18.

1.1K 177 46
                                    

Ningning menghembuskan nafasnya pelan setelah mata bulatnya terbuka sempurna, lalu sedikit mendongak melihat Jay yang masih terpejam. Senyumnya langsung terbit kala melihat wajah polos sang pacar ketika tidur, sangat damai.

Tangannya mengelus-elus pipi Jay yang berisi. Apakah tuhan dalam mood yang bagus ketika menyiptakan Jay? itu yang ada di pikiran Ningning. Betapa beruntungnya dia memiliki cowok yang sekarang mendekapnya.

Lagi, Ningning kembali melesakan kepalanya di dada Jay, Tak peduli jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Jay yang sebenarnya sudah bangun lantas tersenyum dan lebih mengeratkan dekapannya.

Tiba-tiba Ningning teringat, Hema sudah makan siang atau belum? cewek yang lebih muda beberapa tahun dari Ningning itu pasti kesulitan, menghandle semuanya sendiri. Ningning khawatir.

"Hema udah makan belum ya?" Gumam Ningning yang masih bisa di denger Jay.

"Gatau."

"Nanti kamu bawain dia makanan ya. Tapi aku masak dulu. Di sana kan adanya makanan manis-manis." Kata Ningning yang udah ngelepas dirinya dari pelukan Jay. Omong-omong Ningning sudah hampir menguasai resep makanan.

"Tolong deh, kamu kan lagi sakit. Jangan terlalu perduliin orang lain." Omel Jay sembari mendudukkan badannya.

"Jay. Dia itu udah aku anggap adik sendiri, kamu kenapa si, kayanya julit mulu ke Hema?"

Mata Jay melirik kesana-kemari. Dia juga gatau kenapa bersikap gitu ke Hema saat di depan Ningning, padahal baru kemarin malam dia nganterin Hema sampai kostnya, dan baik-baik.

"Kenapa malah bengong gitu?" Tanya Ningning sambil menepuk-nepuk punggung tangan Jay.

Lamunan Jay terbuyarkan. "Ga pa-pa. Yaudah seterah kamu, Tapi masaknya yang simpel aja."

Ningning mengangguk. Dengan iseng dia mendaratkan satu kecupan di pipi gembil pacarnya itu, lalu menampilkan cengiran polosnya.













Selesai memasukkan apa yang Ningning masak seperti, perkedel, tumis kangkung, nugget dan tentu nasi kedalam kotak bekal, lalu dia letakkan di atas meja makan. Kenapa masaknya ketiga macam di atas? cuma ada bahan-bahan itu saja di kulkas.

Ningning duduk lalu menyanggah dagu nya menggunakan tangan kanannya. Dia menatap Jay di depannya dengan sinis. "Ngapain masih duduk? udah jadi, anterin. Gausah mikirin aku, wong aku udah mendingan gini."

Pasalnya, Jay tuh dari tadi ribut mending di gofood in aja. Tapi namanya Ningning, dia ga percaya gitu aja, nanti malah ga sampai ke Hema bisa repot.

"Iya sayang iya." Selesai ngomong gitu, Jay nenteng kotak bekalnya sekaligus mengecup kening Ningning.

Kakinya meninggalkan apart dengan tidak ikhlas. Tapi yasudah dari pada di amuk sang pacar. Bahkan sampai sana Jay malah di perlihatkan Hema yang sibuk ngurusin pelanggan.

Ada ketidaktegaan si, cuma niatnya kan mau nganter doang.

"Hema. Nih makanan dari Ningning." Kata Jay setelah sampai meja kasir dengan tangan yang menyodorkan bawaannya.

Cewek itu sedikit terhentak sebelum menyembunyikan kagetnya dengan senyuman. Jay sedikit terkesima sama senyum itu.

"Ah iya kak, makasi ya bilangin kak Ningning" Katanya mengambil tas bekal.

Jay mengangguk. "Dia udah cape-cape masak. Di abisin ya. Kalo gitu saya pamit dulu, permisi." Katanya lalu berlalu keluar cafe.

Hema, cewek itu tersenyum lebar sambil menatap punggung lebar milik Jay yang perlahan menjauh. Dia rasa, hatinya sedikit menaruh perasaan pada kekasih pemilik cafe tempat dia kerja.













serius, aku gabisa memvisualisasikan
Hema itu siapa. Tapi, kalian bayangin Hema itu siapa?

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang