16. Runaway

2.2K 286 163
                                    

......

"Michael! Ngapain kamu duduk di situ? Berdiri!"

Sebuah perintah tegas yang membuat dua insan muda itu menoleh bersamaan. Ternyata Nyonya Irma.

Laras pun langsung berdiri dan menunduk. "Maaf, Nyonya."

Irma mendekat, lalu bertanya nyalang kepada Laras, "Kamu nyuruh Michael duduk di lantai?"

Laras menggeleng kuat. "Enggak, Nyonya."

Michael pun berdiri, lalu mendekati Mamanya. "Aku yang mau duduk di bawah. Jangan nyalahin Laras, Ma..."

Kemudian Irma mengerling sinis pada Michael, sebelum menatap Laras lagi yang setia menunduk. "Laras kamu keluar dulu, ya. Saya mau bicara sama Michael." Ucap Irma dengan senyuman palsu.

"Tapi aku lagi dengerin cerita, Ma..." Michael melirih.

"Cerita apa sih, Michael?" Irma bertanya sinis, sebelum kembali menoleh pada Laras, "Udah ya, Laras. Kamu keluar dulu." Perintahnya lagi.

Laras pun tak ada pilihan lain, ia mengangguk lebih rendah. "Iya, Nyonya. Permisi." Lalu, meninggalkan kamar tersebut.

Michael, mata sedihnya tak bisa lepas dari wujud Laras hingga gadis itu hilang di luar pintu.

"Ma, kenapa, sih...?" Michael berujar penuh sesal.

"Kamu yang kenapa?! Ngelempar gelas, marah-marah gak jelas cuma gara-gara belain pembantu. Gak pantes kamu ngebelain sampai segitunya!"

Michael hanya menatap nanar. Tak percaya dengan apa yang Mamanya ucapkan.

"Gak usah dengerin kata-katanya Sela kurang ajar itu, Ma. Dia gak tau apa-apa." Michael berusaha pelan-pelan.

"Apanya yang kurang ajar? Sela bener, kok. Ngapain semalam kalian berduaan di kamar jam 12 malam? Siapa yang gak bakal curiga? Lagian kamu kan bisa ngomong baik-baik ke Sela, gak usah marah-marah!" Sentaknya lagi.

"Aku gak ngapa-ngapain sama dia, Ma. Dia cuma ngambilin aku makan, terus aku minta dia cerita. Dan aku ketiduran, terus dia keluar. Udah, cuma itu."

"Cerita apa sih, Michael?!" Irma semakin kesal dengan mata yang berkilat marah.

"Apa aja.. aku suka denger ceritanya Laras. Emangnya gak boleh, Ma..?" Michael berujar lirih, dan entah mengapa hatinya jadi sedih mendengar ucapannya sendiri.

"Orangnya yang salah. Kamu kan punya temen, ngapain cerita-ceritanya sama Laras? Mana di kamar!"

Michael sudah lelah sekali untuk marah-marah. Ia tidak tahu harus menjawab apa lagi pada Mamanya. Dengan gerakan pelan, ia memilih kembali duduk di pinggir ranjang. Menunduk, mulai menangis tanpa suara.

Irma terus memerhatikan, lantas ikut duduk di samping Michael dengan gerakan yang kasar. "Ngapain kamu nangis? Kamu lihat itu!" Ia menunjuk gelas pecah yang belum dibersihkan dari lantai kamar.

Namun Michael enggan menengok, ia hanya menunduk, tak mau melihat gelas yang sudah tak berbentuk itu. Ia hanya sibuk terisak, kedengaran sesak sebab tak mau suara tangisannya keluar. Namun di saat yang sama, perasaannya sudah tak mampu lagi untuk diredam.

Alhasil, tangisnya bagai pecah di dalam dan menyakiti seluruh rongga dadanya.

"Michael, lihat sini!" Perintah Irma sambil memegang sebelah pipi Michael, lalu menariknya paksa untuk menghadap.

Michael tak dapat melawan kala kepalanya tertarik menengok dengan paksa. Ia hanya bisa menatap Irma dengan airmata yang sudah membanjiri mata dan pipinya.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang