03 - Kutu Buku

1.1K 178 59
                                    

Kalau ditanya, apakah Willa adalah seorang kutu buku? Jawabannya adalah  iya dan tidak, sesuai mood.

Willa memang sangat suka membaca. Di mana saja, baik media sosial, Google, Wattpad, Webtoon, buku fiksi, dan buku  non fiksi. Apa saja dia baca. Namun, di kala dia bosan dan suasana hatinya mulai tidak enak, Willa akan segera mencari-cari buku fiksi, berupa novel, cerita pendek, komik, dan sebagainya.

Segala majalah Bobo juga dibacanya, yang penting bisa mengembalikan rasa senang Willa. Apalagi sekarang, hidup terasa kian memberatkan. Bukan lagi seperti di film-film Princess Disney yang terlihat mudah menemukan jalan, pangeran, dan berakhir bahagia.

Jika Willa sedang merasa penuh dengan energi negatif, segera gadis itu mencari buku yang bisa membantunya, seperti buku-buku pengembangan diri, buku psikologi, atau buku karya motivator ternama.

Namun, kalau yang dimaksud adalah buku pelajaran, jawabannya tidak sama sekali. Willa gencar menjawab bahwa dia bukanlah kutu buku. Dia tidak minat membacanya, sehingga terasa berat padahal baru saja dibuka bukunya. Apalagi matematika, habislah Willa. Dia menjadi orang pertama yang mengibarkan bendera putih.

Willa suka yang cepat dan simpel.

Namun, bohong saja. Segencar apa pun Willa mengatakan bahwa dia tidak suka buku pelajaran, tetap saja akan dia baca dengan rajin ketika ulangan tiba. Ya, saat ulangan saja. Sisanya, Willa kembali ke cinta pertamanya di kalangan buku, yaitu buku fiksi. Novel apalagi, gas saja.

Gadis dengan rambut yang dikucir satu itu duduk di bangku depan kelas. Setia menatap rentetan huruf yang tertera di novel yang baru dibelinya, berjudul "Revered Back" karya Inggrid Sonya.

Suasana pagi ini cukup tenang. Belum ada siswa yang berlalu-lalang. Willa jadi bisa menikmati waktu luang.

"Baca terus, pinter kagak!" Seorang lelaki datang dari arah kelas 12. Langkahnya cepat, menghampiri Willa di depan kelas. "Novel apa lagi kali ini?"  tanyanya sambil memperbaiki posisi kacamata.

Willa hanya berdeham, masih fokus ke kalimat yang dibaca.

Geregetan, Eric kontan menunduk dan mengintip sampul novel yang dominan berwarna hitam tersebut. "Revered Back? Kayak pernah denger," tuturnya sambil mengetuk dagu dan bibir bergantian.

Willa akhirnya mendongak. "Pernah baca nggak?"

"Oh, pernah!" Eric menjentikkan jari. "Ceritanya tentang Jana bukan? Yang suka sama cowok teladan, namanya Dimi. Terus, dia kayak ditolak gitu enggak, sih? Sampai akhirnya Cakra datang."

"Wow, slow down boy!" Willa mengangkat telapak tangannya ke Eric. "Jangan spoiler. Gue belum baca sampai situ."

Eric tersenyum kaku. "Maap Will. Gue semangat banget soalnya kalau lo udah mulai baca novel-novel remaja begini."

Willa kembali fokus pada novelnya. "Gue bakal tamatin baca malam ini juga."

"Lo kebiasaan maraton. Coba ya, sekali-sekali lo bacanya nyicil, biar nggak keburu-buru gitu. Biar feel dan imajinasinya dapet," saran Eric.

Gadis berpita biru malam pada kuciran rambutnya itu hanya menaikkan alis. Tak lama, dia pun mendongak. "Gue nggak bisa. Kalau ngebiarin cerita itu lama dibaca, hati gue kayak ganjel aja. Nanti sore gue mau ke perpus. Rencana mau pinjam novel yang judulnya Enola Holmes."

"Oh, gue juga udah pernah pinjam itu." Eric menjentikkan jari, sudah menjadi ciri khasnya. "Gue juga udah nonton filmnya di Netflix."

Willa memutar bola mata, menatap Eric jenuh. "Novel apa, sih, yang lo belum baca? Kok kayaknya udah semua gitu."

Eric menyengir lagi sambil menggaruk sisi kanan kepalanya. "Hehe, ya... entahlah. Kebetulan aja selera kita sama."

Dari semua meja di kantin, tak jauh dari tempat Willa dan Eric berada, Wilson duduk di sana. Pandangannya tak lepas dari dua orang itu. Alisnya bertaut saking tidak terima melihat Willa dekat dengan seseorang.

Sama-sama kutu buku sepertinya. Wilson menghentakkan kepalan tangannya di meja.

"Santai, elah!" tegur Farhan yang duduk di sebelah Wilson. "Pagi-pagi udah emosi. Santai dulu, atuh. Baru juga jam setengah tujuh."

Bukannya diam, Wilson malah semakin menggeretakkan gigi. Masa segitu gampangnya Willa berpaling darinya? Parahnya, saingannya kali ini hanyalah seorang kutu buku.

Kutu. Buku.

Rupanya lelaki bernama Eric itu menantang seorang wakil ketua OSIS yang cekatan ini untuk memperebutkan Willa.

Namun, tunggu dulu....

Wilson baru sadar bahwa dia sudah ditolak oleh Willa.

=Because I'm Fake Nerd!=

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang