Part 30 - Inaudible cry

887 54 15
                                    

Hatiku dan hatimu saling terikat sejak lama, bagaimana bisa terpisah dan harus melupakan selama hitungan menit?

Di sepanjang perjalanan pulang, tatapan Lili selalu terarah ke jalan raya. Dinginnya malam dan hancurnya hatinya menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri pahitnya hari ini. Memang ia selalu menatap jalan yang lenggang namun pikirannya masih saja tentang Mario. Apakah berpisah salah satu jalan terakhir untuk hubungan mereka?

"Apakah aku akan terus menangis? Atau aku harus menyembunyikan semua tangisan ini?" lirihnya.

Luka tidak berdarah.

Yitno yang sedari tadi hanya diam dan menjalankan tugasnya untuk mengemudikan mobil pun merasa iba dengan wanita muda yang berada di kursi belakang ini. Datang dengan kesedihan dan pergi dengan kehancuran.

Akhirnya Lili sampai di kediaman Relegan. Di sana ia sudah ditunggu oleh seluruh anggota Relegan, ada Haruman, Ruby, Amaya dan Zio. Mereka semua memberikan tatapan bingung kepada Lili dan pak Yitno. Ada apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa wanita itu pulang dengan berlinang air mata? Apakah mereka habis di copet? Berbagai macam pertanyaan ingin dilontarkan namun diam adalah jawaban terbaik.

"Apakah kamu habis berseteru lagi dengan Mario?" tanya Ruby mencoba menahan Lili yang akan masuk ke dalam rumah besar itu.

Lili menggelengkan kepalanya pertanda tidak. Andai saja semua tahu perasaan hatinya.

"Jika sedang beradu argumen dengan Mario jangan dimasukan ke dalam hati, karena kamu tahu akibatnya bagaimana nanti, hatimu akan tersakiti." nasihat Haruman pada menantunya itu.

"Amarahnya seperti air raksa, cepat naik dan cepat sekali turun." sambungnya lagi.

"Tidak apa Ayah. Aku baik-baik saja."

Amaya terlihat ragu untuk mendekati Lili namun ia tidak tega jika iparnya itu harus merasakan luka yang terus diberikan oleh Mario.

"Cepatlah istirahat, Kak. Aku akan bawakan susu hangat untukmu."

"Terima kasih, Amaya."

Hari ini adalah hari yang membahagiakan sekaligus hari kesedihan luar biasa untu Lili. tadinya ia akan memberitahukan kepada Mario bahwa ia sedang mengandung buah hati pertama mereka, namun itu sepertinya tidak akan menjadi hal penting untuk Mario ketahui. Lelaki itu tidak hanya memaki dan menghina Lili di depan semua orang yang ada di club melainkan dia juga menghina buah hatinya.

Tadi sore setelah Lili membeli test pack yang dijual di toko terdekat, ia mencoba untuk mendeteksi kehamilannya karena sudah beberapa minggu dia telat datang bulan.

"Aku coba saja, mungkin saja benar jika aku sedang mengandung. Ini akan menjadi hadiah terbesar yang akan aku berikan kepada suamiku."

Beberapa saat setelah Lili menguji test pack itu, ia terus memperhatikan hasil yang akan muncul, perlahan garis merah yang samar itu berubah menjadi merah yang pekat. Pertanda ia sedang hamil, mana mungkin alat ini salah untuk mendeteksi kehamilan sebab alat ini memiliki tingkat akurasi 99%.

"Syukurlah, kehadiranmu akan menjadi kebahagiaan terbesar untuk ibu."

Di kamar, Lili yang merasa kurang nyaman dengan dress-nya mencoba mengganti pakaiannya menggunakan pakaian tidur. Dia membuka lemari yang salah, ia tidak membuka lemarinya tetapi lemari pakaian Mario. Iya, karena sedang melamun memikirkan akhir dari pernikahannya.

Beberapa kertas berjatuhan membuat Lili tersadar dari lamunannya. Ia mengambil surat-surat itu dan mencoba membacanya karena tidak biasanya Mario menyimpan berkas-berkas penting dan menyelipkannya dalam lemari pakaian.

TIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang