16. Dalam dekapan keputusasaan

313 57 30
                                    

Renjun menggigit bibir dalamnya, menahan diri untuk tidak menangis setelah tidak sengaja melihat sepasang kekasih, Zea dan Ayden, sedang berciuman di Sungai Han.

Keadaan di sana memang sangat sepi, tetapi di balik kesepian itu terisi insan yang sedang sendirian menatapi mereka dari kejauhan - Renjun.

Hari ini cukup dingin karena hujan, namun bagi Renjun, hari ini terasa sangat panas.

"Sial... sial," gumam Renjun seraya menghela napas.

Padahal hari ini ia ingin sekali menghabiskan waktunya sendiri di Sungai Han, tapi apa yang dilihatnya justru membuat hatinya terasa rapuh.

Dengan berat hati, Renjun berbalik arah dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Hari ini benar-benar bukan hari yang baik baginya.

Hari ini ia benar-benar rapuh.

~~~

"Kamu gak mau mampir dulu? Kamu basah kuyup banget lo den..." Tanya Zea.

Ayden mengantarkan Zea sampai rumah gadis itu, namun setibanya di sana, Zea malah menahan Ayden untuk tidak pulang dengan keadaan yang basah.

"Gak apa-apa Zea... mendingan kamu cepat masuk nanti masuk angin."

"Kamu gak apa-apa serius???"

Ayden mengangguk.

"Yaudah kalau gitu aku masuk ya..."

Zea berjalan mundur memasuki rumahnya, tidak ingin membelakangi Ayden, ia terus berjalan mundur sambil melambaikan tangannya ke Ayden.

Setelah Zea sudah mulai masuk ke rumahnya, barulah Ayden pulang.

Pintu rumah ditutup pelan oleh Zea, gadis itu menaruh sepatunya di rak lalu berjalan ke arah kamar mandi kamarnya berniat untuk langsung segera mandi.


Tepat baru sampai ruang tamu, Zea mendadak berhenti memandang dua orang yang kini tengah duduk di ruang tamu.

"Zeaa..." Suara wanita paruh baya itu melirih dan menghampiri Zea lalu memeluknya.

Ya, itu orang tua Zea.

Ibu Zea terisak, sambil memeluk Zea. Bahkan Zea pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba orang tuanya pulang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Dan mengapa ibunya menangis? Bahkan ayahnya pun ikut menangis dan memeluknya.

Di sana ada Wish memandangi ayah, ibu, dan Zea yang sedang berpelukan.

Zea merasa bingung dan khawatir melihat reaksi orang tuanya yang tiba-tiba seperti itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada sesuatu yang buruk?


"Zeaa, maaf, Mama gak pernah punya waktu buat kamu. Mama sama Papa selalu mementingkan pekerjaan daripada keadaan kamu sama Kak Wish. Maafin Mama sama Papa, Ze..."

Zea tidak lagi dapat membendung air matanya, tangisnya pecah.

Baik, orang tuanya pasti sudah mengetahui penyakit yang dideritanya.

Ketika semuanya telah terjadi, mereka langsung menangis terisak dan mengakhiri dengan penyesalan.

"Gak apa-apa, ini takdirku, Ma." balas Zea.

𝗔 𝗳𝗼𝗿 𝗭 || 𝗔𝘆𝗱𝗲𝗻  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang