Kalau cerita ini udah rame, aku bakal up visual nya.
Jangan lupa untuk vote-nya.
Terimakasih.🦋 SELAMAT MEMBACA 🦋
"Loh, kamu jemput Anara nya tumben pagi banget Bas?" tanya Zea yang barusaja membuka pintu ruang tamu.
"Hehehe, iya tante. Soalnya hari ini ada upacara"
"Owhh. Kamu ke kamarnya Anara aja. Bangunin dia. Kayaknya dia masih tidur"
"Kamarnya disebelah mana tan?"
"Kamu naik ke atas belok kanan, nanti kamarnya juga udah keliatan."
"Makasih tan."
Bastian langsung menaiki per anak tangga untuk menuju ke lantai dua. Dimana disitu terdapat kamar Anara.
"Ini kayaknya kamar dia deh. Gue masuk ajalah, mumpung pintunya gak dikunci" gumam Bastian.
Bastian masuk ke dalam kamar tersebut.
Ia melihat gadis yang sedang tertidur pulas tertutup dengan selimut tebalnya sampai batasan dada.Kamar yang berdominasi warna putih dan sedikit campuran warna pink, serta terdapat banyak koleksi boneka beruang disana.
"Owhh dia suka boneka beruang" gumam nya lagi.
Bastian beralih fokus ketika melihat sebuah bingkai yang terletak di atas meja rias Anara.
Bingkai yang berisikan foto anak kecil perempuan yang sedang memakan permen kapas dan disampingnya terdapat anak laki-laki yang tingginya melebihi anak perempuan tersebut.Bastian pun mengambil foto itu.
"Ini kayaknya foto Anara waktu kecil deh. Soalnya mirip banget sama dia."
"Waktu kecil sama sekarang gak jauh beda ya, sama-sama masih lucu" Bastian mengukir sedikit senyuman diwajahnya.
Settttt
"Kakak gak sopan banget sih!! masuk kamar orang gak pakai ketok pintu dulu. Mana sembarangan ambil-ambil foto gue lagi" cerocos Anara
"Bomat. Cepetan mandi! mulut lo bau"
"Enak aja ngatain mulut gue bau. Orang mulut gue wangi"
Haahh
"Bau dikit sih" batin Anara
Bastian memutar bola matanya malas. Pagi-pagi gini, ia tak mau membuang tenaganya untuk berdebat dengan gadis seperti Anara.
"Hari ini ada upacara. Lo mau gue tinggal, atau mau berangkat sendiri, silahkan"
"Gue bareng lo aja deh kak. Itung-itung hemat uang jajan gue"
"Terserah. Cepetan mandi terus siap-siap!"
"Iya-iya. Bawel banget lo, kayak bunda!"
"Lo ngapain masih ada disini? Cepetan mandi. ANARA!"
"Lah kakak ngapain masih disini? mau ngintipin gue? dih, ganteng-ganteng mesum!"
"Siapa juga yang mau ngintipin lo sih? gue males turun kebawah"
"Gak terima alasan! sana keluar dari kamar gue. Gue takut lo khilaf"
Anara mendorong tubuh jangkung Bastian agar keluar dari kamarnya.
Sebenarnya Bastian tidak kunjung turun ke bawah. Ia masih setia menyenderkan punggungnya di depan pintu kamar Anara yang tertutup.
Sudah 20 menit ia menunggu, tapi Anara belum keluar dari kamarnya juga. Dengan terpaksa ia masuk kembali untuk mengecek Anara
Tok...tok...tok
"ANARA, LO MANDINYA UDAH BELUM?" teriak Bastian dari luar kamar mandi
"Bentar kak. Dikit lagi selesai"
"Kalau gue hitung sampai 10 detik lo gak keluar, gue akan dobrak paksa nih pintu"
"HEH! JANGAN MACEM-MACEM LO!" teriak Anara dari dalam kamar mandi
Bastian mulai mengeluarkan ide licik dari dalam otak nya.
"Eh apaan tuh, lo lagi handukan ya?"
"KAK BASTIAN!!! KALAU LO BERANI NGINTIPIN GUE, LO AKAN GUE BUNUH!"
"Yaelah bercanda kalik. Psikopat banget lo jadi cewek!"
"Nyinyinyinyi"
"Gue mulai ngitung ya" ucap Bastian.
Bastian mulai menghitung satu sampai sepuluh. Tepat pada hitungan ke sepuluh, Anara keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk di kepalanya.
"Lo tadi gak ngintipin gue kan?" Anara memincingkan matanya.
"Ngintip dikit sih"
Anara membulatkan matanya, dan bersiap-siap untuk memukul cowok yang ada di hadapannya itu.
"Bercanda Ra. Ya kalik gue ngintipin orang mandi. Dahlah, cepetan siap-siap!"
"Bawel banget sih lo! Jadi orang sabar dikit napa!"
"Gue daritadi udah sabar ya! hampir setengah jam gue nungguin lo. Nanti kalau telat upacara gimana?"
"Emang upacara jam berapa sih?"
"Jam 7"
Anara melihat jam dinding. "Owhh ini baru jam tujuh kurang seperempat"
"HAH? 15 MENIT LAGI MASUK? CEPETAN ANJIR! NANTI KITA BISA TELAT" Bastian kalang kabut dengan raut wajah panik
"Iya-iya. Keluar sono! gue mau ngeringin rambut"
"Gak! Lo udah rapi pakai seragam. Sekarang ambil sepatu, tas, sama sisir Lo!"
"Gak mau. Gue mau pakai hair dryer dulu."
"Ribet! cepetan sini, gue bantu pasangin sepatu"
Bastian menarik tangan Anara untuk duduk di kasurnya. Ia membantu memasangkan sepatu Anara.
"Kak, itu sepatunya kebalik! bisa pasangin gak sih? kalau masang sepatu itu yang bener!" omel Anara
"Eh iya. Sorry, namanya juga panik"
"Nah, selesai. Yuk berangkat. Udah gak ada waktu lagi"
Mereka terburu-buru untuk berangkat ke sekolah, karena 15 menit lagi gerbang sekolah pasti akan ditutup.
"Loh, kalian gak mau sarapan dulu?" tanya Zea yang sedang membawa piring kosong
"Gausah tante. Nanti makan dikantin aja. Kita duluan ya tan." pamit Bastian sambil menyalami Zea. Diikuti Anara yang pasrah dengan tarikan dari tangan Bastian.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJODOHAN DI USIA REMAJA
Novela Juvenil|JANGAN LUPA VOTE NYA| Bagaimana jadinya, jika pada usia 16 tahun kalian terpaksa harus dijodohkan dengan orang yang tidak kita cintai? Usia yang seharusnya menikmati masa pubernya, tapi malah mengorbankan masa remaja serta kisah cintanya demi suatu...