27

21.4K 1.1K 18
                                    


Lutut Abel rasanya lemas ketika mendengar ucapan dari sang dokter, dia terduduk dengan tangisan filu, usapan dari ibu Citra di bahunya pun tak dia perdulikan, yang dia mau hanya bundanya kembali!

"Saya boleh masuk, dok?" tanya ayah Abel dan di persilahkan oleh dokter.

Mereka semua pun masuk, tatapan Abel begitu kosong, bundanya terbujur kaku di atas brankar, dengan cepat dia memeluk tubuh dingin sang bunda.

"Bunda kenapa ninggalin Abel? Bunda sayang-kan sama Abel? Terus kenapa bunda pergi?! Kenapa?! Kenapa bun?" ucapnya dengan berteriak kemudian lirih di akhir kata.

"Abel gak bisa hidup tanpa bunda! Abel gak bisa, bun!"

Tangisan filu begitu menggema di dalam ruangan, ayah Abel yang melihat bagamana hancurnya sang putri sontak membawa Abel dalam pelukannya.

"Bunda pergi ninggalin Abel, hiks,"

"Bunda lebih di sayang sama Allah, Bel! Kita gak bisa berbuat apa-apa!" ucap ayahnya dengan mengeratkan pelukan.

Abel melepaskan paksa pelukan ayahnya, dia menatap nyalang sang ayah.

"Ini semua karena ayah yang berselingkuh dengan dia!" teriaknya dengan menunjuk ibu Citra.

Sontak ibu Citra menunduk merasa bersalah, dia tau apa yang ia lakukan memang begitu jahat.

"Cukup. Ayah bisa jelaskan ini semua nanti! Sekarang kita harus mengurus pemakaman bundamu dulu!"

"Nggak! Bunda masih hidup! Bunda belum meninggal! Jangan coba-coba ayah berniat mengubur bunda!"

"Bel, jangan egois. Semua sudah terjadi," balas ayahnya yang membuat Abel menggelengkan kepala tak menyangka.

"Ayah jahat!!" teriaknya kemudiam terduduk frustasi.

Citra dan ibu-nya yang melihat itu pun sontak mendekat ke arah Abel, namun sayang, Abel sama sekali tidak menerima kehadiran mereka berdua.

Beberapa menit berlalu dengan tangisan, kepala Abel tiba-tiba pusing, pandangannya menggelap hingga kesadarannya pun terenggut.

"Astagfirullah, Mas! Abel pingsan!" seru ibu Citra dengan memegang tubuh Abel.

Ayah Abel pun sontak menggendong Abel menuju brankar di sebelahnya, hatinya sakit melihat keadaan sang putri, dia tau bagaimana terpukulnya Abel saat ini.

Tak menunggu sang anak sadar, ayah Abel justru berencana membawa Abel dan bundanya pulang, dia akan segera memakamkan sang istri meskipun dia tidak rela.

"Eung," lenguh Abel dengan memegang kepalanya yang terasa sakit.

Dia edarkan pandangannya kesuluruh sudut ruangan, napasnya yang memburu kini mulai tenang ketika melihat kamarnya sendiri.

"Cuma mimpi," gumamnya.

Dengan lekas Abel pun turut dari ranjangnya, kemudian berjalan keluar kamar.

Pandangan dia edarkan untuk mencari sang bunda, namun sama sekali tak dia temui.

"Bun? Bunda? Bunda dimana?" teriaknya menuju arah dapur.

Ketika di dapur pun dia tak menemukan objek yang dia cari.

Jantung Abel kembali berdetak dengan cepat, dia terus berlari ke sana ke mari mencari sang bunda.

"Assalamu'alaikum,"

Abel menengok ke arah pintu depan yang baru saja di buka dan terlihatlah sang ayah.

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang