38. Jangan Kepedean!

5.2K 743 17
                                    

Kirana berjalan beriringan dengan Iyo ke arah parkiran. Mereka baru saja bertemu dengan Kepala Sekolah, membicarakan tentang Aurora yang tidak akan sekolah lagi karena dalam tahap pemulihan.

Sedangkan Orion berjalan lebih dulu di depan mereka.

"Em... Mas boleh lakuin saran dari Mistress Julia untuk sewa guru privat biar ngajar Rora di rumah," sahut Kirana.

"Gimana kalau kamu yang jadi guru privatnya Rora?"

Langkah keduanya berhenti dan mereka saling bertatapan.

"Sekalian kita PDKT," sambung Iyo seraya tersenyum manis.

"Maaf saya gak bisa. Tapi saya bisa kasih rekomendasi guru privat yang saya kenal," tolak Kirana secara halus. Lalu kembali melangkah. Diikuti Iyo hingga mereka sejajar lagi.

"Kamu gak percaya dengan perkataan saya?" tanya Iyo membuat wanita itu menoleh. "Yang kemarin."

"Iya. Omongannya buaya gak bisa dipercaya." Kirana tersenyum lembut.

Iyo tertawa. Selalu saja wanita di hadapannya sekarang membuatnya gemas karena mengeluarkan kata-kata sarkas disertai dengan senyuman lembut.

"Sering dirayu buaya makanya takut terjebak?"

"Iya. Itu kamu." Iyo tertawa geli seraya menggeleng pelan.

Langkah Kirana berhenti, ia pun ikut berhenti.

"Saya anterin pulang ya?"

"Enggak usah. Sudah ada yang jemput." Tatapan Iyo tertuju pada mobil yang ia kenal lalu ia kembali menatap Kirana.

"Saya pernah bilang kan." Menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan Kirana. Menatap intens wanita itu, "Lebih baik duda ditinggal mati, daripada duda cerai."

Lalu pria itu melenggang pergi, masuk ke dalam mobilnya dimana Orion sudah dari tadi masuk.

Kirana menatap kepergian Iyo, lalu melangkah menuju ke mobil Akram.

Seperti perkataan pria itu tadi pagi, siang ini menjemputnya dan mereka akan makan bersama.

*****

Naka sama sekali tidak menegakkan kepala. Terlalu malu untuk menatap Kirana yang datang menjenguknya. Pun wanita itu sama sekali tidak memulai percakapan, hanya menatapnya dalam diam.

Menghela nafas pelan, ia memberanikan membalas tatapan Kirana. Tatapannya begitu sendu dan sangat bersalah. "Maaf Ki..."

"Buat apa?"

Naka meneguk ludahnya susah payah, ia menatap intens Kirana yang bersikap biasa saja, tapi tatapan lembut wanita itu yang selalu tertuju padanya kini tidak ada lagi.

"So-soal..."

"Harusnya kamu minta maaf sama Ica, kan?"

Naka terdiam. Lalu mengangguk pelan.

"Sebentar lagi kalian bakal nikah. Aku boleh minta sama kamu, Ka?"

"Kamu mau minta apa?"

"Jangan sakiti Ica ya?" pinta Kirana seraya tersenyum lembut. "Walaupun kamu gak cinta sama dia, tapi aku minta kamu belajar cinta sama dia. Ica itu manja dan kadang-kadang keras kepala. Aku minta sama kamu ngertiin dia, ya? Apalagi sikapnya juga masih kekanak-kanakan. Bimbing dia jadi dewasa karena nanti kamu suaminya."

Naka menekuk bibir sedih, membuang pandangannya sejenak. Tidak sanggup mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Kirana.

Wanita yang seharusnya ia nikahi.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang