Siang hari bolong di wilayah sekolah. Ibarat matahari sangat bersemangat memancarkan sinarnya hingga tak kira-kira. Dan kabar buruknya, pintu gerbang sekolah siap untuk ditutup oleh satpam.
Makin naasnya lagi, tapi sepatu Mahen malah terlepas. Jadi, mau tak mau, suka tak suka, ia harus berlari tanpa alas kaki.
Mahen yang berlari tergesa sebab panik takut terlambat masuk kelas sekejap menghela napas panjang saat ia berhasil masuk melewati gerbang sekolah.
Ting!
Mahen meringis dalam hati. Chat itu sudah dikirim oleh Launa satu jam lalu, tapi notifnya baru saja masuk. Pantas saja ia tidak melihat Launa menunggu seperti biasanya, ia bahkan hampir telat karena menunggu kekasihnya itu.
Dengan berat hati, ia berjalan masuk ke dalam kelas. Senyumnya merekah saat matanya mendapati seorang gadis sedang duduk di bangku miliknya sambil menumpang dagu, tampaknya perempuan itu sudah lama menunggunya.
"Sini, Hen." Launa menawari sambil menepuk-nepuk bangku kosong di sebelah kirinya.
Mahen dengan sedikit keraguan berjalan mendekati bangku itu. Banyak mata yang menatapnya, Mahen sadar akan hal itu. Laki-laki itu terus berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya.
Mahen menggaruk tengkuknya. "Kenapa mereka pada liatin kayak gitu, Lau?" Mahen duduk tepat di samping Launa.
"Ada gosip kalau kamu buang Sabrina karena aku," jawabnya santai. Melipat kedua tangannya dan duduk bersandar di bangku.
Napas Mahen terdengar berat. Sabrina memang bukan main, entah bagaimana caranya orang-orang bisa mendukung perempuan itu, bahkan omongannya ditelan mentah-mentah.
Gosip ini asalnya sudah pasti dari Sabrina, perempuan itu tak benar-benar berhenti mengganggu Mahen. Ia tak henti-hentinya mengejar Mahen yang bahkan tidak ingin berhenti berbalik untuk sekedar menatapnya.
"Biarin aja, nggak usah dipikirin," ucap Launa. Walaupun hatinya panas, tapi Launa tetap berusaha untuk tak menanggapi gosip-gosip seperti itu.
Laki-laki itu tersenyum kecut. "Maaf, Lau, kamu pasti nggak nyaman dengan gosip kayak gini."
***
Dalam langkahnya menuju ke luar kelas, genap enam langkah dari ambang pintu hujan deras mulai mengguyur sekolah itu. Deras sekali sampai-sampai Mahen menghentikan langkahnta untuk merutuk.
Mahen tak terlalu suka hujan. Namun meski begitu, Mahen tetap harus melanjutkan langkahnya, buru-buru menghampiri Sabrina yang katanya di parkiran, beberapa menit lalu Mahen meminta untuk bertemu dengan perempuan itu.
Baru saja gadis itu sampai di lobi, matanya langsung menangkap sosok laki-laki yang tak asing berdiri di sana. Sabrina hanya dapat melihat tubuh belakang sosok itu. Namun, Sabrina dapat menebak dengan jelas di balik sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im In Love With Mahen (Revisi)
Подростковая литератураJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama bertahun-tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis remaj...