Pagi yang indah, kicau burung saling bersautan. Matahari menyapa seluruh makhluk di bumi, menyapu kegelapan yang ada. Kayra masih belum bisa memejamkan mata. Nampak masih ada air mata yang membekas di pipinya.
Tak ada yang peduli, saat ini aku benar-benar sendiri. Argumen itu terus berlari dipikirannya kesana kemari.
Padangannya benar-benar kosong, tak ada semangat hidup. Semuanya berubah semenjak tragedi yang terjadi semalam. Ia begitu benar-benar hancur, hancur sehancur-hancurnya.
Tak ada Kayra yang ceria, tak ada Kayra yang menghidupkan suasana. Tak ada Kayra lagi yang terus mengitari hidupnya.
Yang tersisa hanya Kayra sendiri, dalam kesepian.Tangisannya pecah, menangisi semua yang terjadi pada dirinya semalam. Lihat saat menangis pun, tak ada yang berusaha menenangkan dirinya. Yang bisa hanya dirinya sendiri untuk menguatkan.
Aku kuat, aku pasti bisa melepas. Kayra terus mendokrtrin dirinya.
Aku sendiri, bukan berarti aku tak bisa bahagia.
Kayra menghapus sisa air mata menggunakan punggung tangannya. Lekas berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan kekacauan yang ada dirinya. Sambil terus menenangkan diri.
Flashback On
“Kay, gue hamil.”
“Siapa rees? Aku ke Rumah kamu ya.”
“Ga usah ay, gimana kalau besok? Gue pengen sendiri dulu.”
“Yaudah, awas kamu jangan aneh-aneh. Inget kamu udah ga sendiri lagi, ada sesuatu yang harus kamu jaga. Aku juga lagi lembur.”
Rasanya Kayra menjadi sosok sahabat yang paling buruk seduni, disaat dunia sahabatnya hancur dia tak sisinya ia merasa buruk.
Kayra kembali melanjutkan, didetik berikutnya ia baru mengingat sesuatu.
Astaga, aku lupa ngabarin Dani, kalau hari ini bakal lembur lagi. Pekiknya dalam hati.
“Lembur lagi?” ucap seseorang dibalik ponsel Kayra. Namanya Dani Sanjaya salah satu Dokter bedah terbaik di kota ini, dan perkenalkan ia pacar Kayra 'mungkin'.
Karena, Dani tak pernah memintanya jadi pacar atau kekasihnya, yang ia katakan hanya Saya serius ketika saya ingin dengan kamu, Ay, kamu maukan berjuang sama-sama?
Sudah 2 tahun berlalu, Dani selalu menemaninya entah sukaa maupun duka. Tak pernah ia meninggalkan Kayra. Dari insiden diusir dari kostan karena nunggak 3 bulan, sampai acara wisuda tak pernah ia meninggalkanku.
Di tengah keadaanku yang naik turun, tanpa di dampingi kedua orang tua walau aku tau orang tuaku tetap mendampingi dan mendukungku walau sudah tak berada di dunia yang sama. Aku bahagia punya pendamping seperti Dani, dan teman-teman yang senantiasa menemani di kala susah dan senang.
“Oh ya udah, aku juga ada pasien yang harus di operasi.”
“Operasi apa?”
“Usus buntu.”
“Waw, belakangan ini kayaknya banyak yang kena usus buntu, banyak makan pedes kali ya”
“Kayak kamu, kalau sarapan pasti harus pakai sambal terasi, jaga kesehatannya”
“Maaf ya, janji ga akan diulang lagi.” setelah panggilan telepon berakhir, kayra kembali mengerjakan tugasnya. Kerja lembur bagai quda, kaya enggak, tipes iya. Sehat-sehat deh kay.
“Ay,”
“Hmm?”
“Ay lihat deh ada promo di Cafe Pocha, Buy 1 get 1.”
“Mana rin?”
“Kesana yuk, jarang loh Cafe Pocha ngadain promo buy 1 get 1, tempatnya juga bagus buat foto-foto. Nanti gue bayarnya setengah lo setengah, Deal?”
“Deal. Udah lama juga ga refreshing, lama-lama stress kalau ngantor terozz. Hahaha”
Mereka kembali sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing agar cepat selesai, demi hunting diskon.
Waktu terus berjalan, sudah sejam entah dua jam berlalu yang jelas mereka menyelesaikan tugas dengan cepat dari semestinya.
“Selesai, yok rin takut keburu tutup.”
“Bentar, ada file yang harus kirim ke si Boss.”
Arin, masih mengotak-ngatik komputer di depannya sangat fokus.
“Oke udah, ayo cekuy.”
“Ay duduk disini tempatin dulu, nanti ada yang rebut kita ga kebagian tepat, gue yang pesan.”
Suasana Cafe Pocha cukup ramai, apa karena ada diskon buy 1 get 1. Semua orang sibuk dengan kesibukan masing-masing.
Mata kayra terus menelusuri seluk beluk Cafe yang indah. Wow indah banget—mungkin itu yang tertulis dalam matanya.
Matanya terkunci pada satu punggung yang ia kenali. Dani? Dahinya berkerut bertanya-bertanya sedang apa kekasihnya berada disini, bukannya ia punya jadwal operasi malam ini.
Flashback Off
Kayra masih berdiri depan cermin yang ada di kamar mandi. Menatap dirinya tak sekacau tadi
“Huft, memang kamu saja yang bisa bahagia, aku juga pasti bisa.” ucap Kayra yakin.
Kayra kembali menatap wajahnya dicermin.
Bisa ga ya?, itulah yang tergambar di raut wajahnya.
Tangisannya kembali pecah. Lemas, kedua kakinya tak kuat menopang tubuhnya, akhirnya jatuh terduduk tangannya memeluk kedua kakinya.
“Dasar Dani Baj*ngan, Hiks.” teriaknya ditengah tangisan yang kembali membara.
Oh mantan kekasihku jangan kau tinggalkan aku—begitulah kira-kira nada dering ponsel Kayra yang terus menunggu si empu untuk mengambil keputusan, menjawab atau mengabaikan.
“Hah? Ada telepon?”
Seperti tunawisma yang tak punya rumah, kayra yang tak lagi punya arah.
Masih menatap nama yang sedang menghubungi dirinya tersebut.
Clareesta is calling...
“Ya?”
“Ayo kita ketemu ra.”
“Rees?”
“Ya aku disini ra, kamu gak apa-apa.”
“Mau ketemu?”
“Sekarang?”
“Kamu bisa?”
“Jemput, kamu gak mau kan aku kayak orang hilang arah.”
“Hmm, atau aku ke Rumah kamu aja.”