memang sangat sulit ditebak. Zee sama sekali tak punya ide tentang apa yang ada dipikiran gurunya itu.
Setelah kurang lebih dua menit Pak Arif mengamati, beliau lalu menyerahkan kembali buku itu kepada Zee. Kemudian kepalanya diarahkan ke sosok Nuka yang masih berdiri mematung di depannya.
"Perkembangan kamu cukup bagus sejauh ini. Kalau ditinjau dari pertama kali saya lihat tugas-tugas kamu, bisa dibilang memang kamu sudah berkembang lebih baik."
Nuka hanya membalas perkataan Pak Arif dengan anggukan.
"Lihat, kan? Buktinya kamu sudah lebih baik dari kemarin. Kalau begini terus cepat atau lambat nilai kamu bisa segera membaik."
Zee mengangguk mengiyakan. "Benar, Pak. Saya akan pastikan Nuka bakal lebih giat belajar. Saya tahu Nuka punya kemampuan, hanya saja dia perlu sedikit dukungan untuk bergerak."
Pak Arif tersenyum hangat. "Kamu jadi lebih banyak tahu tentang Nuka."
Zee tersenyum canggung. Bagaimana dia tak tahu kalau setiap hari berhadapan langsung dengannya.
Di sisi lain, Nuka melirik Zee sambil tersenyum dalam hati. Entah kenapa dia tiba-tiba tersentuh dengan ucapan Zee yang seperti barusaja memujinya dengan kalimat berkonotasi positif itu. Zee yang mengatakan kalau ia pasti mampu dan akan selalu mendukung Nuka. Percaya atau tidak, hati kecilnya tersenyum mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...